Martina Felesia
Beberapa hari ini hujan selalu datang pada pagi hari.  Tanpa aba-aba, tanpa tanda-tanda.  Tiba-tiba saja datang menderai berselang-seling dengan suara angin.  Terkadang rumah pun tempias dan airnya merembes masuk di tembok rumah.  Hal yang biasa tetapi terkadang membuat naik darah.  Apalagi jika datangnya pada saat hari kerja dan bukan pada saat libur akhir pekan.  Membayangkan berangkat kerja saja malas, apalagi harus terjebak dalam kepadatan dan kemacetan.

Dua hari yang lalu lebih parah lagi.  Hujan yang berkunjung tak sampai satu jam, hampir menenggelamkan seluruh kota.  Parit dan selokan yang serba mini tak mampu menampung luapan air.  Jalanan tergenang, kampung-kampung dan perumahan tak luput dari terjangan air dan lumpur selokan.  Jika parit dan selokan meluap, bisa jadi bukan hanya karena bentuknya yang sempit.  Kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya adalah penyakit yang mengakibatkan banjir di mana-mana.  Tak kalah peliknya adalah kebiasaan melibas pepohonan tanpa berminat untuk melakukan penanaman ulang.  Mungkin orang-orang seperti ini seharusnya dipindahkan saja ke planet Mars.  Atau kalau perlu disekolahkan lagi supaya menjadi sedikit lebih pintar.

Hujan bagi sebagian orang, mungkin adalah musibah.  Tetapi bagiku, warna dan suaranya selalu menyisakan kenangan.  Memandang hujan adalah memandang jauh ke dalam lubuk hati, berbicara tentang banyak rasa dan pengharapan.  Di antara bulir-bulirnya selalu ada keindahan.  Meskipun ia diturunkan dari langit yang kelam, terkadang didahului kilat dan petir menggelegar, ia akan tetap berwarna bening dan menyejukkan.  Bahkan sesudahnya, ia mampu menampilkan pelangi, tangga para bidadari yang turun dari surga.
 
Memandang hujan seperti memandang kehidupan.  Hidup tidak selalu hitam atau putih.  Terkadang ia berwarna biru atau kelabu.  Terkadang juga ia bisa jadi merah, hijau atau kuning.  Pandanglah saja.  Hanya perlu memandang.   Dan tiba-tiba engkau akan menemukan kesadaran, bahwa hidup ini indah.  Sangat indah.  Jadi tak perlu berkutat dengan kesedihan terlalu lama.  Pandanglah hujan, dan hatimu akan meluap dalam kegembiraan.

Hujan dan aku, adalah teman lama, yang selalu diperbaharui dalam rasa.
Label:
0 Responses