Showing posts with label Sharing. Show all posts
Showing posts with label Sharing. Show all posts
Martina Felesia

Sebenarnya aku malas nulis.  Bosan.  Selain itu sekarang ini zamannya bukan nulis-nulis segala macam hal.  Sekarang ini zamannya ngonten.  Sampai apa-apa dikontenin.  Dari hal penting sampai gak penting.  Bahkan orang meninggal pun dijadikan konten.  Difoto, divideo, terus diunduh di media sosial supaya dapat perhatian.  Dapat banyak like dan comment.  Katanya sih supaya jangkauan penonton dan interaksinya tinggi.  Kalau sudah tinggi pasti dapat duit.  Hadeuhhh....!

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan membuat konten.  Kalau kontennya bagus pasti dilihat orang kok  (Lha iyalah, masak dilihat setan?!)  Hanya saja notif yang masuk di medsos orang lain itu terkadang sangat mengganggu.   Seolah memaksa orang lain untuk menonton kontennya.  Padahal ya intinya itu tadi.  Kalau kontennya bagus pasti akan ada yang nonton.  Sementara aku ini masuk kategori orang yang malas kalau harus pura-pura tertarik pada sesuatu padahal tidak tertarik.  Tidak terbiasa untuk bilang iya sementara aku penginnya bilang tidak.  Mulut mungkin bisa menipu.  Tetapi ekspresi muka pasti sudah mewakili segalanya.  Itu kalau aku ya.  Tidak tahu kalau orang lain 😁

Meskipun sebenarnya malas nulis tapi aku tetap saja nulis.  Sudah hampir sebulan sepertinya aku berhenti menulis.  Sibuk!  Iya, sibuk nonton film.  Jadi pagi ini sepulang olah raga aku langsung menghidupkan laptop dan mulai menulis.  

Memasak sudah selesai sejak pagi.  Bangun jam empat, masak-masak, menyiapkan bekal anak lanang yang katanya ingin mbontot untuk kuliah, terus sat set keluar rumah sambil menghidupkan Spotify.  Menikmati suasana Jogja yang cerah ceria. Jam setengah enam pagi memang belum terlalu terang lagi.  Tetapi di seputaran Kraton dan alun-alun Utara sudah banyak orang lesehan makan soto.  Baunya menguar kemana-mana.  Hampir saja aku ikut lesehan.  Tetapi ingat tujuan utama adalah olah raga jadinya batal.  Meskipun olah raganya hanya modelan jalan kaki sepanjang jalan Malioboro pulang pergi, tapi ternyata cukup melelahkan.  Kalau tiap hari konsisten satu jam jalan kaki keliling-keliling seputaran Jogja, berharap balik Batam lemak perut sudah pada longsorlahπŸ˜‚

Pulang olah raga mampir belanja sayur sebentar di bawah pohon beringin depan Masjid.  Ibuk penjualnya sudah hafal sama diriku.  Padahal tidak setiap hari juga belanja sayur.  Biasanya aku belanja dalam porsi banyak, yang kira-kira cukup untuk seminggu.  Pagi tadi aku hanya beli bawang merah dan bawang putih, karena kemarin sudah belanja komplit untuk satu minggu ke depan.  Setelah berbasa-basi sebentar dalam balutan senyum dan bahasa Jawa Ngoko, say good bye sama ibuk Sayur, lalu pulang.

Balik ke rumah ya gini ini, mulai menulis lagi.  Mumpung pengin.  Nanti kalau sudah melihat ada film baru di Netflix, takutnya nggak bakalan nulis-nulis lagi.  Ya terserah saja ada yang baca atau tidak.  Yang penting aku nulis dulu.  Menulis membuat kepalaku jadi terasa agak ringan.  Kalau ringan aku jadi punya energi lebih untuk melakukan sesuatu.  Ya kursus online, ya belajar online.  Pokoknya biarpun sudah tidak bekerja, aku merasa jadi orang paling sibuk sedunia.  

Jadi, kata siapa menulis itu membosankan?  Bosan itu kalau tidak tahu lagi hidup ini untuk apa.  Selagi masih sadar dan tahu ingin melakukan apa,  pasti tidak akan ada yang namanya bosan. 

πŸ‘‰  https://msha.ke/tiennaa 

Label: 0 komentar |
Martina Felesia

Beberapa hari setelah latihan koor dan kegiatan Paska yang melelahkan, akhirnya mulai bisa bernafas lega.  Pelan-pelan mulai belajar online lagi.  Mulai dari belajar membuat E-Book, belajar jadi Affiliator, belajar Artificial Intelligence (AI), belajar Bahasa Inggris dari Duolingo, dan beberapa hari yang lalu ditambah belajar Bahasa Italia.  Kubilang sama Pak DjokoWi suatu saat nanti aku mau pergi ke Italia.  Jadi dari sekarang harus mulai nyicil belajar bahasanya.  Dianya ketawa-ketawa saja.  Sudah biasa dengan omongan istrinya yang terkadang terdengar agak-agak gila 😁

Mengapa belajar sesuatu yang baru itu perlu buatku?  Pertama untuk menghilangkan kemungkinan datangnya pikun di pikiranku.  Dengan belajar, maka otakku tidak hanya berjalan di tempat.  Dia akan terus berpikir dan menjalankan tugas utamanya yang harusnya memang dipakai untuk berpikir.  Point kedua, belajar membuatku untuk terus aktif setelah tidak bekerja lagi.  Dengan terus aktif maka hari itu akan berlalu tanpa terasa.  Bangun pagi, beraktifitas, sore, malam, dan tiba-tiba sudah pagi lagi.  Point yang ketiga ya karena aku suka saja. Belajar sesuatu yang baru itu bisa berlaku untuk siapa saja.  Tidak peduli tua atau muda.  Mengerjakan sesuatu yang disukai dari sekarang supaya nanti tidak ada penyesalan.

Selain mulai belajar segala macam seperti di atas, masih sempat juga ngebut maraton nonton film serial di Netflix yang ber'season-season'.  Padahal satu season itu rata-rata ada dua puluh dua episode.  Kalau misalnya satu judul film itu ada tujuh season, bisa dibayangkan sendiri berapa episode yang sudah kutonton selama berhari-hari.  Capek?  Iya!  Mata pedas?  Iya juga!  Masalahnya kalau nonton serial itu ada yang dilewati ceritanya jadi tidak nyambung.  Itu sebabnya harus diselesaikan sampai tuntas ceritanya.

Minggu, 27 April 2025
Anak-anak berkirim ucapan selamat hari jadi untuk mamaknya di WA Group keluarga.   Semenjak tinggal di rumah berdua saja sama suami, kesempatan untuk bercuap-cuap dengan mereka memang hanya lewat WA.  Terima kasih masih diberi kesempatan untuk bernafas dan melakukan sesuatu.  Meskipun tidak ada kue tart dan lain-lain, tapi ya senang saja.  Uban boleh tumbuh tambah banyak, tetapi semangat hidup tidak boleh berkurang.

Agak siangan  dikit iseng-iseng ikut jadi volunteer. Mengajar Bahasa Inggris untuk anak-anak di suatu Sekolah Dasar yang ada di Batam bersama dengan volunteer lain yang berasal dari Singapore.  Kebagian mengajar kelas lima SD.  Senang? Tentu saja!  Bersemangat?  Sudah pasti!  Yang jelas hari itu bisa mendapat kenalan baru, menambah teman dan menambah wawasan.  Pulang mengajar langsung tepar karena udara Batam lagi panas-panasnya.  Badan langsung bentol-bentol karena keringatan.  Minum obat alergi langsung tidur sampai pagi.

Senin, 28 April 2025
Pulang kerja suami langsung mengajak makan di luar.  Dinner sekalian refreshing katanya.  Biar tidak berkutat terus dengan film yang seolah tidak ada habis-habisnya.   Meskipun sebenarnya males keluar rumah, aku nurut saja.  Sesekali menyenangkan pejuang keluarga tidak ada salahnya.  Meskipun kondisi jalan macet di mana-mana karena bersamaan  dengan orang pulang kerja, tetapi planning keluar rumah lanjut terus.  Sepanjang jalan tentu saja aku saja yang berkata-kata dari A sampai Z tidak ada habisnya.  Dan seperti biasa pula suami mencoba jadi pendengar yang baik dengan sesekali menimpali.

Jalan malam dan makan-makan selesai lanjut foto-foto.  Biar ada bukti kalau aku juga sudah pernah pergi ke Thamrin-nya kota Batam.  Selama ini hanya bisa melihat orang-orang update status di medsos.  Kali ini aku bisa merasakan sendiri serunya foto saat kondisi lagi ramai-ramainya.  Makanannya enak.  Sesuai dengan harga yang agak sedikit mahal. Minumannya juga enak.  Spot untuk foto tidak mengecewakan.  Pak Djokowi bilang dia mau sebulan sekali jalan-jalan malam kayak gini.  Dan aku mengiyakan saja dengan senang hati πŸ˜‚

Ternyata tidak terasa sudah masuk kepala lima lebih sekian-sekian 😁 Merasa tua?  Tidak juga.  Malah sepertinya banyak yang mau dikerjakan sekarang ini.  Yang dulu-dulu tidak sempat dilakukan saat kerja, sekarang dengan mudah masuk To do List.  Mottoku adalah: Jangan pernah merasa tua biar tidak lemes-lemes saja.  Merasa senior saja supaya aura tuanya tertutup dengan kesibukan yang membuat terlihat lebih muda.  Usia itu hanya hitungan angka.   Jadi ya begitulah.  Tetap hidup, tetap gembira, tetap percaya bahwa hari ini adalah hari baik yang telah diciptakan Tuhan.

