Showing posts with label Traveling. Show all posts
Showing posts with label Traveling. Show all posts
Martina Felesia

Akhirnya, setelah dua bulan memutuskan untuk menemani anak-anak selama masa ujian sekolah di Jogja, besok waktunya untuk pulang.  Balik ke Batam.  Kembali ke rumah sendiri.  Kembali ke rutinitas mamak-mamak pengangguran yang hari-harinya dipenuhi kesibukan 😎 

Supaya dikira modelan backpacker-backpacker kekinian, kuputuskan untuk pulang lewat Jakarta.   Naik kapal laut lagi.  Horeee....!  Selain hemat budget berkali-kali lipat, waktu tempuh yang lebih lama bisa dipakai untuk sightseeing dulu.  Lumayan bisa jalan-jalan meskipun sendiri.  Dari Jogja nyepur, terus lanjut naik KRL menuju Tanjung Priok. Karena tahun kemarin sudah pengalaman jadi kemungkinan nyasar dipastikan kecil sekali. Sambil menunggu kapal nyandar nantinya bisa nongkrong-nongkrong dulu di pujaseranya pelabuhan.

Sebelum pulang beres-beres kontrakan dulu.  Bersih-bersih dapur.  Menyiapkan bahan makanan di kulkas untuk anak-anak sampai tiba waktu bapaknya gajian.   Mengirim cucian ke laundry.  Nyuci sepatu-sepatu.  Terakhir packing baju-baju yang harus ditinggal di Jogja dan menyimpannya dalam kantong plastik supaya tidak berdebu.  Untuk sementara olah raga libur dulu.  Fokus pada plekethikan yang harus dibawa pulang supaya tidak ada yang lupa.  Pokoknya jangan sampai ada satu barang pun yang ketinggalan.  

Dua bulan hidup di Jogja tidak terasa membuat berat badan berkurang beberapa kilo.  Bukan karena kangen si Tukang Mancing.  Tetapi karena hampir setiap hari dipakai untuk jalan-jalan.  Jalan-jalan pagi.  Terkadang diselang-seling dengan jogging.  Meskipun hanya dua hari sekali tapi cukup signifikan untuk menurunkan berat badan.  Itu semua dilakukan berdasarkan atas nasihat dokter ya.  Bukan hasil ngarang-ngarang.  Dokter menyarankan untuk olah raga.  Tujuannya bukan untuk langsing, tetapi untuk sehat.  Kalau akhirnya sampai ada langsing-langsingnya itu adalah bonus.

Semenjak tidak bekerja lagi memang hasil olah raga bisa terlihat nyata.  Migren menghilang, tensi stabil, vertigo no way!  Dompet yang dulu penuh dengan obat-obatan ala mamak-mamak sudah dibuang jauh-jauh.  Kalau tidak sakit banget sudah jarang minum obat.  Semua itu hasil dari olah raga, dan hasil bonek karena nekat untuk pensiun dini saat ganti bos model sikopet tiga tahun yang lalu😁  Kalau tidak bonek pasti aku sudah terkena stroke dari kemarin-kemarin.  

Jadi, dua bulan di Jogja sudah pergi kemana saja?  Tidak pergi kemana-mana!  Duduk-duduk manis saja di rumah.  Terus menyempatkan pulang kampung sebentar menjenguk bapak yang lagi sakit.   Balik Jogja dan lanjut duduk-duduk manis lagi.  Malas mau kluyuran.  Macet di mana-mana!  Kalau lagi rajin masak, kalau lagi malas tinggal pesan.  Banyakin nonton Netflix dan main Sudoku.  Menyempatkan ikut kursus AI dan jual-jual foto online.  Rutinitas biasa seperti kalau lagi di Batam.  Bedanya cuman kali ini pakai acara ngabis-ngabisin duit karena dilakukan dari jarak jauh πŸ˜‚

By the way, terima kasih Jogja untuk dua bulannya selama aku di sini.  Meskipun tidak pengin hunting tempat-tempat wisata, tetapi Malioboro di pagi hari sudah menjadi tempat istimewa dalam hati.  Semoga ada kesempatan untuk bertemu lagi lain waktu.

Martina Felesia
28 Desember 2024
Georgetown - Penang Central Butterworth

Check out dari hotel jam 12 siang sementara jadwal bis agak malam.  Ada jedah kurang lebih 7 jam.  Lagi-lagi  karena kehabisan tiket.  Tiket pesawat kalau dadakan harganya selangit meskipun hanya dari Penang ke Johor.  Alhasil ya naik bis lagi.  Masak backpackeran naik pesawat sih? (kalau ini sepertinya modus biar nggak dibilang turis kere saja ya?)πŸ˜‚

Menghabiskan waktu menunggu jadwal bis akhirnya memutuskan untuk jalan-jalan sebentar ke beberapa tempat.  Untuk sementara tas-tas dititipkan di hotel, dibantu oleh mbak-mbak resepsionis yang sangat welcome.  Jalan ke pasar lagi , terus lanjut mampir sebentar ke The Top Penang.  Melipir lagi ke Parangin Mall.  Oh ternyata begini, ternyata begitu.   Jalan, komentar, makan, jalan lagi.  Capek, balik lagi ke hotel untuk mengambil semua tas.  Say goodbye sama mbak resepsionis yang baik hati dan pesan Grab menuju ke Terminal Ferry Georgetown.

Iya, bis yang kami pesan nantinya akan berangkat dari Penang Central di Butterworth menuju Johor Baru.  Kami memutuskan untuk naik bis dari sana karena berencana untuk melanjutkan jalan-jalan sebentar di Butterworth. Selain itu kami juga ingin mencoba rasanya menyeberang dari Georgetown menuju Butterworth menggunakan ferry.  Biar tahu saja.  Jadi seandainya kapan-kapan harus pergi sendiri sudah nggak kagok lagi.  

