Sebenarnya tidak ada yang salah dengan membuat konten. Kalau kontennya bagus pasti dilihat orang kok (Lha iyalah, masak dilihat setan?!) Hanya saja notif yang masuk di medsos orang lain itu terkadang sangat mengganggu. Seolah memaksa orang lain untuk menonton kontennya. Padahal ya intinya itu tadi. Kalau kontennya bagus pasti akan ada yang nonton. Sementara aku ini masuk kategori orang yang malas kalau harus pura-pura tertarik pada sesuatu padahal tidak tertarik. Tidak terbiasa untuk bilang iya sementara aku penginnya bilang tidak. Mulut mungkin bisa menipu. Tetapi ekspresi muka pasti sudah mewakili segalanya. Itu kalau aku ya. Tidak tahu kalau orang lain π
Meskipun sebenarnya malas nulis tapi aku tetap saja nulis. Sudah hampir sebulan sepertinya aku berhenti menulis. Sibuk! Iya, sibuk nonton film. Jadi pagi ini sepulang olah raga aku langsung menghidupkan laptop dan mulai menulis.
Memasak sudah selesai sejak pagi. Bangun jam empat, masak-masak, menyiapkan bekal anak lanang yang katanya ingin mbontot untuk kuliah, terus sat set keluar rumah sambil menghidupkan Spotify. Menikmati suasana Jogja yang cerah ceria. Jam setengah enam pagi memang belum terlalu terang lagi. Tetapi di seputaran Kraton dan alun-alun Utara sudah banyak orang lesehan makan soto. Baunya menguar kemana-mana. Hampir saja aku ikut lesehan. Tetapi ingat tujuan utama adalah olah raga jadinya batal. Meskipun olah raganya hanya modelan jalan kaki sepanjang jalan Malioboro pulang pergi, tapi ternyata cukup melelahkan. Kalau tiap hari konsisten satu jam jalan kaki keliling-keliling seputaran Jogja, berharap balik Batam lemak perut sudah pada longsorlahπ
Pulang olah raga mampir belanja sayur sebentar di bawah pohon beringin depan Masjid. Ibuk penjualnya sudah hafal sama diriku. Padahal tidak setiap hari juga belanja sayur. Biasanya aku belanja dalam porsi banyak, yang kira-kira cukup untuk seminggu. Pagi tadi aku hanya beli bawang merah dan bawang putih, karena kemarin sudah belanja komplit untuk satu minggu ke depan. Setelah berbasa-basi sebentar dalam balutan senyum dan bahasa Jawa Ngoko, say good bye sama ibuk Sayur, lalu pulang.
Balik ke rumah ya gini ini, mulai menulis lagi. Mumpung pengin. Nanti kalau sudah melihat ada film baru di Netflix, takutnya nggak bakalan nulis-nulis lagi. Ya terserah saja ada yang baca atau tidak. Yang penting aku nulis dulu. Menulis membuat kepalaku jadi terasa agak ringan. Kalau ringan aku jadi punya energi lebih untuk melakukan sesuatu. Ya kursus online, ya belajar online. Pokoknya biarpun sudah tidak bekerja, aku merasa jadi orang paling sibuk sedunia.
Jadi, kata siapa menulis itu membosankan? Bosan itu kalau tidak tahu lagi hidup ini untuk apa. Selagi masih sadar dan tahu ingin melakukan apa, pasti tidak akan ada yang namanya bosan.