Martina Felesia
Sudah hampir satu bulan ini saya ikut gaya kekinian yang lagi trend: olah raga!  Hanya saja, dibanding  ikut fitness atau apalah namanya, saya lebih memilih ikut olah raga yang murah meriah dan tidak perlu mengeluarkan banyak biaya.  Seminggu dua kali, sepulang kerja, saya mampir ke lapangan dekat sebuah mall dan ikutan lari bersama banyak orang mengelilingi lapangan.

Sebenarnya di kantor juga ada kegiatan yang sama.  Ada beberapa teman kantor yang rutin berolah raga lari selesai pulang kerja.  Lokasinya masih berada di dalam kawasan tempat kerja. Meskipun banyak peminatnya, terus terang saya nggak bisa ikut karena pulangnya pasti terhambat macet.  Sebagai informasi, selain lari, sesudahnya teman-teman saya pasti terjebak acara narsis after running.  Jadi sudah pasti, saya nggak akan bisa pulang tepat waktu.

Mulai berlari di atas usia kepala empat rasanya susah sekali.  Baru mulai setengah lapangan jantung saya terasa mau copot.  Sakittt...banget!  Ngalah-ngalahin lagunya Cita Citata.  Jadinya saya hanya bisa selang-seling antara jalan dan lari.  Nggak papalah, untuk ukuran pemula usaha saya sudah sangat luar biasaYa memang sih, jika dibandingkan dengan tingkah saya sewaktu muda memang jauh sekali.  Kalau dulu saya tidak pernah merasa capek meskipun tingkah laku saya nggak karu-karuan, sekarang baru lari muteri setengah lapangan saja sudah ngos-ngosan

Urusan memulai olah raga ini sebenarnya berkaitan erat dengan kenaikan berat badan yang tidak signifikan.  Sebentar ukuran celana melonggar, sebentar ukuran celana terasa mencekik pinggang.  Jadi mau tidak mau saya harus mulai untuk belajar sehat.  Selain itu, berkat rayuan maut mantan pacar saya yang hobinya olah raga, akhirnya hati saya luluh.  Dengan semangat empat lima yang sebenarnya sudah mau layu sebelum berkembang, akhirnya saya mulai juga hal-hal yang mulanya terasa seperti mission impossible ini.  

Kedua kali dan seterusnya saya sudah mulai terbiasa.  Jantung sudah tidak terasa sakit lagi. Jarak tempuh juga sudah mulai bertambah.  Jika mula-mula hanya setengah putaran, sekarang sudah bisa satu putaran penuh.  Terus satu setengah putaran.  Paling banter sih dua putaran.  Tapi itu sudah membuat kaki pegal-pegal.  Apalagi jika kebetulan ada rombongan para penjual obat herbal yang lagi promosi di sekitar lapangan.  Biasanya ada kegiatan aerobic atau senam zumba gratis.  Cukup dengan ikut megal-megol di situ bersama dengan emak-emak yang lain, keringat bisa mengucur deras.  Lumayan kan?

Saya berharap pada diri sendiri, semoga acara belajar hidup sehat ini bisa berlanjut terus.  Jadi saya harus tetap semangat dong.  Selain hujan, tidak ada yang bisa menghalangi saya untuk lari muteri lapangan.  Semoga selain menghasilkan badan yang sehat, bodi saya yang makin semok ini bisa terselamatkan.  Bukan masalah semoknya itu, tapi masalahnya saya nggak mau mengeluarkan uang lebih untuk membeli baju atau celana baru, gara-gara bodi yang tidak bisa diajak untuk bekerjasama.

Mens sano in corpore sano!  Ayo olah raga, rek!!!!
Label:
0 Responses