Sampai di terminal ferry agak bingung-bingung sebentar harus masuk lewat mana.  Tanya-tanya sebentar, mengikuti rute jalan yang ditunjukkan dan sampailah di konter tiket.  Beli tiket seharga RM1.5 per orang.  Total RM6 untuk 4 orang.  Kubayar saja tunai meskipun di situ tertulis tidak menerima pembelian secara cash.  Petugasnya oke saja ternyata.  Mungkin karena melihat wajahku yang memelas ya makanya diokekan saja😁 Ferry datang dan pergi setiap tiga puluh menit sekali.  Jadi tidak perlu takut ketinggalan karena dia akan beroperasi sampai jam 10 malam.

Acara menyeberangnya ternyata hanya sebentar saja.  Tidak sampai 15 menit naik ferry sudah sampai di Penang Central Mall saja.  Terminal bis dan terminal ferry di Butterworth memang menyatu dengan Penang Central Mall.  Satu tempat saja.  Turun dari ferry tinggal mengikuti rute arah keluar bersama penumpang lainnya.  Jadi kalau mau naik bis tinggal menuju terminal di dalam mall yang terletak di lantai dasar.  Kalau mau melanjutkan perjalanan tinggal keluar saja dari mall.

Ternyata ya begitulah.  Rencana jalan-jalan seputar Butterworth harus batal karena ternyata hujan keburu datang.  Akhirnya memutuskan untuk menghabiskan waktu di dalam mall.  Makan, keliling-keliling mall, makan lagi, duduk-duduk di ruang tunggu sambil menunggu saatnya boarding.  Begitu diumumkan untuk boarding langsung cus turun ke tempat nunggu bisnya di lantai dasar. 

Yang bikin kesel dan gondok, ternyata bis yang ditunggu molor selama berjam-jam.  Mau marah tidak bisa karena bis yang lain juga demikian.  Tidak tahu apa penyebabnya yang jelas banyak sekali bis yang delayed.  Mungkin karena hujan atau karena ada kecelakaan kurang tahu juga.  Tidak ada pengumuman yang pasti.  Tahunya delayed gitu saja.  Tampilan di layar monitor hampir semua bis ditunda keberangkatannya.  Alhasil bis yang harusnya berangkat jam 6 sore jadinya baru bisa berangkat jam 12 tengah malam.  Bayangkan, harus menunggu dari jam 6 sore sampai jam 12 malam tanpa kepastian.  Mau nggak nunggu takutnya bisnya datang.  Mau menunggu rasanya kok lama banget.  Mau nggak mau ya harus menunggulah!  Lagipula kan kawannya yang telat juga banyak. Jadi ya terpaksa oke oke saja.  Kalau di Indonesia mungkin sudah ada yang gebrak-gebarak meja tuh saking lamanya nunggu.  Tapi kan ini di negara orang, ya kan? 😁

 29 Desember 2024
Penang Central - Batam

Selama perjalanan pulang semua terdiam.  Tidak ada lagi energi untuk sekedar minum, makan apalagi foto-foto.  Ketemu kursi langsung disetel posisi tidur dan langsung terlelap.  Bangun sebentar waktu bis mampir di TBS Kuala Lumpur.  Ada juga jedah waktu ketika penumpang diberi kesempatan untuk pipis atau buang hajat.  Kurang lebih 9 jam  lamanya perjalanan yang harus ditempuh dari Penang ke Johor Baru.  Capek? Sudah pasti!  Yang Gen Z saja capek apalagi yang Gen level kami.  Beruntungah tidak jadi booking bis yang dari Penang langsung Singapore meskipun rencana sebelumnya begitu.  Ternyata jumlah orang yang kluyuran di akhir tahun banyak banget.  Membayangkan harus antri di imigrasi Malaysia dan Singapore saja sudah capek jadi terpaksa harus dicancel rencana yang itu.

Sampai di Terminal Larkin Johor langsung mencari toilet untuk cuci muka dan  bersih-bersih.  Lanjut menyempatkan diri beli oleh-oleh untuk kawan yang dititipin jaga Klepon anjing di rumah kami.  Istirahat sebentar kemudian pesan Grab menuju Pelabuhan Ferry Stulang Laut.  Pesan tiket ferry yang available  dan melanjutkan leyeh-leyeh di pelabuhan setelah sebelumnya menyempatkan diri untuk makan.  Rencananya sampai Batam akan langsung pulang dan tidak ingin belok kemana-mana lagi.  Masing-masing orang punya pemikiran yang sama: ingin melanjutkan tidur!  

Selesai.

Begitulah cerita perjalanan libur Natal kami dari tanggal 25 sampai 29 Desember 2024 kemarin.  Capek sih, tapi secara keseluruhan bisa dibilang menyenangkan.  Ya senang saja karena masih bisa punya waktu jalan bersama anak-anak.  Belum tentu seterusnya bisa seperti itu.  Ke depannya mereka pasti punya lingkup pergaulan sendiri.  Kalau masih mau jalan sama kami ya syukur, kalau nggak mau ya bagi kami bukan suatu masalah.  Tugas kami hanya mencoba untuk menjalankan tugas sebagai orangtua selagi bisa.  Mungkin kenangan seperti inilah yang akan mereka ingat sampai mereka tua nanti.  

Namun yang lebih penting lagi adalah, semoga anak-anak, di manapun mereka berada selalu sehat dan hidup dalam berkat dan perlindungan tangan Tuhan. Amin.

Martina Felesia

Melanjutkan cerita perjalanan dari Kuala Lumpur ke Penang yang tidak terlalu ribet tetapi ternyata bikin capek, karena yang pergi backpackeran adalah gerombolan Gen Z dan Gen Menuju Jompo 😁

27 Desember 2024
Kuala Lumpur - Penang

Pagi-pagi bangun hanya untuk mandi, siap-siap, dan seduh kopi di hotel.  Yang tidak bisa skip sarapan dengan semangat mengunyah roti pagi-pagi.  Yang biasa melewatkan sarapan ya tetap berusaha untuk sarapan walau hanya ala kadarnya minimal supaya perut ada isi.  Jam 8 tet waktu setempat langsung check out dan pesan Grab menuju terminal bis.  Nggak sampai seperempat jam sudah sampai.  Masih ada waktu beberapa menit untuk duduk-duduk dan cari camilan sembari menunggu bis datang.