Note:  Foto-foto di atas hanya sebagai pemanis 😁

Label: 0 komentar |
Martina Felesia

Refreshing ala aku ya biasa saja menurutku.  Dulu waktu masih kerja begitu.  Sekarang pun masih tetap sama.  Tidak ada yang berubah. Kalau tidak nonton film ya baca buku.  Bosan menonton dan membaca paling memilih tidur seharian.  Nggak melakukan aktifitas apa-apa.  Leyeh-leyeh saja.  Rebahan tanpa ujung pangkal.  Kalau lagi rajin aku akan nulis-nulis di blog.  Nulis apa saja.  Jelas gak jelas tetap kutulis kalau lagi pengin nulis.  Yang penting nulis.  Kalau ada kawan yang ngajakin keluar akan kutanya dulu mau kemana dan untuk apa.  Kalau sekiranya oke aku pergi.  Kalau sekiranya membosankan mending aku tidur lagi.

Meskipun  hanya di rumah saja, refreshing itu menurutku tetap perlu.  Jangan dipikir kalau yang namanya mamak-mamak rumahan itu nggak bisa lelah.   Mau ibu-ibu pekerja atau ibu rumah tangga biasa saja semua butuh refreshing.  Apalagi yang namanya ibu ibu itu kebanyakan harus bisa multi tasking.  Yang ibu pekerja masih harus dihadapkan dengan pekerjaan rumah sepulang kerja.  Yang ibu rumah tangga harus melakukan ini itu di rumah tanpa ada habisnya.  Masih bagus kalau pasangan hidupnya bisa diajak kerja sama.  Kalau tidak?  Mampuslah sendiri!  Dan namanya juga ibu-ibu.  Wajar saja kalau semua mau diurus.  Mengurus rumah, mengurus anak, mengurus suami, bahkan terkadang mengurus tetangga.  Semua butuh diurus.  Terkadang saking sibuk mengurus orang lain dirinya sendiri sampai lupa diurus.
 

Selain leyeh-leyeh, refeshing yang menarik untuk aku adalah beres-beres rumah.  Meskipun rumah tidak ada isinya, entah kenapa aku suka membereskan bagian-bagian di dalamnya.  Membereskan pakaian di lemari.  Membereskan peralatan dapur.  Membereskan peralatan carut marut milik suamiku.  Kalau sekiranya ada barang yang menurutku tidak berguna langsung saja kubuang.  Tidak ada kata mendang mending atau ragu-ragu.  Kalau suamiku hobinya menyimpan dan menumpuk barang maka aku hobinya membuang-buang barang.  Bukannya tidak sayang atau sok-sokan.  Aku hanya berusaha supaya rumah yang sudah sangat minimalis ini terlihat lebih minimalis lagi.  Jadi aku tidak perlu capek bersih-bersih.   Kalau hidup bisa dipermudah mengapa harus dipersusah begitulah kira-kira.

Beruntung jika masih punya kawan yang  rajin ngajak ketemuan di akhir pekan.  Bisa di mall, bisa di warung kopi, bisa di mana saja.  Ini juga merupakan salah satu bentuk refreshing menurutku.  Jadi susah untuk ditolak atau dihindari.  Selain bisa ngadem di mall, juga bisa saling menyuntikkan imun kegembiraan satu sama lain.  Makan, tertawa-tawa, ngobrol yang nggak penting-penting, sesekali diselingi menggibahkan seseorang jika perlu.  Bosan ketemuan sama kawan sesekali pergi sendiri ke bioskop.  Beli tiket, beli camilan, nonton film apa saja yang kira-kira cocok.  Pilih nomor kursi paling belakang dan paling pojok.  Sudah itu numpang tidur di situ.  Selesai terus pulang.  Intinya itu yang penting refreshing, ya kan?

Kepada seluruh ibu-ibu, yang pekerja maupun ibu rumah tangga biasa seperti aku, selalu sempatkan untuk mencintai dirimu.  Selalu sempatkan ambil waktu di tengah kesibukan yang bertubi-tubi datangnya.  Beristirahatlah kalau lelah.   Sesekali manjakan diri sendiri.  Engkau adalah penopang keluarga.  Jika penopang itu patah, maka akan ambruklah seisi rumah.  Tidak perlu refreshing yang keluar biaya.  Cukup berdiam diri saja di rumah tanpa melakukan apa-apa.  Bilang kepada anak-anakmu, kepada suamimu kalau kamu juga lelah.  Bagaimanapun juga kamu bukan Wonder Woman atau apalah itu.

Perempuan, adalah manusia yang terdiri dari daging dan darah.  Yang bisa hancur pelan-pelan jika tidak diperhatikan.  Kalau orang lain tidak memperhatikanmu, maka engkau sendiri yang harus memperhatikannya.  Buatlah dirimu senang, jadikan hidupmu bahagia apapun caranya.  Dengan mencintai diri sendiri maka hatimu akan berlimpah-limpah untuk bisa mencintai orang-orang di sekelilingmu.

 

Martina Felesia

Beberapa waktu lalu si Bungsu menginformasikan kalau dia ada pekerjaan di akhir pekan.  Ikut ajakan teman jualan es teh dan makanan lainnya saat acara Cap Go Meh di Jogja.  Bersama beberapa teman satu sekolah mereka bekerja bahu membahu mencari uang tambahan.  Kebetulan dia dapat tugas jadi tukang rebus-rebus air.  Hasilnya dua hari kerja di hari Sabtu dan Minggu mendapatkan upah sebesar Rp225.000.  Menurut emaknya jumlah segitu kecil banget.  Tapi menurut anaknya besar banget.  Habis itu keterusan.  Setiap ada kesempatan kerja part time langsung saja dia iyakanπŸ˜‚

Aku sebagai ibu menyetujui dengan catatan.  Tidak setiap akhir pekan boleh bekerja part time.  Sebelum memutuskan untuk mengambil pekerjaan semua tugas sekolah sudah harus diselesaikan.  Tidak boleh ada yang lewat.  Tidak memaksakan diri  kalau dirasa badan sudah lelah.  Jangan sampai selesai kerja habis itu malah tidak masuk sekolah.  Bapaknya kasih kode keras.  Pokoknya tidak ada kerja-kerja lagi biarpun akhir pekan.  Di Jogja tugasnya sekolah, bukan bekerja.  Kalau nggak mau disuruh pulang saja ke Batam.  Anaknya ngeyel.  Alasannya memang tidak setiap akhir pekan bekerja.  Hanya di akhir pekan yang dia sempat saja.  Orangtuanya akhirnya nyerah.

Sejujurnya aku senang karena si Bungsu sudah mulai ada inisiatif untuk mendapatkan uang dari hasil keringatnya sendiri.  Mulai belajar untuk berani tampil keluar.  Tidak lagi malu menghadapi banyak orang.  Memang dapat duitnya tidak seberapa.  Namanya juga kerja part time.  Tapi paling tidak dia jadi tahu bagaimana rasanya cari uang.  Tahu bahwa duit tidak akan turun sendiri dari langit.  Harus diusahakan.  Harus dicari.  Bukan ditunggu-tunggu sambil berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa.  Jadi tahu bagaimana harus menghargai diri sendiri dan mulai belajar mengatur keuangannya sendiri.

Kadang kepikiran juga benar nggak sih mengajarkan anak cari duit sejak dini?  Pertama-tama memang muncul perasaan tidak enak sebagai orangtua.  Tetapi melihat segi positif yang didapatkan aku jadi lebih tenang.  Selagi tidak mengganggu sekolah, menurutku oke-oke saja.  Daripada akhir pekan malah dipakai nongkrong-nongkrong tidak jelas lebih baik bergaul dengan kawan-kawan yang memang hobinya cari cuan.  Menyomot motto orang pintar yang katanya,"Lingkup pergaulan yang positif otomatis akan menularkan hal yang juga positif".  

Aku jadi ingat zaman si Sulung dulu sewaktu masih kuliah.   Dia juga sering ambil kerja part time.  Pagi mengikuti perkuliahan.  Sore nyambi jadi barista.  Pulang kerja masih lanjut mengerjakan tugas kuliah.  Terkadang menerima tawaran endorse untuk jadi model jualan.  Sekali endorse dapat upah tiga ratus ribuan berikut barang yang di-endorse.  Tapi dia hepi.  Bisa cari uang tambahan sendiri dari hasil kerja kerasnya.  Dan berbagai macam pengalaman kerja itu pada akhirnya juga berguna untuk mendapatkan pekerjaan.  Lulus langsung kerja.

