Sudah hampir dua bulan tangan kanan dan kiriku terasa nyeri. Seperti terkilir. Atau keseleo mungkin. Aku juga nggak tahu pasti. Yang jelas tangan kanan kalau dipakai melakukan aktifitas langsung terasa nyeri di bagian ungkel-ungkel tengah. Mau nyapu, mau cuci piring, mau ngepel, semua terassa sakit. Kalau tangan kiri terasa nyerinya di bagian pundak sampai lengan tengah. Sebenarnya gejalanya sudah terasa beberapa bulan yang lalu. Tapi nggak terlalu dirasa karena rasanya belum terlalu sakit. Ya kubiarkan saja. Pikirku nanti pasti juga hilang sendiri.
Tapi ternyata semakin ke sini semakin sakit. Perlahan tapi pasti cucian kering diantar ke laundry untuk disetrika. Terus nyapu yang biasa tiap hari jadi berkurang menjadi dua hari sekali. Dan segala pekerjaan rumah yang sebenarnya mudah menjadi pekerjaan yang terasa menyiksa. Akhirnya memutuskan pergi ke dokter akupuntur. Siapa tahu hanya kecethit otot. Biasanya dua tiga kali balik langsung hilang kalau kayak gitu. Ternyata nggak hilang juga sakitnya.
Perasaan kalau diingat-ingat nggak ada tuh kegiatan yang membuat tanganku harus menderita. Hanya saja beberapa waktu lalu saat memutuskan pulang kampung naik kapal laut, aku ada bantu-bantu beberapa mamak-mamak tua yang lagi
travelling rame-rame bertiga. Barang bawaanku sendiri sebenarnya nggak banyak. Minimalis saja. Tujuannya untuk memudahkan dalam perjalanan sendirian
wae itu. Tetapi pada akhirnya, karena barang bawaan yang nggak banyak tadi, mamak-mamak yang kukenal di kapal malah minta tolong untuk dibantuin membawa barang-barangnya saat turun dari kapal sampai keluar pelabuhan. Padahal porter banyak. Aku sendiri nggak bisa nolak karena nggak enak. Ingat sama simbokku di rumah. Takut kualat!😁
Ternyata ke'tidakenakan'ku waktu itu berbuah pahit sekarang ini. Tangan yang awalnya cuman nyeri-nyeri sedikit dan kupikir hanya karena kecapekan, sekarang malah nyerinya bertambah parah. Sebenarnya suami sudah menyarankan untuk pergi ke dokter saraf. Biar dironsen atau apalah. Biar tahu sakitnya karena apa. Tapi aku males pergi waktu membayangkan antrian dokter saraf di rumah sakit seperti apa. Dulu sudah pernah mengantar Pak DjokoWi di rumah kami soalnya. Harus bolak balik itu yang bikin capek.
Alhasil bukannya ke dokter saraf, kemarin malam malah pergi ke tukang urut. Simbah-simbah yang ngurut. Selama kurang lebih satu jam badan yang dasarnya jarang pijat ini dipijat oleh beliaunya. Lumayan sih pijatannya. Tapi aku kok tidak merasa sedang dipijat ya karena memijatnya tidak pakai minyak urut. Jadi kering-keringan saja. Rasanya aneh. Pijat tapi nggak pakai minyak urut. Rasanya antara puas dan nggak puas begitulah 😂
POV-nya, Point of View-nya, intinya, janganlah terlalu baikan sama orang yang baru dikenal. Kalau pun ingin membantu, jangan terlalu excited. Terlalu bersemangat sampai lupa dengan kondisi badan sendiri. Mungkin tidak langsung berimbas sakit. Tapi kalau sudah 'umur lebih' itu seharusnya sudah bisa mengukur kekuatan diri sendirilah. Percuma saja bawa barang minimalis-minimalis kalau ujung-ujungnya keseleo juga. Pokoknya pakai gaya bebal sajalah kalau di tempat umum. Nggak usah terlalu baik karena semua yang serba terlalu itu pada dasarnya adalah sesuatu yang juga tidak baik 💓