Rencananya sih pengin ke Penang naik kereta cepat.  Tapi ternyata seminggu sebelumnya sudah full booked.  Mau nggak mau harus naik bis meskipun waktunya sedikit lebih lama dibandingkan kalau naik kereta cepat.  Untung bisnya bagus, bersih, dan wangi.  Kami pesan tempat paling belakang supaya bisa duduk lebih nyaman.  Biasanya pesan tempat duduk paling depan kalau perjalanan pagi supaya bisa menikmati pemandangan dengan lebih leluasa.  Tapi sekali lagi, jadwal bis yang diinginkan ternyata sebagian sudah terisi di tanggal dan jam segitu.  Ya iyalah, yang pengin pergi ke Penang kan bukan hanya kami saja πŸ˜‚

Sampai Penang sudah sorean.  Sebelumnya ada kecelakaan kecil di jalan raya arah menuju Penang.  Kecelakaan kecil tapi melibatkan beberapa kendaraan.  Jadinya macet panjang.  Sampai di kota Georgetown mau menuju hotel juga demikian.  Ada kecelakaan kecil yang juga melibatkan beberapa kendaraan.  Jadinya macet lagi.  Padahal harga Grabnya cuman RM12 saja dari teminal Sunga Nibong menuju hotel.  Tapi jarak tempuhnya hampir satu jam lebih.  Kasihan banget sama sopir Grabnya.  Nggak enak jadinya meskipun itu murni karena situasi dan kondisi yang memang tidak bisa diprediksi.

Karena liburannya serba mepet, setelah check in kami langsung keluar untuk jalan-jalan dan cari makan.  Si Bungsu, seperti biasa mengeluh sakit kepala dan tidak mau ikutan jalan keluar.  Ya sudah, karena dia memang demam akhirnya kami hanya jalan bertiga.   Sebelum keluar hotel, nyomot dulu peta kota Georgetown di meja resepsionis supaya tidak tersesat.  Tapi lama-lama bingung juga jalan sambil baca peta.  Akhirnya ya jalan saja ikut kata hati.  Kalau ada rombongan turis lain kami ikut saja.  Yang penting jalan-jalan.  Pas sudah capek barulah mencari tempat makan.  Dapat chicken rice yang rasanya uenaakk banget.  Harga pas dan rasanya luar biasa.  Ya senanglah pastinya! πŸ˜‹

Urusan makan kelar kembali ke hotel sambil bawa bungkusan makan dan obat untuk adik. Malamnya melanjutkan jalan-jalan lagi.  Tapi kali ini hanya aku dan suami yang masih excited.  Yang dua lagi lebih memilih untuk rebahan dengan alasan kecapekan.  Yo wes!  Kami jalanlah walau hanya berdua.  Padahal kakiku rasanya juga sudah gempor.  Tapi melewatkan jalan-jalan di Georgetown yang luasnya cuman seuprit ini memang sayang banget rasanya.  Apalagi tempat menginap memang ada di pusat kota.  Kemana-mana tinggal jalan kaki doang sebenarnya.  Lagipula kota Georgetown sedikit banyak mengingatkanku akan Malaka.  Kota kesayangan kalau berkunjung ke Malaysia.

Puas jalan malam-malam langsung pulang ke hotel.  Mandi, nyeduh kopi, dan langsung terkapar.  Capek makkkk..!

28 Januari 2024

Pagi-pagi aku sudah membangunkan suami.  Jam 6 pagi waktu setempat yang kalau di Batam masih jam 5 pagi.   Anak-anak masih molor.  Cuaca mendung tapi aku antusias untuk keluar karena pengin explore kota Georgetown di pagi hari.  Suami oke-oke saja karena mikirnya belum tentu juga bisa balik ke situ lagi.  Jadi keluarlah kami berdua dengan semangat empat lima.  Tidak lupa sebelum pergi jalan-jalan  nenteng brosur peta.  Buat apa?  Ya buat jaga-jaga kalau tidak tahu jalan pulanglah. 

Berdasarkan peta yang kubawa, sampailah kami di Penang Diocecan Muzeum, yang di sebelahnya ada gereja Katolik Church of The Assumption  yang masih berfungsi untuk beberapa kegiatan.  Agak lurus lagi ada gereja Anglican yang sudah tinggal bekas-bekasnya saja.  Melipir lebih jauh lagi sampailah kami di Padang Kota Lama (Esplanade).  Duduk-duduk sebentar di situ menikmati laut, ngoceh-ngoceh berdua, terus lanjut jadi pothograpernya Pak Djokowi.  Ya kerjaanku moto-motoin dia saja.  Karena aku males difoto balik sama dia karena kalau dia yang moto  hasilnya pasti embuh!

Puas jalan sampai kaki pegal, balik ke hotel.  Bikin kopi, terus ngoprak-oprak anak-anak untuk keluar cari sarapan.  Ternyata di samping hotel ada tempat sarapan yang kalau pagi ramainya luar biasa.  Namanya Kheng Pin Kafe.  Kemarin sore tutup karena ternyata jam bukanya hanya dari jam 6 pagi sampai jam 2 siang.   Pilihan menunya campur-campur.  Kebanyakan sih non halal ya.  Pesannya pakai bahasa tarzan.  Tinggal nunjuk-nunjuk saja gambarnya karena semuanya pakai tulisan mandarin.  Nggak ngerti aku.  Untung ada gambar menunya dan pegawainya sabar-sabar.  Mereka tahu kalau wajah kami bukan wajah oriental.  Jadi mereka sangat helpful dan pengertianπŸ˜‚