Jadi intinya adalah, selagi masih muda, mencoba hal-hal baru itu perlu.  Pengalaman, sekecil apapun bentuknya, akan menjadi pelajaran yang berharga.  Yang penting adalah, berani mencoba.  Selain itu juga berani membuang gengsi dan rasa malu.  Jangan terlalu hirau apa kata orang.  Selagi tidak melanggar aturan, tidak menyalahi orang lain, segala hal yang baik, boleh dan pantas untuk dicoba.  Ya....meskipun hasilnya tidak seberapa, tetapi selagi bisa tidak ada yang salah, kan?!

Label: 0 komentar |
Martina Felesia

Sebenarnya sudah agak telat kalau ditulis sekarang.  Resolusi tahun 2025 untukku kurang lebih masih sama dengan tahun sebelumnya.  Tidak muluk-muluk.  Masih tentang hal yang pokok-pokok.  Tidak banyak, tetapi menyenangkan untuk dilakukan.  Kalau terlalu banyak mimpi sudah bisa dipastikan tidak akan jalan.  Pengalaman yang kemarin-kemarin sih begitu.

 

Hidup Sehat
Iya!  Resolusi yang paling utama dan paling penting tahun ini adalah hidup sehat.  Harus sehat karena masih ada banyak hal yang ingin kulakukan.  Masih ingin jalan-jalan, ingin bisa begini begitu, ingin punya ini itu.  Banyaklah pokoknya.  Kalau kebanyakan orang makin berumur makin sedikit keinginan kayaknya aku nggak begitulah😁 Semakin berumur malah semakin ingin melakukan banyak hal.  Hanya saja sekarang mungkin nggak harus terlalu keras kepada diri sendiri.  Nggak harus 'ngoyo'.  Lebih slow tapi lebih intens.
 

Karena ingin sehat, aku selalu menyempatkan untuk berolah raga.  Bukan karena maniak, tetapi karena dianjurkan begitu sama Pak Dokter.  Minimal seminggu dua kalilah.  Tergantung kondisi fisik.  Kalau capek banget ya nggak usah dipaksa daripada tepar.  Dalam satu minggu adalah satu waktu aku untuk tetap bergerak.  Kalau di Jogja selalu menyempatkan untuk jalan setiap pagi, sekarang karena di rumah saja ya tetap jalan pagi tapi pakai instruktur di Youtube.

Selain olah raga aku juga sudah mulai mengurangi makanan yang 'katanya' kurang sehat secara medis.  Mulai mengurangi manis-manis, tepung-tepung, goreng-goreng, dan lain-lain.  Meskipun ini juga harus dipaksa, tetapi kalau baik untuk kesehatan ya kenapa tidak?  Untuk memenuhi resolusi, ya kan? Kalau memang ingin sehat mau nggak mau ya harus mau untuk sedikit menderita.

Belajar Bahasa (Hal) Baru
Sebenarnya aku ingin belajar bahasa Jepang.  Tetapi karena pelajaran bahasa Inggris yang kuikuti kemarin masih belum selesai akhirnya kutunda dulu belajar bahasa Jepangnya.  Anggap saja bahasa Inggris adalah bahasa baru, karena hari-hari masih cas cis cus pakai bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Selain bahasa ada beberapa hal yang ingin kuikuti dan kupelajari tahun ini.  Masih belajar dan berproses.  Jadi anggap sajalah ini juga sesuatu yang baru.
Nyepi
Tahun ini sepertinya ingin lebih memprioritaskan untuk me time.  Menyediakan waktu untuk menyenangkan diri sendiri.  Mengurangi atau bahkan berhenti berbagai kegiatan yang menyita waktu.  Membuang hal-hal nggak penting yang sekiranya memenuhi pikiran.  Pergi jauh-jauh dari segala hiruk pikuk yang mengganggu.  Mulai kembali untuk bermeditasi dan berkontemplasi.  Hal-hal indah yang sudah lama tidak kulakukan.
 
Rebahan
Sebenarnya ini bukan resolusi.  Tetapi sepertinya asik juga kalau dilakukan sesekali.  Cocok untuk generasi jompo sepertiku yang baru jalan sebentar sudah ngeluh capek.  Tidak dianjurkan untuk generasi muda yang masih seger-segernya.  Kalau tidak ada apa-apa lagi yang harus dikerjakan hari itu, rebahan menjadi satu-satunya solusi untuk menenangkan pikiran.  Rebahan sambil nonton Netflix adalah salah satu kesempatan istimewa dan berharga yang mungkin dirindukan oleh sebagian besar orang.  Mumpung sudah jadi pensiunan tidak ada salahnya memasukkan rebahan sebagai salah satu resolusi dalam list.
 
Banyak Duit
Siapa sih yang nggak pengin banyak duit?  Hari gini nggak pengin banyak duit?  Bohong banget!  Duit memang bukan segala-galanya.....kalau sedikit!  Kalau banyak ya bisalah untuk mendapatkan segala-galanya.  Masuk toilet untuk BAB dan kencing saja butuh duit, masak bisa bilang duit bukan segala-galanya.  Nonsense! Dan duit memang tidak dibawa mati, karena memang tujuannya dipakai selagi masih hidup.  

Meskipun tidak berpenghasilan tetap, tetapi ada banyak cara untuk bisa terus punya duit.  Salah satunya ya menabung.  Mengurangi pengeluaran yang tidak penting.  Selain itu harus berusaha mencari celah untuk bisa menghasilkan duit meskipun hanya recehan.  Nabung, beli obligasi, beli reksadana, dan lain sebagainya.  Membeli sesuatu sesuai kebutuhan, bukan karena 'lapar mata' atau korban iklan.  Dijamin sedikit demi sedikit lama-lama akan menjadi bukit.
 
Dan di antara semua itu, yang paling penting adalah masih diberi kesempatan untuk bernafas.  Masih hidup!  Kalau sudah mati bagaimana bisa menjalani dan mencapai resolusi?  Hidup manusia, sama seperti makhluk hidup lainnya tentunya punya batas.  Dan batas kehidupan semua mahkluk hidup adalah kematian.  Bisa besok, bisa minggu depan, bisa tahun ini, bisa tahun depan, bisa hari ini.  Semua serba terbatas.  Jadi selagi masih hidup, selagi masih mungkin, ya jalani dan nikmati.  Tidak perlu muluk-muluk, tidak perlu drama-drama.  Selagi bisa dikerjakan, dikerjakan!  Selagi bisa diperjuangkan, ya perjuangkan!  Tidak akan ada 'siaran ulang' jika hidup sudah mencapai batas yang sudah ditetapkan. 

#resolusi2025
Label: 0 komentar |
Martina Felesia


Kegiatan yang paling kusukai akhir-akhir ini adalah belajar Bahasa Inggris dari Duolingo.  Benar-benar belajar dari awal.  Ambil yang kelas Intermediate.  Meskipun kesannya mengulang-ulang apa yang telah dipelajari di masa lalu, tetapi kegiatan ini sangat menyenangkan untukku.  Daripada hanya nontonin Netflix seharian mending waktunya dibagi-bagi supaya seimbang.  Pagi waktunya untuk bersih-bersih rumah lanjut olah raga.  Scroll Medsos sebentar.  Lanjut belajar bahasa Inggris selama dua jam.  Terus nonton Netflix.  Terus tidur lagi kalau rasanya mulai pegal-pegal.  Terus belajar desain dari Canva. Terus update kerjaan kecil-kecilan.  Terus rebahan lagi.  Begitu seterusnya setiap hari.  Pokoknya jangan sampailah hidup ini dibuat nggak sibuk dah! 😁

Seorang kawan yang juga sama-sama sudah pensiun bertanya mengapa aku masih mau sibuk belajar bahasa padahal sudah tidak bekerja lagi.  Bukankah sudah bisa dan biasa?  Iya sih.  Hanya saja kali ini terasa beda.  Kali ini aku bebas belajar bahasa apa saja.  Kupilih bahasa Inggris biar tidak lupa.  Siapa tahu sewaktu-waktu perlu.  Tidak ada salahnya belajar lagi meskipun sudah tahu.  Apalagi conversation-ku yang masih terasa terbelit-belit lidah Jawanya ini.  Very medok!  Jadi menurutku memang ada hal yang masih harus diperbaikilah. 

Ini bentukkanku 25 tahun yang lalu kira-kira menurut TikTok πŸ˜‚
Belajar sendiri itu enaknya bisa mengulang-ulang pelajaran sampai bosan tanpa perlu dibatasi waktu.  Ulang terus kalau ada yang susah.  Ngomong sendiri, betulin sendiri.  Sampai betul-betul  fluency-nya mirip baru pindah ke bagian selanjutnya.  Ya nggak harus mirip-mirip banget orang aku saja lahir di Malang, bukan di Amerika.  Jadi kalau ada satu atau dua kata yang tetap terbelit lidah ya kuterusin saja.  Nggak papa.  Yang penting aku ngerti kalau ada orang ngomong apa dan aku dibilang 'Very Good' sama Duolingo nya.

Nonton Netflixpun kusetel terjemahan bahasanya ke Bahasa Inggris.  Mau Bahasa Inggris kek, Korea kek, Jerman kek, nggak ada kupakai Bahasa Indonesia.  Bukan tidak menghargai bahasa negara sendiri ya, tapi topiknya kan memang lagi belajar Bahasa Inggris.  Jadi apapun yang bisa membuat bahasa Inggrisku tambah bagus ya pasti kulakukan.  Scroll Tiktok pun aku milih-milih.  Kalau ada konten nyanyi-nyanyi pakai bahasa Inggris berikut cara pengucapannya ya kutonton saja.  Kusimpan kalau perlu.  Suatu hari nanti pasti kepakai!