Kafe Kheng Pin
Dari keseluruhan menu campur-campur yang kami pesan rasanya memang bolehlah.  Ada yang pesan mie goreng seafood, nasi goreng seafood, nasi lemak, dan aku sendiri entah apalah namanya yang kupesan.  Main tunjuk-tunjuk sajalah daripada bingung.  Sesekali pakai bahasa Inggris yang dibalas dengan bahasa Inggris logat Mandarin.  Ya sudah, klop sudah!  Sama-sama tertawa kalau kurang ngerti.  Karena sepertinya hanya kami pengunjung yang tampangnya nggak meyakinkan.  Antara halal dan haram begitulah! πŸ˜‚

Puas sarapan jalan kaki lagi cari oleh-oleh.  Padahal ingin pergi ke Penang Hill.  Hanya saja karena stamina anak-anak agak kurang bagus akhirnya batal.  Lagipula jam 12 siang sudah harus check out.  Hari ini waktunya pulang karena Senin sang bapak sudah waktunya masuk kerja.  Cutinya sudah habis.  Minimal esok harinya, hari Minggu, sudah harus ada di rumah biar Senin tidak terlalu capek. 

Ternyata urusan oleh-oleh ini sempat bikin ribet dan ribut juga. Aku malas bawa oleh-oleh karena malas repot nenteng-nentengnya, sementara Pak Djokowi semangat beli.  Setelah beberapa saat sibuk eyel-eyelan akhirnya disepakati beli seperlunya saja.  Selain mengurangi beban, juga ingin lebih fokus berlibur tanpa sibuk memikirkan mau membawa oleh-oleh untuk siapa.  Biar nggak stress.

Tidak terasa sudah waktunya untuk pulang.  Beres-beres tas yang sepertinya makin bertambah berat saja isinya.  Mandi, berbenah, ngecek sana sini biar tidak ada yang tertinggal di penginapan.  Jam 12 tet langsung check out.

(Bersambung)

Martina Felesia


Meskipun agak terlambat kurang lebih satu bulan, amat disayangkan kalau liburan Natal kemarin tidak dituliskan.  Nanti keburu lupa.  Maklum, antara keinginan dan kenyataan itu terkadang sering njomplang.  Nggak sinkron.  Jadi selagi masih ada yang bisa diingat, akan kutulis.  Biar kalau sewaktu-waktu mulai pikun, berharap masih ada yang bisa dibaca-baca.

Jadi, anak kedua dan ketiga memutuskan pulang ke Batam saat liburan.  Selain memang berencana untuk libur di rumah, juga karena ada sesuatu yang ingin diurus.  Si Bungsu sudah saatnya punya KTP.  Supaya mudah kalau mau mengurus sesuatu yang berkaitan dengan dokumen administrasi pemerintah. Jadi singkat cerita pulanglah mereka. Untuk pertama kalinya menempuh perjalanan Jogja Batam tanpa didampingi orang tua.  Selamat sampai tujuan tanpa perlu ada drama-drama.

25 Desember 2024 
Batam - Kuala Lumpur

Selesai tugas koor Natal pagi yang jam 10.00WIB langsung pulang tanpa ikut foto-foto dengan anggota koor lainnya.  Selain nggak hobi berfoto-foto di gereja, memang harus cepat-cepat pulang untuk mempersiapkan keperluan liburan.  Rencananya mau melipir sebentar ke negara tetangga, menjenguk si Sulung yang memang bekerja di sana.  Karena kakak liburnya hanya dua hari, maka kami liburannya harus fleksibel, sat set dan tentu saja ditempuh ala backpackeran.  Selain irit juga lebih sehat karena akan banyak jalan dan lari-lari anjing tentunya.  Selain itu juga lebih bisa menikmati pemandangan selama perjalanan dibandingkan kalau naik pesawat.

Karena mengambil jadwal ferry yang terakhir, dan terlambat berangkat satu jam, maka sampai di Johor tentu saja sudah gelap.  Imigrasi yang biasanya lancar, menjadi agak tersendat karena banyaknya manusia yang masuk ke Malaysia.  Ada yang memang mau pulang karena penduduk lokal, dan ada yang seperti kami, turis tetangga sebelah yang hanya sekedar mau melancong sebentar.  Tumben banyak orang.  Sepertinya karena liburan sindrom ya.  Pas tanggal merah dan tanggal libur panjang karena mau menuju ke penutupan tahun.  Pantas antriannya mengular tidak seperti biasanya.

Aku agak panik juga melihat antrian yang tidak biasanya.  Maklum, bis sudah terlanjur di-booking.  Kalau terlambat datang alamat hangus tiketnya.  Kalau dapat petugas imigrasi yang sudah penat, urusan imigrasi bisa sat set.  Kalau dapat petugas yang masih bersemangat kerja meskipun malam sudah larut, sudah pasti akan banyak pertanyaan.  Beruntung kami berempat bisa lolos dengan mudah.  Hanya dicocokkan antara muka dan foto passport terus oke.

Urusan imigrasi selesai dilanjutkan dengan urusan harus kejar jadwal bus ke Terminal Larkin Johor Baru.  Kalau nunggu pesan Grab gak akan bisa karena waktunya sudah sangat mepet.  Akhirnya naik taksi tanpa argo dan tanpa tawar menawar.  RM30 saja.  Dua kali lipat dari harga Grab.  Tapi masih murahlah dibandingkan waktu berharga yang memang akan dikejar. Untung bapak taksinya itu tahu kalau kami buru-buru.  Tanpa banyak cakap langsung ngebut kayak Schumacher.  Gak sampai 15 menit sudah sampai di terminal.

Sampai di terminal kami berlarian kayak orang kesurupan menuju konter check in.  Tentu saja sambil ngos-ngosan-lah.  Tepat jam 22.00 waktu Malaysia.  Di konter langsung ditolak untuk check in dan langsung disarankan masuk tanpa boarding pass untuk mencari lokasi busnya mangkal.  Akhirnya kami pontang panting masuk ke dalam ruang tunggu tanpa boarding pass.  Hanya menunjukkan bukti beli tiket online langsung dibukakan pintu sama penjaganya.  Sampai di dalam pontang-panting lagi menuju tempat bus menunggu sambil beberapa kali bertanya ke petugas security kalau tidak tahu arah.  Dan syukurlah, busnya ternyata masih setia menunggu penumpang.  Selain kami, rupanya ada beberapa penumpang lain yang juga harus ditunggu.  Mungkin sama-sama telat ferry dan ngantri di imigrasi seperti kami.  Sampai di dalam bis, kami saling memandang dan tertawa lega.  Akhirnya berhasil juga naik bis tanpa ditinggal.