Jadi saudara-saudara, tetaplah belajar meskipun sudah beranjak tua.  Mumpung belum pikun.  Aku sudah lima puluh tiga menuju lima puluh empat tahun.  Tiba-tiba saja sudah sering lupa akan sesuatu.  Tiba-tiba suka blank!  Kalau tidak dilatih untuk tetap berpikir pasti tambah mudah untuk jadi pelupa.  Nggak papalah dibilang sok keren, sok pinter, atau apalah.  Yang penting aku belajar itu atas keinginanku sendiri.  Mau belajar apa saja kalau atas keinginan sendiri itu enak.  Kejar target sendiri, senyum-senyum sendiri.  Bukan karena gila ya.  Tapi karena memang di rumah juga sendiri.  Hanya berdua sama si Klepon anjing kesayangan kami.  Suami kerja.  Anak-anak semua di luar kota.  Biar tidak bosan ya harus bisa menciptakan kesibukan sendiri dong.


Mau umur berapapun, selagi masih hidup, anggota tubuh berfungsi dengan baik, maka pergunakan juga semuanya dengan baik sesuai fungsinya.  Jangan pernah ada kata menyesal untuk sebuah perjalanan.

Label: 0 komentar |
Martina Felesia

Yang paling unik dari media sosial itu kita jadi tahu seperti apa karakter seseorang itu kira-kira.  Ada yang gampang move on, ada yang susah move on.  Ada yang dibawa hepi, ada yang dibawa keki.  Contoh nyatanya adalah masalah pilpres kemarin.  Sudah jelas-jelas yang menang bukan orang yang didukungnya, masih juga nyocot di media sosial.  Ya sudahlah!  Mau nggak mau, suka nggak suka, itu yang dipilih oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.  Mau kamu komplain sehari tujuh kali pun tetap nggak ngepek.  Jadi nggak usah terlalu dibawa baperlah.  Sudah menjelang pelantikan.  Sudah waktunya untuk move on!

Yang lebih lucu lagi, mereka yang suka nyinyir, nyindir-nyindir di medsos itu malah mereka-mereka yang kulihat berpendidikan bagus dan berkualitas oke.  Ada pemuka agama, ada si paling nasionalis, ada si paling betol, dan ada si paling pinterlah pokoknya.  Mau apapun ceritanya, yang berbeda dari pilihan mereka itu pokoke salah kabeh.  Cenderung seperti memaksa orang lain untuk searah setujuan dengan pilihannya, tapi mekso!  Yang beda pilihan dianggap musuh dan merasa harus diseneni (disindir-sindir) terus tiap hari di media sosial.  Bukan hanya capres yang terpilih yang dinyinyiri.  Yang mendukungnya pun tiap hari dikomentari.  Dari anaknya, istrinya, menantunya, cucunya.  Kalau perlu tetangganya juga dikomentari.  Semua pokoknya harus dikomentari.  Biar kesannya itu tambah nasionalis gitu.

Oalah pak, buk, saudara saudariku tersayang, nggak capek apa harus nyinyir tiap hari di media sosial?  Mau dianggap nasionalis?  Mau dianggap pahlawan?  Lha piye toh?  Pilihan seseorang itu kan nggak bisa dipaksakan.  Mau presidennya siapa kalau mayoritas sudah memilih dia masak kita mau nyap-nyap terus-terusan?  Belajarlah untuk menerima kekalahan dengan legowo.  Dengan ikhlas.  Toh siapapun presidennya kita tetap harus cari makan sendiri.  Harus berjuang untuk nyekolahin anak sendiri.  Harus apa-apa sendiri.  Memangnya kalau capres yang kamu pilih menang terus kamu ditawari jadi menteri? Halah, mbelgedes!

Kalau aku sih sekarang ini memang memilih untuk antengNo comment.  Mau memilih siapa terserah dah!  Yang jelas aku sudah memilih orang yang kusukai dua kali.  Menyesal?  Kagak!  Kalau seandainya dia mencalonkan diri lagi pasti akan kupilih lagi.  Orang mau menyinyiri diriku ini karena dia?  Lha monggo!  Nggak ada undang-undangnya kok menyinyiri seseorang di media sosial.  Cuman apa nggak capek gitu loh harus menyinyir tiap hari.  

Pilpres sudah selesai dan pelantikan presiden terpilih sudah di depan mata.  Yang mau demo silahkan demo. Yang mau cari muka silahkan cari muka.  Yang  tetep nggak terima hasil pilpres ya silahkan saja.  Ini negara merdeka.  Bebas menyampaikan apa saja.  Aku tak hidup seperti rakyat biasa pada umumnya.  Bangun, ngopi, olah raga, bekerja, leyeh-leyeh, belajar, nonton drakor, leyeh-leyeh lagi, menyanyi, joget-joget, belajar lagi, terus leyeh-leyeh lagi.  Kebahagiaan diriku sebagai seorang manusia tidak boleh dikalahkan oleh beberapa gelintir manusia yang pada dasarnya sulit move on dari dunia persilatan sekarang ini.  Aku tak ketawa saja setiap mereka mulai update status apapun di media sosial.  Suka-sukamulah!  Sak karepmu!

#don'tworrybehappy

Label: 0 komentar |
Martina Felesia


Aku belum menonton film Home Sweet Loan.  Tetapi dari banyaknya video tiktok dan reels yang berseliweran aku jadi tahu, bahwa Kaluna adalah nama seorang anak bungsu yang harus ikut bersusah payah menanggung beban hidup keluarganya akibat 'kegoblokan' anggota keluarga tertentu.  Aku bukan Kaluna dan aku adalah anak kedua dari empat bersaudara.  Dilahirkan dalam keluarga yang mengutamakan kepentingan anak lelaki dibandingkan anak perempuannya itu sudah kurasakan jauh bertahun silam sebelum adanya film tentang Kaluna.  

Dari keluargakulah aku belajar banyak hal.  Betapa anak sulung yang kebetulan laki-laki harus menjadi raja di rumah dan adik-adik perempuannya harus selalu mengalah.  Betapa seorang ibu lebih mencintai anak lelakinya meskipun anak perempuan yang lain notabene juga anak kandungnya.  Betapa seorang ayah hanya bisa mengasihi anak perempuannya dalam diam hanya karena menghindari yang namanya pertengkaran. Dalam keluargaku jugalah aku bisa belajar, betapa didikan yang salah bisa menciptakan seorang manusia yang tidak berguna.  Betapa memanjakan anak hanya berdasarkan gender adalah kesalahan fatal yang tidak akan pernah termaafkan.

Sama seperti Kaluna aku juga punya mimpi.  Kalau Kaluna ingin punya rumah sendiri aku bermimpi pergi sejauh-jauhnya dari rumah.  Bermimpi bisa lepas dari kegelapan dan kekacauan yang ditimbulkan oleh orang-orang terdekat.  Bermimpi bisa menciptakan kebahagiaanku sendiri.  Bermimpi bahwa suatu saat nanti tidak akan pernah menjadi 'racun' jika memiliki keluarga sendiri.  Bermimpi bahwa semua anakku harus mendapatkan hak yang sama, apapun jenis kelaminnya. Mau anak sulung, anak tengah, ataupun anak bungsu, akan kupastikan mereka mendapatkan dukungan serta kasih sayang yang sama dan setara.

Belajar dari Kaluna dan belajar dari keluargaku aku tahu bahwa tidak ada yang salah bagi seseorang untuk mengejar mimpinya sendiri .  Jangan hanya berkutat pada masa lalu sampai lupa bahwa diri sendiri juga berhak untuk bahagia.  Berani keluar dari lingkungan yang toxic itu lebih penting daripada tetap bertahan atas nama keluarga tetapi semuanya selalu terasa menyakitkan.  Pergi dari rumah sejauh-jauhnya untuk menjadi orang yang lebih baik, jauh lebih berharga daripada diam tanpa melakukan apa-apa hanya karena takut dicap sebagai anak durhaka.  Minggat dengan berpamitan itu lebih indah daripada berdiam saja di rumah tapi hanya bisa jadi biang masalah.  Mencintai dari jauh ternyata lebih efektif daripada menyimpan benci meskipun tinggal dalam jarak dekat.

Aku bukan Kaluna tetapi memiliki hati yang hampir sama.  Se'toxic' apapun yang namanya keluarga, tetap harus bisa menjadi sandaran saat mereka perlu. Semarah apapun pada mereka , tetap saja tidak bisa lupa bahwa mereka adalah keluargaku.  Teringat wajah bapak yang selalu menjadi penolong dalam senyap ketika dibutuhkan.  Teringat wajah ibuk yang meskipun sering menyebalkan tapi tetaplah ibuku, manusia yang sudah melahirkan dan merawatku.  Meskipun seandainya bisa lari sembunyi dan berpura-pura mati, tetap tidak bisa menafikkan diri bahwa mereka adalah salah satu bagian penting dalam perjalanan hidupku selama ini.

Jadi beginilah aku adanya.  Orang boleh menilai egois, keras kepala, durhaka, atau apalah namanya.  Tapi apapun ceritanya, mengubah nasib itu harus dimulai dari diri sendiri.  Keluargamu boleh saja jadi penyebab keterpurukanmu, tetapi hanya diri sendiri yang bisa membuat bangun kembali dan berjuang mengejar mimpi.  Tidak perlu takut dengan berbagai macam 'stempel' yang akan menghambat langkah.  Jika jatuh bangun lagi.  Jika berulang jatuh ya berulang bangun lagi.  Begitu seterusnya sampai mati.  Yang namanya keluarga, bisa kita temukan di mana saja.  Jadi tetap bertahanlah, dan jangan lupa untuk bahagia.

#sekedarpenginngoceh

Label: 0 komentar |
Martina Felesia

Kalau suatu saat nanti mati, aku ingin dikremasi.  Iya, dikremasi.  Bukan dikramasiπŸ˜‚. Dibakar jadi abu dan kembali menjadi debu.  Terus abunya dilarung di laut.  Di perbatasan antara Batam dan Singapura.  Biar kalau tiba-tiba ingin dolan ke Singapore atau Malaysia tidak terlalu jauh😁.  Nggak perlu dikubur di Temiang.  Nggak perlu ngrepoti keluarga, kawan dan handai taulan untuk melakukan kunjungan.

Menurutku kremasi adalah proses yang paling simpel dalam mengucapkan sayonara kepada yang masih hidup.  Jenazah didoakan dan kemudian dibakar.  Sudah.  Selesai!  Tidak perlu dikubur di dalam tanah.  Tidak perlu meninggalkan jejak berupa batu nisan.  Tidak perlu merepotkan siapapun untuk merawat makam.  Cukuplah dikenangkan hanya dengan doa-doa.  Toh kenangan itu suatu saat juga akan hilang begitu saja.

Suamiku selalu nggrundel kalau aku sudah menyinggung bagaimana aku ingin diperlakukan jika suatu saat nanti tiba-tiba mati.  Dipikirnya aku hanya bercanda.  Padahal aku serius.  Kremasi adalah keinginanku dari dulu.  Kalau kondisiku sehat aku malah ingin mendonasikan seluruh tubuhku.  Entah mata, jantung, liver atau apapun itu.  Meskipun tidak berguna pada saat hidup paling tidak bisa berguna pada saat sudah mati.  Tetapi sepertinya susah karena aku memang tidak bisa dibilang sehat untuk menjadi seorang donatur.  Jadi lupakan saja masalah tentang donasi-donasian.

Apakah dengan dikremasi aku tidak menghargai tubuh sebagai ciptaan Tuhan?  Tidak juga.  Menurutku sama saja.  Dikubur di tanah pun nantinya raga juga akan hancur menjadi tanah.  Bedanya adalah aku memilih proses lebih cepat untuk menjadi debu dan abu.  Aku tetap ingin menjadi manusia merdeka meskipun sudah binasa.  Itu sebabnya aku ingin menuliskannya dari sekarang.  Supaya keluargaku ingat, bahwa keinginanku kalau mati nanti hanya itu.

Apakah dengan memilih dikremasi aku menunjukkan sisi diriku yang egois dan mau menang sendiri?  Menurutku juga tidak.  Malah dengan kremasi aku telah memilih untuk tidak memberikan beban mental kepada anak-anakku nantinya.  Kuburan dan batu nisan hanya akan mengingatkan mereka akan suatu kewajiban untuk menjaga dan merawatnya.  Tidak dirawat takut kualat, dirawat bisa jadi tidak sempat.  Padahal itu hanya makam.  Hanya sekedar batu nisan dan jenasah yang mungkin sudah tidak ada lagi bentuknya.  Bukankah lebih baik kalau mereka selalu mengirimkan doa, di manapun mereka berada?!  Tidak perlu repot-repot mendatangi makam dan menaburkan kembang hanya untuk berkubang dalam kenangan masa lalu. 

Alih-alih hanya berada di satu tempat, aku ingin abuku ditaburkan saja di lautan lepas. Biar kalau panas bisa ikutan menguap ke langit dan menjadi awan.  Terus menjadi hujan.  Biar kesannya romantis gitu ya.  Biar jadi proses pemakaman yang indah.  Meskipun pada saat mati sudah tidak bisa merasakan apa-apa, tidak ada salahnya memimpikan proses pemakaman yang diidam-idamkan.  Terserah orang mau ngomong apa yang jelas aku sudah harus mulai merencanakan dari sekarang.  Karena dalam iman, kematian adalah perrjalanan menuju pulang.

πŸ’“Kutuliskan pesan ini saat mendung, sambil mendengarkan lagu melow dari spotify, dan mendoakan seorang kawan yang kemarin malam tiba-tiba berpulang.  Selamat jalan Mas Redy.  Terima kasih atas kebaikanmu selama ini.  Selamat jalan menuju keabadian.  Turut berduka untuk mbak Yudi dan Nadia.

Label: 0 komentar |
Martina Felesia

 

Setelah satu setengah tahun memutuskan untuk berhenti kerja, baru terasa 'nggak enak'nya nggak punya duit sendiri.  Kalau biasanya mau ngapain saja langsung gas pol tanpa pikir panjang sekarang ini apa-apa harus mikir dulu.  Meskipun punya suami yang nggak pernah itung-itungan masalah perduitan, tetapi perasaan ini tetap saja kagak enak sendiri.  Padahal dianya biasa saja.  Mau nongkrong kek.  Mau reuni kek.  Mau nonton kek.  Dianya terserah saja.  Yang penting istrinya hepi.  Akunya saja yang sering merasa salah tingkah.  Meskipun tiap bulan dapat transferan tapi ya tetap saja merasa nggak enak.  Sudah biasa menghasilkan duit sendiri soalnya.

Jadi apakah aku menyesal setelah memutuskan untuk 'resign'?   Jawabannya antara iya dan tidak.  Iya, karena sekarang harus nunggu ditransfer dulu oleh suami baru bisa punya uang.  Tidak, karena aku tidak pernah migrain lagi semenjak memutuskan untuk berhenti kerja.  Sepertinya aku memang harus melepaskan diri dari lingkungan kerja yang toxic baru bisa sehat kembali 😁.

Kalau sampai saat ini masih ketawa-ketawa, bisa dibilang itu karena hobi saja ya.  Selain itu ya merasa bersyukur karena masih diberikan kesehatan meskipun pemasukan berkurang.  Bersyukur karena masih bisa nulis unek-unek di Blog.  Bisa ngoret-oret buku gambar jadi Vignette yang cantik.  Bisa mendesain website sendiri dari Canva.  Bisa mendesain dan menulis kata-kata bijak yang nulisnya terasa  gampang tapi mempraktekkannya terasa ruwet.  Bisa membuat Vlog sekaligus belajar mengeditnya.  Bisa bersih-bersih rumah sesuka hati.  Bisa memilih untuk tidak mandi-mandi dari pagi sampai sore karena merasa nggak keringetan because merasa di rumah saja.  Bisa nonton ratusan film tanpa harus pergi ke bioskop.  Bisa belanja-belanja di Shopee tanpa ngrepoti suami.  Dan berbagai macam kegiatan lain yang kalau dipikir-pikir tidak akan pernah membuatku merasa bosan seumur hidup.

"Nggak bosan di rumah saja?" suamiku sering mengganggu dengan pertanyaan lucu itu.

"Nggaklah!  Bosan kalau duit di dompet mulai menipis.  Itu saja!" aku menjawab lempeng-lempeng.  Membuatnya otomatis ketawa ngakak tanpa bisa berkata apa-apa lagi.

Jadi bagi semua women di luar sana yang 'nggak bisa' nggak pegang duit sepertiku, bisa dicamkan baik-baik ini ya:

1.  Bekerjalah selagi mampu.  Menghasilkan duit sendiri itu lebih 'nyaman' dibandingkan hanya sekedar menunggu transferan dari orang tersayang.

2.  Jika keadaan memang tidak memungkinkan  untuk bekerja, jangan lupa untuk tetap membahagiakan diri sendiri.  Jangan sampai tiba-tiba sudah jadi tua saja dan selama ini belum sempat menyenangkan diri sendiri.   Jangan sampai hidup berlalu begitu saja karena habis dipakai untuk menyenangkan orang lain baik itu keluarga maupun mereka yang bukan keluarga.

3.  Biasakan menabung untuk masa tua.  Sedikit demi sedikit lama-lama akan menjadi bukit.  Untuk berjaga-jaga supaya suatu saat nanti tidak perlu meminta-minta meskipun anak-anakmu sudah bekerja. Yang namanya anak-anak toh akan punya kehidupan merek sendiri-sendiri nantinya.

4.  Tidak apa berpenampilan sederhana dan tidak mengikuti gaya yang penting dompet selalu ada isinya.  Jadi tidak menyusahkan diri sendiri dan orang lainnya.