Mungkin karena lelah berlari-larian sambil memanggul tas carrier, maka sepanjang jalan hanya bisa tidur.  Tidak ada waktu lagi untuk menikmati pemandangan.  Lagipula pemandangan apa yang bisa dilihat  tengah malam?  Hanya lampu jalan dan kegelapan.  

Tanpa terasa jam 2.30 Waktu Malaysia sudah sampai TBS Kuala Lumpur.  Perjalanan yang biasanya ditempuh kurang lebih 5 jam kalau siang hari sekarang ditempuh hanya 3.5 jam. Kepagian! Padahal bilang sama kakak paling sampai sekitar jam 3 pagi.  Ya okelah.  Mau apalagi ya kan?  Sembari menunggu kakak bangun jam 3 pagi, kami ngangak-ngangak dulu di terminal.  Cari tempat enak untuk ngopi.  Dan bikin pop mie tentu saja. Makan pop mie dan ngopi dini hari seperti itu rasanya seperti sedang ikut camping.  Hanya saja kali ini campingnya pindah ke terminal.  

Jam 3 pagi baru bisa pergi ke tempat kost kakak naik Grab. Sampai di apartemennya, tanpa ba bi bu semua langsung terkapar.  Mencari posisi masing-masing.  Tidur di mana bisa tidur.  Ada yang di kasur, ada yang gelar karpet.  Tidak ada waktu lagi untuk memikirkan enak atau tidak enak.  Hotel yang dipesan baru bisa check in jam 2 siang.  Daripada nanggung, untuk sementara ya harus untel-untelan dulu di tempat kost kakak.  Besok urusan bising dan ributnya bisa dilanjutkan kalau urusan ngantuk sudah selesai. 

26 Desember 2024
Kuala Lumpur

Urusan bising semalam yang sempat tertunda karena kelelahan akhirnya dilanjutkan esok paginya.  Ada yang sibuk bagi-bagi baju, ada yang eyel-eyelan antara harus mandi dan tidak mandi.  Semua masih males-malesan walau hanya sekedar keluar untuk cari sarapan.  Akhirnya pesan Grabfood.  Makan di kamar.  Karena kakak liburnya hanya di tanggal 26 dan 27 maka kami fokuskan untuk kumpul-kumpul keluarga saja hari itu.  Leyeh-leyeh, makan, bergunjing, saling olok, ketawa-ketawa, foto-foto.  Tanggal 27 besoknya kakak ada acara Christmas di kantornya, sementara kami berempat berencana untuk melanjutkan perjalanan ke Penang.  Jadi kalau dilihat-lihat waktu untuk berkumpul  full ya hanya di tanggal 26 itu saja.

Siang hari sampai sore acara dilanjutkan ke KL Sentral.  Jalan ke Twin Tower, Bukit Bintang, Sungai Wang, dan lain-lain.  Tidak banyak yang ingin dilihat karena memang hampir semua tempat sudah pernah dikunjungi.  Lagipula si Bungsu agak rewel kalau harus  banyak jalan kaki meskipun tujuannya untuk senang-senang.  Jadi kegiatan hari itu sekali lagi hanya jalan dan makan-makan.  Kalau senang jalan, kalau capek duduk-duduk doang.  Untungnya di Kuala Lumpur itu segala macam jenis transportasi umum ada.  Tidak perlu takut tersesat seandainya harus pergi sendiri dan tidak perlu takut tidak ada kendaraan yang lewat.

Malamnya kembali ke tempat kost kakak.  Ambil semua tas untuk check in di hotel.  Meskipun jarak hotel dengan tempat tinggal kakak dekat tetap harus naik Grab karena  tentengan kami banyak.  Kalau harus jalan kaki ya No Way lah ya.  Check in, terus cari makan malam.  Di sekitar hotel banyak tempat makan enak.  Ada yang di tenda-tenda, ada yang di warung-warung.  Dari sekian banyak menu yang dipesan, rasanya tidak ada yang tidak enak.  Semua enak.  Harga standar, tapi kualitas oke punya.  Pokoknya enak-enaklah πŸ˜‹

Tengah malam kakak pamit mau pulang balik ke apartemennya.  Ada kawannya yang sepulang kerja mau nyamperin karena tempat tinggalnya sama.  Cipika cipiki, wejangan-wejangan, nasihat, semua keluar dari mulut emak bapaknya.  Intinya semoga si Sulung sehat-sehat saja tinggal di perantauan.   Bisa jaga diri dengan baik dan bisa semakin dewasa dalam hal apapun yang dilakukannya.  

Kakak pulang kami pun siap-siap.  Harus tidur cepat dan membereskan segala macam printilan yang akan dibawa.  Besok harus check out pagi-pagi karena akan melanjutkan perjalanan ke Pulau Penang.  Naik bis KKKL Express dari TBS jam 9 pagi.  Jadi paling tidak jam 8 pagi sudah harus berangkat ke terminal.   