Empat hal di atas itu adalah hal-hal yang selama ini coba untuk kujalankan setelah tidak bekerja lagi.  Bukan hal yang mudah tetapi bukan juga hal yang tidak mungkin untuk dipraktekkan.  Kalau tidak dimulai sekarang mau kapan lagi, ya kan?  Intinya itu jangan sampai rasa bosan membunuhmu secara perlahan.  Itu saja!  Jadi be happy lah πŸ˜‚

Label: 0 komentar |
Martina Felesia

Foto Juli 2023
Jogja sudah mulai ramai.  Maklum, sudah masuk musim liburan.  Semua itu bisa ditandai dengan adanya kemacetan di mana-mana.  Malioboro yang biasanya syahdu mendayu-dayu sudah mulai penuh dengan orang foto-foto.  Nggak pagi, nggak siang, nggak sore, nggak malam.  Tambah malam tambah ramai.  Tambah pula macetnya.  Seputaran alun-alun Lor juga sudah mulai dipenuhi wisatawan.  Begitu juga dengan alun-alun Kidul yang di hari-hari biasa ramai dengan pengunjung.  Umpek-umpekan manusia yang sedang berlomba-lomba menikmati liburan sembari kulineran semakin menambah keramaian di setiap sudutnya.  

Kemarin sore ketika iseng-iseng keluar rumah karena ingin mencari sesuatu, kakiku malah nyangkut di roda gerobak bapak penjual rujak yang meletakkan dagangannya terlalu ke tengah.  Posisiku sedang dibonceng sepeda motor oleh anak perempuanku yang dengan susah payah berusaha menghindari kendaraan dari arah berlawanan, yang mengambil jalur terlalu ke kanan. Sementara itu jalanan seputaran Kraton yang sempit sudah dipenuhi dengan becak, mobil, dan juga andong yang berhenti di sepanjang tepian jalan.  Bukannya mengumpat malah aku yang minta-minta maaf ke bapak penjual rujak.  Padahal kakiku yang lecet.  Sementara roda gerobak si bapak terlihat biasa-biasa saja.  Jadi takjublah diriku ini.  Seserius itukah Jogja telah mengubah akhlak-ku?πŸ˜‚

Melihat keramaian dan kemacetan yang ada, pada akhirnya selalu mengurungkan niatku untuk ikut-ikutan menikmati liburan seperti yang lainnya.  Kalau nggak penting kali  aku lebih memilih untuk berdiam diri di rumah saja.  Leyehan, nonton Netflix, ngeblog, bersih-bersih rumah, main Sudoku dan lain-lain.  Padahal di rumah saja sebenarnya juga membosankan.  Tetapi baru membayangkan panasnya udara di luar dan kemacetan yang ada sudah membuatku menyerah sebelum melakukan apa-apa.  Jadi nggak salah juga kalau anak-anak sering mengejekku labil.  Sebentar menggebu-gebu ingin keluar rumah, sebentar kemudian membatalkan rencana tanpa disangka-sangka.  Labillah pokoknya!😁

Meskipun masih pagi, biasanya sudah banyak orang duduk-duduk manis menikmati soto sambil lesehan di sepanjang jalan seputaran alun-alun Utara. Biasanya juga aku dengan pedenya ya tetap berolah raga.  Tidak tergiur dengan harumnya bau soto yang merajalela sepanjang perjalanan.  Padahal aslinya ya pengin.  Sambil lesehan, sambil ngobrol, sambil makan semangkok soto di pagi hari, alangkah indahnya.  Tapi karena niatnya itu olah raga, mau tidak mau ya harus di-rem dulu keinginannya  Masak gara-gara mambu soto malah nggak jadi menyehatkan diri?  Yang agak sedikit repot itu kalau mau jalan keliling alun-alun malah banyak orang yang duduk selonjororan sepanjang jalan setapak di pinggiran alun-alun.  Aku takut salah injek!

Solo, bukan Jogja
Untunglah anak-anak sedikit banyak sudah tahu seluk beluk kota Jogja.  Jadi mereka terkadang memutuskan untuk pergi sendiri kalau mereka ingin pergi-pergi sementara mamaknya lebih memilih untuk  mager .  Tinggal telponan sama kawan sekolah dan cuss....sudah melalak mereka kemana-mana.  Sementara mamak yang kebanyakan rencana ini sekali lagi lebih memilih untuk leyeh-leyeh dan menikmati dunianya sendiri.  Mungkin karena sehari-hari aku banyak tinggal di sini jadi sudah tidak ingin kemana-mana lagi.  Kalau dulu itu sepertinya bisa pulang ke Jogja rasanya istimewa sekali. Sekarang mah sudah terasa biasa-biasa saja.  Mungkin juga karena harus pisah-pisahan sementara waktu sama bapaknya anak-anak.  Kalau dianya di sini mungkin beda lagi ceritanya.

Bagaimanapun juga, selamat berlibur di Jogja dan di tempat-tempat lainnya.  Nikmatilah liburanmu selagi bisa.  Yang masih berkutat dengan urusan kerja dan belum bisa liburan ya yang sabar saja dulu.  Nggak sempat liburan sekarang  lain waktu mungkin ada kesempatan.  Selalu berhati-hati di manapun berada dan tetaplah menjaga kesehatan ya...πŸ’“

Label: 0 komentar |
Martina Felesia

Kemarin siang menjelang sore tiba-tiba rumah kontrakan bau wangi.  Bukan wangi bunga.  Apalagi parfum ala-ala.  Setelah beberapa kali menemani anak-anak di Jogja, rasanya baru kali itu rumah bau wangi kayak gitu.  Miri-mirip bau kemenyan.  Kukira hidungku saja yang salah sambung.  Tapi kok baunya makin semerbak ya?  

"Mas, bau kemenyan nggak?" aku menoleh ke arah anak bujang yang sedang asik main game sembari meracik sayuran yang rencananya akan kumasak keesokan harinya

"Nggak tuh!  Hidungku buntu, Bun!  Kayaknya mau pilek!" dia menjawab santai.

"Masak sih?"aku masih berusaha mengendus-endus kayak si Klepon anjingku kalau mencium bau tikus.

"Ah, Mamak ini serem kali.  Tutup sajalah pintunya!"si Bujang berkata lagi sambil tetap melanjutkan bermain game bersama kawan-kawannya secara daring.

Sorenya kakak ipar mampir ke rumah.  Titip cucunya sebentar karena mamanya sedang memberikan les di rumah sementara dia sendiri harus menghadiri pertemuan di gereja.  Tentu saja dengan senang hati aku mau.  Meskipun kesabaranku setipis tisue, tapi pada dasarnya aku senang sama anak bayi.  Menurutku bayi punya bau khas tersendiri.  Mau asem kayak manapun tetap saja wangi.

Mula-mula si bayi yang baru berumur empat bulan itu mau saja ketawa-tawa waktu di-kudhang.  Lama-lama seperti terganggu waktu kutidurkan di kereta dorong meskipun tidak sedang tidur.  Seperti ingin meloncat gitu.  Kepalanya pakai acara diangkat-angkat segala.  Jadi kuangkat dan kugendonglah.  Si bayi diam sejenak tapi mulai terisak-isak.  Kucoba mengayun-ayun biar tenang.  Sambil nyanyi-nyanyi lawak begitulah.  Tapi tambah terisak juga.  Mulailah aku panik.  Lha kenapa pula ini?  Untung tak lama kemudian mamanya datang.  Tambah kejer si bayi.  Selucu apapun kami ngudhang tetap saja nangis. Sampai berlelehan pula air matanya.  Saat dibawa keluar rumah tiba-tiba tangisnya berhenti.  Seperti terbebas dari sesuatu yang membuatnya begitu ketakutan di dalam rumah.

Tak lama kemudian bau wangi tercium lagi.  Lebih samar.  Tapi masih wangi.  Kan jadi gimana gitu ya. Masak sore-sore mesti mencium bau wangi kemenyan sih.  Entah siapalah orangnya yang iseng bakar wangi-wangian sore-sore begitu.  Akhirnya sambil ketawa-ketawa kututup juga pintu belakang yang biasanya kubuka separuh saja di bagian bawah.  Siapa tahu memang ada tetangga yang memang lagi punya hobi aroma terapi.

Jadi ingat dulu waktu baru pertama kali punya bayi.  Anak pertamaku selalu menangis jerit-jerit setiap jam 1 pagi pada hari-hari tertentu.  Seumuran sama bayi yang dititipkan inilah.  Bagaimanapun kami berusaha untuk menenangkan tetap saja dia akan menangis sejadi-jadinya.  Setiap berada di dalam rumah menangis. Setiap dibawa keluar rumah langsung terdiam seribu bahasa.  Begitu terus selama beberapa bulan.  Situasinya sungguh sangat melelahkan karena paginya kami berdua harus bekerja.  

Tapi bukannya minta rumah untuk diberkati dan didoakan oleh pemuka agama, kami lebih memilih untuk menerima situasi.  Ya sudahlah.  Nggak apa-apa.  Lagian tidak ada waktu untuk  menghubung-hubungkan kondisi saat itu dengan peristiwa mistis yang terjadi jika memang benar ada.  Kami bekerja seperti biasa.  Beraktifitas seperti biasa.  Dan berdoa seperti biasa.  Sampai akhirnya rutinitas duduk-duduk manis dini hari di luar rumah berakhir sudah.  Mungkin anakku sudah bosan dan capek harus menangis setiap dini hari.  Jadi lama-lama berhenti jugalah segala macam drama bayi tengah malam sampai menjelang pagi.  Atau bisa jadi dia sudah bisa berdamai dengan 'siapa'pun yang membuatnya takut setengah mati setiap tengah malam tiba.

Back to rumah ini.  Setelah pintu belakang kututup bau wangi memang menghilang.  Tapi malamnya aku jadi mimpi buruk.  Gelisah tidak bisa tidur.  Sebentar-bentar terbangun.  Bisa jadi karena udara Jogja yang terlalu gerah.  Atau bisa jadi juga karena pikiran yang melantur kemana-mana.  Padahal aku sudah mencoba tidur awal-awal.  Jam 10 malam sudah mapan di kasur.  Tapi otak rasanya tidak bisa diajak bekerjasama.  

Bagaimanapun juga aku berharap segala macam wangi-wangian yang tercium kemarin sore sampai malam itu bukan pertanda apa-apa.  Semoga rumah yang kami tinggali sementara ini tetap aman-aman saja.  Apapun ceritanya, aku berharap anak-anak bisa belajar dengan tenang tanpa perlu merepotkan atau direpotkan dengan berbagai macam urusan yang memang tidak perlu untuk dipikirkan.  Semoga semua akan baik-baik saja sampai mereka menyelesaikan sekolahnya.

#Godblessmyfamily

Label: 0 komentar |
Martina Felesia

Di tengah gempuran kemajuan zaman di mana kebanyakan orang ingin berkulit 'putih', tiba-tiba muncul perasaan bangga karena dilahirkan berkulit kelam.  Dari dulu aku memang tidak tertarik untuk jadi putih.  Buat apa?  Dulu waktu kecil hobiku melalak siang-siang.  Ke sawah, ke sungai, kemana-mana.  Terkadang pulang sekolah dibelain berjalan kaki di bawah terik matahari.  Jadi bagaimana ceritanya bakalan bisa putih?  Lagipula tahun 90an belum marak yang namanya skinkar skinker.  Jangankan beli, bentuknya seperti apa aku juga tidak tahu.  Dan kalaupun tahu sudah pasti tidak akan terbeli dengan uang saku yang tidak seberapa zaman itu.

Setelah bekerja dan mendapatkan penghasilan sendiri, aku tetap saja nyaman dengan berkulit hitam legam.  Tetap tidak ada keinginan untuk mulai berdandan seperti perempuan pada umumnya.  Apalagi keinginan untuk suntik putih.  Selain faktor malas, juga karena faktor rasa sayang kalau harus mengeluarkan uang hanya untuk urusan dandan.  Apalagi kalau hobinya masih juga melalak-lalak keluar rumah.  Jadi paling banter kegiatanku hanya membersihkan muka sepulang kerja.  Itupun dengan pembersih muka merk apa saja.  Yang penting bersih.  Make up yang kusimpan cuman pelembab bayi, bedak tabur dan lipstik sebiji.  Selain itu tidak ada lagi😁

Apakah dulu pernah merasa takut 'nggak laku"?πŸ˜‚

Kalau dipikir-pikir nggak pernah sih!  Zaman itu tingkat kepedeanku bisa dibilang cukup tinggi.  Prinsipku begini:  Laku tidak laku itu bukan urusanku.  Ada yang mau syukur.  Nggak ada yang mau juga nggak masalah.  Yang penting aku bekerja, punya penghasilan sendiri, dan bisa menghidupi diriku sendiri.  Yang lain-lain mah aku terserah saja.  Lagipula urusan jodoh itu bukan masalah laku atau tidak laku, mau atau tidak mau.  Urusan jodoh itu tetap harus diperhitungkan matang-matang sebelum mengambil keputusan.  Jangan terburu-buru menikah karena nggak tahan dengan gunjingan orang.  Ada yang mau sama kita terus ternyata kitanya nggak cocok ya jangan grusa grusu bilang setuju.  Ada orang yang kita mau tapi ternyata dianya slendro ya kitanya yang harus mundur dulu.  Pada waktunya nanti, pastilah akan ada orang yang mau menerima dirimu apa adanya.  Jadi menurutku, mengapa harus terburu-buru?  Lagipula urusan cinta-cintaan itu tidak ada hubungannya dengan kulitmu putih kayak sapi atau hitam seperti arang.  Cinta itu yo cinta saja.  Mana sempat mikirin kamu item atau putih, ya kan?

Beruntunglah anak-anakku yang perempuan tidak seslebor diriku dalam urusan perdandanan.  Dari usia remaja mereka sudah tahu bagaimana harus merawat muka.  Uang saku dikumpulin sedikit demi sedikit untuk membeli produk perawatan wajah.  Lebih baik tidak jajan daripada tidak bisa membeli skincare.  Sementara dulu waktu seusia mereka aku sibuk menabung hanya supaya bisa mencoba makanan enak di kedai-kedai makananan yang baru buka, atau supaya bisa menyewa komik silat bergepok-gepok sebagai kawan di hari Minggu.  Zamannya memang sudah berbeda jauh.  Jauh banget malah!

Jadi, apakah aku menyesal punya kulit hitam?  Kagaklah!  Bule-bule dari luar saja kalau datang ke Indonesia hobinya berjemur supaya bisa hitam, masak aku yang sudah gosong malah pengin jadi putih kayak mereka?  Yang penting di usia sekarang ini aku penginnya simpel saja:  Sehat dan banyak duit!  Kalau sehat banyak duit kan enak.  Mau kulitnya item kek, gosong kek, peduli amat.  Meskipun gosong kalau dompetnya full ya tetap saja bisa jalan jinjit sambil lenggang kangkung menikmati hidup.  Intinya itu hari gini nggak sempat lagilah untuk mikirin gonta-ganti warna kulit.  Menikmati hidup dengan gembira sepertinya lebih berdaya guna dalam menjalani waktu yang masih tersisa daripada menghabiskan energi untuk memikirkan kapan kulitku akan jadi putih πŸ˜‚

#beyourselfsajalah


Label: 0 komentar |
Martina Felesia


Tak rasa-rasa kayaknya aku jadi tambah sedeng setelah memutuskan untuk berhenti kerja.  Bagaimana nggak sedeng.  Dulu waktu masih kerja mau pulang kampung saja harus nunggu per dua tahun  sekali.  Selain biar cutinya ngumpul banyak, uang sakunya juga bisa lebih terencana.  Sekarang ini setelah nggak kerja malah bentar-bentar pulang.  Jarak yang jauh sepertinya terasa biasa-biasa saja.  Dua bulan sekali mulih.  Kalau nggak bisa naik montor mabur yo naik kapal laut.  Sing penting saat diperlukan ada.  Pokoknya sudah kayak toke saja aku ini πŸ˜‚

Bukannya kebanyakan duit atau apa ya.  Tapi memang ini adalah situasi yang saat ini terasa adil untuk semua.  Harus bagi-bagi kunjungan.  Dua atau tiga bulan di Jogja bersama anak-anak usia SMA, dua tiga bulan berikutnya berada di Batam bersama bapaknya anak-anak.  Terus tiba-tiba mabur ke Malang atau 'pakpur' saja dari Jogja untuk nyambangi bapak yang lagi sakit.  Kalau ada yang lagi baikan membelikan tiket ke Kuala Lumpur aku yo mau-mau saja disuruh budal.  Pokoknya aku ini semacam manusia freelancelah.  Kemana-mana oke sing penting ono duite!

Dulu sekali kesempatan seperti ini kelihatannya langka sekali.  Kalau mau pulang kampung ke tempatku atau ke tempat suami rembukannya harus panjang lebar kali tinggi sampai ketemu dan paham bahwa dunia memang tidak selebar daun kelor.😁 Berapa lama harus tinggal dan berapa duit yang dibutuhkan selama tinggal harus benar-benar terencana dengan matang.  Meskipun dua-dua kerja tetap semua harus diperhitungkan.  Jangan sampai demi urusan bersenang-senang dibela-belain harus ndongkel tabungan sekolah anak-anak.  Jadi memang jauh-jauh hari harus dipikirkan matang-matang supaya tidak berantakan.  Jangan sampai acara pulang kampung yang tujuannya mau bertemu keluarga besar dan hepi-hepi malah jadi amburadul karena sibuk bengkerengan sendiri.

Lha sekarang ini karena sudah betul-betul jadi free woman aku malah jadi sering kluyuran kesana kemari.  Bukan karena duit yang berlebih.  Tetapi karena aku merasa lebih berfungsi saja sekarang ini meskipun sebenarnya dulu juga berfungsi.  Pagi sampai sore kerja kantoran, mengurus rumah, ngurus anak, ngurus suami.  Semua serba dikejar-kejar waktu dan dikejar-kejar kebutuhan.  Sekarang ini seperti lebih bisa bernafas dan lebih bisa fokus mau ngapain gitu.  Kepala fresh.  Bebas migrain.  Bebas vertigo.  Bebas paramex.  Yang ada itu ingin membahagiakan diri sendiri dengan mengerjakan hal-hal yang dulu tidak sempat dikerjakan yaitu rebahan dan jalan-jalan.