Besok-besok  ceritanya dilanjutkan ke Part 2 ya.  Sekarang mau Netflikan dulu karena ternyata lama tidak menulis membuat jemariku terasa ngilu-ngilu.  Cepat pegal.  Nggak tahu karena memang faktor U atau karena kebanyakan nonton drakor.  Yang  jelas cepat capek saja.  Baru nulis sebentar sudah pengin makan.  Kalau tidak pengin rebahan.  Kalau tidak ya tergoda Netflikan.  Beginilah nasib orang yang tidak dikejar-kejar oleh pekerjaan.  Suka-suka saja seperti tidak ada beban.  Padahal bebannya banyak.  Segunung.  Hanya saja bukan untuk dipublikasikan untuk umum 😁

(Bersambung)

Martina Felesia

Setelah akhir tahun lalu memutuskan untuk melancong sendiri dari Batam ke Jogja lewat jalur laut, maka kali ini aku mencoba arah sebaliknya.  Kali ini pengin tahu rasanya kalau pulang sendirian dari Jogja ke Batam tetapi tetap lewat laut.  Selain pengin ngirit karena harga tiket pesawat yang gila-gilaan, sekaligus  ingin menghindari perasaan stres selama dua jam perjalanan jika terpaksa naik pesawat.  Bukannya tidak percaya bahwa mati hidup itu di tangan Tuhan ya.  Tetapi membayangkan berada di atas ketinggian sekian ribu kaki dari permukaan tanah tanpa bisa berbuat apa-apa itu selalu membuat perutku serasa diaduk-aduk. Takut! Mau dibilang tidak beriman yo sak karep-lah.  Tetapi selagi bisa tidak lewat 'atas', aku lebih memilih untuk lewat 'bawah' sajalah.  Biar saja dianggap norak atau kere.  Yang penting akunya hepi😁

Sebenarnya jalan-jalan dewean di zaman sekarang ini sudah lebih enak jika dibandingkan dengan zaman dulu-dulu.  Selain segala sesuatunya sudah bisa diakses dengan lebih mudah secara daring, biaya yang dibutuhkan juga jauh lebih murah meriah.  Lebih low budget.  Cocoklah untuk modelan solo traveller berkantong pas-pasan yang hobinya klayapan kemana-mana seperti aku ini.  Yang penting ada internet dan duit secukupnya mau jalan kemanapun pasti bisa saja.  Apalagi tidak perlu terburu-buru dikejar waktu cuti karena sudah tidak bekerja lagi.  Tinggal niat dan keyakinan untuk mengimplementasikan, serta sedikit bonek (bondo nekat) untuk melakukannya maka semua akan bisa terlaksana.

Seperti biasa kalau bepergian aku mulai membuat catatan dan rajin searching-searching dari berbagai sumber lewat internet.   Biar tidak lupa dan tidak nyasar-nyasar dalam perjalanan.  Kan nggak lucu kalau sudah setua ini masih harus kesasar karena salah arah.  Jadi menuliskan Rencana Perjalanan menurutku itu sangat penting ya.  Apalagi kalau yang bepergian itu kaum sepuh seperti aku yang sedikit-sedikit lupa apa yang mau dibawa.

Pertama-tama yang harus dilakukan adalah booking tiket Kapal Kelud kelas Ekonomi Wanita (EWA) tujuan Batam lewat aplikasi PELNI.  Mudah dan tidak ribet.  Harga tiket kelas ekonomi wanita sama dengan kelas ekonomi yang biasa.  Karena sebenarnya kan memang sama saja.  Sama-sama ekonomi.  Bedanya kalau ekonomi wanita itu biasanya satu deretan tempat tidur isinya wanita semua.  Jadi kalau misalnya tiket ekonomi wanita sudah habis aku sabar-sabarkan saja menunggu sampai ada.  Sudah, gitu aja!  Harga tiket total Rp400.500 sudah termasuk biaya Admin.  Jadwal berlayar setiap hari Jumat jam 23.00WIB dari Tanjung Priok dan diperkirakan sampai di Batam hari Minggunya jam 06.00WIB.  Kurang lebih 32 jamlah bakalan kampul-kampul di atas laut πŸ˜‚

Urusan tiket kapal laut selesai giliran booking tiket KA.  Biar mudah aku pakai saja aplikasi Traveloka.  Lewat KAI Access juga bisa sih.  Tetapi yaitulah.  Aku sudah terbiasa dengan Traveloka.  Dapatlah tiket KA Fajar Utama Jogja untuk hari Jumat jam 7 pagi tujuan stasiun Pasar Senen di harga Rp300.000.  Sedikit lebih mahal dibandingkan harga biasanya karena memang barengan liburan sekolah.  Perkiraan sampai Jakarta sekitar jam tigaan.  Jadi masih bisalah melalak-lalak dulu sekitar stasiun Pasar Senen kalau nggak capek. 

Berikutnya cari-cari info cara menuju pelabuhan Tanjung Priok dari stasiun Pasar Senen.  Bisa naik KRL, bisa naik taksi online, bisa juga naik taksi biasa.  Tinggal tanya-tanya kalau tidak tahu.  Yang penting jangan malu bertanya sajalah daripada nyasar beneran.  Yang paling mudah itu naik KRL dari stasiun Pasar Senen menuju stasiun Tanjung Priok.  Tiket cuman 3000an doang.  Transit bentar di stasiun Kampung Bandan.  Nah waktu transit inilah biasanya kesabaran kita diuji karena banyaknya acara naik turun tangga.  Kalau tentengan seuprit sih nggak masalah.  Anggaplah lagi latihan hiking naik tangga gunung Bromo.  Kalau tentengan agak banyak malah akan merepotkan.  Jadi kalau tentengannya banyak naik KRL sepertinya sangat tidak disarankan ya.

Terakhir yang paling penting adalah urusan packing barang bawaan.  Karena tujuannya pulang kandang sekaligus jalan-jalan, maka sangat tidak disarankan membawa tentengan banyak-banyak.  Secukupnya saja.  Apalagi kalau bepergian sendirian.  Memang sih bisa minta bantuan porter di stasiun atau di pelabuhan.  Tapi tetap saja tidak akan bisa menikmati perjalanan jika berat bawaan lebih besar daripada berat badan yang empunya tentengan.  Aku sendiri hanya membawa satu tas backpack berisi satu stel pakaian ganti sekaligus baju tidur, jaket, sarung untuk selimut di kapal, bantal leher, termos kecil untuk membuat kopi atau teh, sedikit cemilan dan satu botol Aqua ukuran sedang.  Semuanya muat hanya dalam satu tas.  Tidak lupa membawa satu tas selempang untuk menaruh HP, charger, earphone, dompet, dan permen.  Sudah.  Itupun rasanya sudah berat banget. 