Bakso 'haram' Kornelan Jogja
Jadi aku ingin berterima kasih kepada Pak DjokoWi di rumah kami, karena sudah mensupport bininya dengan sangat luar biasa.  Katanya biar dia saja yang kerja dan aku yang disuruh menghabiskan duitnya.  Ya akunya sih mau-mau saja.  Tapi kan ya nggak enak juga kalau dia yang kerja aku yang menghabiskan.  Tetap saja kalau kira-kira berlebihan dan tidak masuk akal aku batalkan sendiri. "Nggak jadilah!  Eman-eman!" begitulah seringnya kubilang, meskipun dalam hati kepingin juga 😁

Meskipun punya soulmate baik hati dan apikan, tetapi sebaiknya seorang istri itu memang punya penghasilan sendiri.  Nggak usah banyak-banyak, yang penting pas emergency gak perlu lagi ngrusuhi suami.  Lebih enak dan lebih nyaman untuk diri sendiri.  Aku dulu kalau nggak ganti bos mak lampir sebenarnya juga masih pengin yang namanya kerja.  Tapi ya apalah daya.  Tingkat ke-bludrekan-ku sepertinya sudah mencapai puncak tertinggi.  Memang lebih baik berhenti daripada tidak hepi sendiri.

Untuk my besties yang masih bekerja tetap semangatlah!  Yang namanya duit itu memang harus dicari, bukan ditunggu-tunggu doang dan nantinya datang sendiri.  Bulshit mah kalau itu.  Ingat ya, harus dicari! 😍

Label: 0 komentar |
Martina Felesia

Lagi rebahan sambil scroll tiktok.  Kok kebetulan hampir semua videonya membahas tentang zodiak Taurus.  Jadi aku pun penasaran ingin ikutan.  Iseng-iseng nanya sama Chat GPT.  Apa aja sih ciri-ciri zodiak Taurus?  Gak pakai lama langsung srat sret dijawab sama tuan aplikasi.  Kenapa kok Taurus?  Lha bintangku kan Taurus!  Mosok nanyain yang lain sih?  Ntar nggak nyambunglahπŸ˜‚

Menurut Chat GPT Zodiak Taurus adalah salah satu zodiak yang dikenal dengan sifat-sifat tertentu yang mencerminkan elemen bumi. Orang yang lahir antara 20 April hingga 20 Mei termasuk dalam tanda zodiak ini. Di bawah ini adalah beberapa ciri yang biasanya dikaitkan dengan Taurus.  Mungkin ada yang cocok ada yang nggak.  Namanya juga ciri-ciri umum.  Jadi kalau ada yang beda-beda dikit ya nggak masalah.  Nah, yang kutulis miring-miring itu adalah tanggapan dari diriku pribadi sebagai seorang Taurus.  Kurang lebihnya  suka-suka aku sajalah.  Jadi jangan ada yang komplain ya😁

Praktis: Taurus dikenal sebagai zodiak yang sangat stabil dan praktis. Mereka cenderung memiliki pendekatan yang realistis terhadap kehidupan dan tidak mudah terpengaruh oleh perubahan mendadak.  Bicara tentang stabil dan praktis aku sendiri dasarnya suka yang praktis-praktis.  Nggak suka yang aneh-aneh.  Males ribet.  Tapi kalau stabil belum tentu.  Menurutku sih stabil kagak, sering labil iya.  Lha sukanya berubah-ubah pikiran di saat terakhir.  Nyebelin kata bojoku.
 
Sabar: Orang Taurus sering kali sangat tekun dan sabar. Mereka bersedia bekerja keras dan menunggu hasil yang baik daripada terburu-buru dan membuat kesalahan.  Nah ini nih.  Tekun bisa jadi iya.  Bolehlah!  Tapi urusan sabar sepertinya masih jauh dari Belanda.  Belanda masih jauh sabarku lebih jauh lagi.  Bisa jadi aku adalah manusia yang paling tidak sabaran di muka bumi ini.  Jadinya cenderung grusa-grusu. Itu sebabnya Tuhan mengirimkan makhluk dari planet Ngayogyokarto yang disebut suami untuk menengahi manusia yang nggak sabaran ini 😁
 
Setia : Dalam hubungan, baik itu persahabatan maupun romantis, Taurus biasanya sangat setia dan dapat diandalkan. Mereka menghargai komitmen dan sering kali menjadi teman atau pasangan yang setia.  Sejauh yang kutahu, Taurus memang setia.  Kalau sudah satu itu ya itu saja.  Mau sama HP, mau sama kawan, mau sama pasangan.  Tapi kalau sudah dihianati dan disakiti oleh seseorang dengan mudah ia bisa membuat dirinya lupa bahwa  orang tersebut pernah ada dalam hidupnya.
 

Cinta Kenyamanan: Taurus sangat menghargai kenyamanan fisik dan kestabilan emosional. Mereka suka dikelilingi oleh hal-hal yang membuat mereka merasa aman dan nyaman, baik itu rumah yang nyaman, makanan enak, atau lingkungan yang damai.   Kalau ini menurutku bukan hanya Taurus saja yang sukanya begitu.  Semua orang juga suka yang nyaman-nyaman saja.  Yang stabil-stabil saja.  Mana ada sih orang yang nggak pengin hidup damai, aman, tenteram, nyaman apalagi banyak uang?!

Menghargai Keindahan: Orang Taurus sering kali memiliki selera yang baik dan menghargai keindahan. Mereka bisa menjadi materialistik, menikmati dan menghargai seni serta kecantikan alam.   Orang Taurus cenderung  menyukai seni.  Aku sendiri suka yang namanya menyanyi.  Kadang di gereja, kadang di dapur, kadang di kamar mandi.  Sering juga nyanyi di teras sambil 'nyeret-nyeret' ember 'pel-pelan'.  Aku juga suka menggambar dan melihat lukisan-lukisan yang indah.  Dan ngomong-ngomong tentang materialistik, jujur saja yang paling kusuka adalah melihat senyuman para pahlawan yang sedang berjejer di dompetku.

Keras Kepala: Salah satu kelemahan Taurus adalah sifat keras kepala mereka. Sekali mereka memutuskan sesuatu, sulit bagi mereka untuk mengubah pikiran atau rencana mereka.  Nah kalau ini aku no komen ya.  Meskipun sukanya berdebat dan 'ngeyelan', menurutku itu sebenarnya bukan suatu bentuk  'kekeraskepalaan', melainkan adalah sebuah bentuk kekonsistenan.  Lha kalau menurutmu itu sesuatu hal yang prinsip dan benar, mengapa harus 'inggih-inggih' saja seolah -olah kamu adalah manusia yang tidak punya pendirian dan tidak punya harga diri, ye kan? 😁 

Tenang dan Sabar: Meskipun bisa sangat tegas, Taurus umumnya memiliki sifat yang tenang dan sabar. Mereka tidak mudah marah dan lebih suka menjaga ketenangan dalam berbagai situasi. Kalau itu sih  sepertinya gambaran diriku waktu masih muda ya.  Tapi setelah kenyang makan asam garam kehidupan, sudah paham dengan berbagai jenis manusia yang kadang hitam kadang putih kadang bunglon, bisa jadi Taurus yang tenang dan sabar seperti aku lama-lama akan berubah menjadi 'singo edan' yang sebentar-sebentar harus mengaum kalau didekati orang yang mencurigakan.

Praktis dalam Finansial: Taurus cenderung sangat hati-hati dan bijaksana dalam hal keuangan. Mereka lebih suka menabung dan memastikan bahwa mereka memiliki keamanan finansial untuk masa depan.   Kalau ini semua manusia yang masih hidup harusnya memang begitu.  Harus punya planning ke depan.  Harus punya duit. Harus punya tabungan.  Bagaimanapun caranya ya harus menabung.  Mau sedikit mau banyak tetap harus ada yang ditabung.  Yang sedikit-sedikit itu lama-lama akan menjadi bukit.  Prinsipnya adalah jangan sampai hidup hanya nyusahin orang lain.  That's all!

Nah, itulah ciri-ciri yang mencerminkan karakter umum dari orang-orang yang lahir di bawah tanda zodiak Taurus menurut Chat GPT.

Intinya zodiak Taurus itu sebenarnya apikan sama semua orang.  Selain suka melawak dia juga suka melucu.  Tidak pilih-pilih dalam berteman dan kehadirannya sering membawa penghiburan.  Cuman sayangnya Taurus orangnya sering nggak enakan.  Jadi kebaikannya sering dimanfaatkan oleh sebagian orang.  Tapi intinya itu, selain sifat kepala batunya, Taurus adalah orang-orang yang sangat menyenangkan.  Tidak pendendam.  Tidak suka ngeblok akun orang lain di media sosial.  Kalau ada Taurus yang sampai ngeblok nomer handphone atau akun media sosial seseorang, itu artinya dia sudah muak semuak-muaknya dengan orang tersebut.  Bukan benci sih.  Tapi males saja.  Jangankan bertegur sapa, bertemu muka pun tak minat.  Kalau bisa muter ke kutub utara dulu supaya tidak bertemu pasti akan lebih memilih untuk muter.  Begitulah kira-kira.  Jadi sudah puas kan? πŸ’“

Label: 0 komentar |