Singkat cerita akhirnya aku memutuskan untuk naik KRL.  Buat memenuhi rasa ingin tahu saja.  Oh...ternyata begini rasanya naik KRL di Jakarta.  Harus rajin bertanya-tanya biar nampak kali katroknya.  Sesampai di stasiun Tanjung Priok langsung order gojek yang banyak bertebaran.  Tarifnya cuman 11 ribu.  Plus biaya Pass masuk pelabuhan jadilah cuman Rp16.000.  Tidak sampai 10 menit sudah sampai.  Dekat banget ternyata dari stasiun ke pelabuhan.  Tetapi kalau jalan kaki ya tetap akan membuat kaki gempor.  Mana sanggup jalan kaki sore-sore dengan panas yang nylekit seperti itu. 

Sesampainya di pelabuhan langsung ke tempat cetak Boarding Pass terlebih dahulu biar nggak lupa.  Barulah sesudah itu bisa istirahat.  Masuk Indomaret sebentar untuk mencari yang segar-segar.  Lanjut naik ke ruang tunggu lantai dua yang banyak kantinnya.  Ada banyak tempat untuk menunggu waktu boarding.  Tempatnya luas dan lapang.  Calon penumpang dan pengantar bisa menunggu di situ.  Bisa leyeh-leyeh, bisa cari makan, bisa mandi, bisa istirahatlah intinya.  Aku sendiri duduk-duduk saja di kursi salah satu kantin yang ada kipasnya.  Berkenalan dengan beberapa orang perempuan yang sudah terlebih dulu duduk di situ. Mencoba berbasa-basi sebentar supaya tidak  bosan.

Jam 20.00WIB antrian masuk kapal akhirnya dimulai.  Karena malas uyel-uyelan aku memilih untuk duduk-duduk sambil menonton antrian penumpang.  Setelah agak longgar barulah ikut ngantri.  Ya ngapain juga harus berdesak-desakan?  Toh nggak akan ditinggal sama kapalnya.  Orang berlayarnya saja masih jam 23.00WIB.  Mau santai kok uyel-uyelan.  Ya nehi-lah.  Proses boarding hampir sama seperti kalau mau naik ferry ke Singapore.  Hanya saja ini lebih kemriyek.  Tahu sendirilah.  Budaya antri tanpa harus desak-desakan itu masih susah diterapkan di Indonesia.  Petugasnya sampai stres teriak-teriak pakai toa kutengokπŸ˜‚

Terus apa saja kegiatan selama perjalanan di dalam kapal?  Kalau aku ya sudah pasti tidur, makan, tidur, nonton Netflix, jalan-jalan mengelilingi kapal, ngopi, 'bergunjing' dengan tetangga sebelah tempat tidur, makan, tidur lagi, sampai akhirnya tiba di Batam😁.  Padahal di kapal sebenarnya bisa nonton film di movie room, bisa karaokean, bisa nongkrong di cafe dan lain-lain.  Hanya saja aku lebih suka rebahan daripada jalan kemana-mana. Males.  Sama seperti saat masuk aku juga tidak terlalu buru-buru saat keluar dari kapal.  Sesuai janjiku aku juga tidak akan terlalu apikan jadi orang selama dalam perjalanan.  Sudah trauma jadi orang baik.  Sampai sekarang tanganku masih sakit nggak ilang-ilang gara-gara membantu angkat-angkat barang.

Yeeyyy....akhirnya setelah 32 jam terkampul-kampul di lautan sampai juga di Batam.  Dari jadwal yang katanya jam 6 pagi ternyata molor jadi jam 7 lebih.  Nggak papalah.  Yang penting dah nyampai.  Jalan kaki bentar menuju pintu keluar pelabuhan.  Macet di mana-mana.  Kusuruh suami untuk standby di luar pelabuhan saja.  Biar aku yang berjalan keluar.  Biar tidak tambah macet.  Agak lumayan jauh juga jalan menuju keluar pelabuhan.  Ternyata membuat keringetan meskipun katanya hanya dekat-dekat saja.  Bagaimanapun juga satu tantangan sudah terselesaikan.  Sudah sampai di tempat tujuan dengan sehat dan selamat.  Saatnya mencari sarapan dan pulang.  Nice to meet you pak DjokoWiπŸ’—

Martina Felesia

Setelah bulan Desember tahun lalu menjenguk kakak sekaligus liburan Natal di Kuala Lumpur, maka bulan Juni kemarin diulang lagi dengan alasan yang sama tapi judul berbeda.  Meskipun sudah beberapa kali pergi tapi tetap saja terlihat antusias setiap kali mau pergi lagi.  Padahal kalau dipikir-pikir capek juga perjalanan laut dan darat yang akan ditempuh.  Belum lagi membayangkan antrian di imigrasi yang terkadang tidak bisa diprediksi.

Naik ferry dari Batam Centre ke Stulang Laut
Apapun alasannya, yang namanya liburan tetap saja membahagiakan.  Dari persiapan beli tiket ferry, tiket bus, booking hotel, dan destinasi mau kemana setelah sampai di tempat tujuan, semua harus dipikirkan.  Biasanya sih semua akan terlihat ribet di awal.  Tetapi pada akhirnya semua akan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi.  Semua harus sepakat atau dipaksa untuk sepakat supaya perjalanan yang dinantikan berjalan dengan penuh sukacita dan gembira.  Karena kalau ada satu saja yang ngambek maka bisa dijamin bakal amburadul liburannya.

Menyesuaikan dengan cuti kakak, maka kami mulai perjalanan di hari Senin, tanggal 26 Juni 2023.  Menginap di hotel selama dua malam dan diperkirakan sudah bisa pulang ke Batam tanggal 28 Juni.  Memang terbilang singkat, hanya tiga hari.  Mau gimana lagi.  Yang dikunjungi cutinya juga mepet sekali.  Itu pun tidak bisa mampir ke apartemennya karena dia sewa sharing room bersama kawannya.  Mungkin nanti ya kalau jadi sewa kamar untuk diri sendiri kami bisa numpang tidur kalau misalnya berkunjung.
 
Makan malam di China Town
Seperti biasa, perjalanan dari Batam ke Malaysia ditempuh dengan ferry selama kurang lebih 2.5 jam.  Kali ini berangkat dari pelabuhan Batam Centre karena akses kendaraan lebih mudah.  Meskipun sudah ikut jadwal yang paling pagi, tetapi sampai di Stulang Laut tetap agak siang karena proses masuk ke pelabuhan yang sedikit lambat.  Setelah antri di imigrasi untuk pemeriksaan pasport dan beli kartu kuota internet, segera kami bergegas menuju terminal Larkin untuk naik bus yang menuju Kuala Lumpur.  Tinggal check in tiket bus yang sudah dibeli secara online supaya bisa berangkat dengan menggunakan bus yang jam 12 siang sesuai rencana.

Perjalanan dengan bus ditempuh dalam waktu kurang lebih 4.5 jam.  Dalam waktu itu ada jedah sejenak sekitar 15 menit di rest area untuk membersihkan diri di toilet dan sekedar mencari cemilan bagi yang lapar.  Sisanya dipergunakan untuk melemaskan kaki yang kaku sebelum melanjutkan perjalanan.  Beruntunglah kondisi bus full AC dengan posisi duduk yang lumayan nyaman, jadi meskipun lama, hampir semua penumpang terlihat menikmati perjalanan.
 
Sekitar pukul 4.30 sore, sampailah kami di TBS (Terminal Bersepadu Selatan) Kuala Lumpur.  Sambil menunggu kakak yang janji mau menjemput, kami sempatkan untuk melemaskan kaki dengan berkeliling di Lobby Utama TBS.  Yang pengin ke toilet segera pergi ke toilet.  Yang pengin ngopi segera mencari kedai kopi.  Barulah setelah kakak datang, kami segera melanjutkan perjalanan guna check in di hotel yang sudah dibooking sebelumnya.
Malam selesai beres-beres kami keluar sebentar ke China Town untuk cari makan.  Pesan makan dengan bahasa tarzan.  Yang pesan tidak ngerti bahasa Mandarin, yang jualan tidak paham bahasa Inggris.  Jadilah ordernya pakai bahasa isyarat yang sesekali diselingi bahasa tubuh.  Yang penting penjualnya tahu apa yang kami pesan dan kami pun bisa membayar dengan benar waktu disodori tagihan. 
 
Selesai makan kami menghabiskan waktu sejenak dengan menyusuri jalan sepanjang China Town.  Lanjut jalan lagi dan sampailah di Jalan Petaling, tempat orang biasa belanja oleh-oleh murah kalau ke Kuala Lumpur.  Kami hanya numpang foto di depan jalan karena malas untuk masuk ke dalam.  Malas karena tidak punya tujuan mau beli apa. Apalagi anak-anak.  Mereka paling malas kalau diajak muter-muter jalan kaki tanpa tahu apa yang mau dibeli.  Daripada mendengarkan orang ngedumel, aku dan suami memutuskan untuk kembali ke hotel dan tidur.

Keesokan harinya kami memutuskan pergi ke Aquaria KLCC.  Tidak ada rencana pergi ke tempat lain karena sebagian besar sudah pernah dikunjungi.  Anak-anak pun tidak ada yang berminat untuk diajak mengulang.  Padahal di Aquaria pun hanya lihat jenis-jenis ikan.  Saingan dengan rombongan anak TK yang sedang berwisata ke tempat yang sama.  Tiket masuknya pun terhitung mahal, RM71 per orang.  Itu Weekday ya.  Weekend beda lagi.  
 
Meskipun mahal, anak-anak terlihat sangat menikmati kunjungan ke Aquaria KLCC.  Semacam aquarium raksasa begitulah.  Isinya mulai dari berbagai macam ikan berukuran kecil sampai ikan hiu.  Semua terlihat jelas oleh pengunjung.  Sayangnya ada beberapa bagian yang cahayanya terlalu gelap sehingga hasil foto semua berwarna biru akibat pantulan lampu.  Jadi mau ambil foto atau video rasanya terlihat aneh karena samar-samar alias tidak terlalu jelas.  Beruntung pada saat kunjungan suasana tidak terlalu ramai sehingga tidak perlu sampai berdesak-desakan dengan pengunjung lain.  Maklum hari Selasa.  Weekday.  Waktunya orang kerja, bukan
 
Baru kusadari ternyata bukan hanya anak-anak yang senang.  Bapaknya pun hepi kutengok.  Dari awal sampai akhir perjalanan sibuk foto sana foto sini.   Pokoknya beliaunya antusias sama seperti anaknya.  Jadi alih-alih bete memikirkan harga tiket masuk yang menurutku terlalu mahal, aku pun ikutan tertawa-tawa bersama mereka sampai selesai.
 
Menurutku, secara keseluruhan masih lebih bagus Sea Aquarium Singapore.  Selain pencahayaan yang kurang di beberapa bagian, waktu kunjungnya juga terlalu singkat.  Tidak sebanding dengan RM71 yang harus dibayarkan.  Mending duitnya dipakai makan enak daripada dipakai untuk muter-muter lihat ikan.  Tapi ya gimana lagi.  Pemikiran mamak emang beda jauh dengan pemikiran anak-anak ya.  

Untuk menghibur diri, pulangnya mencari makan di seputaran Bukit Bintang.  Ada sebuah mall yang menjadi idola kak Pilar kalau lagi pengin makan enak.  Lot 10 Mall.  Banyak pilihan menu dengan harga yang tidak terlalu mahal.  Mau cari yang haram atau yang halal ada.  Semua tersedia hidup rukun berdampingan tanpa ada yang nyinyir masalah halal dan haram.  Tergantung masing-masing orang mau pesan apa.  Semua dikembalikan kepada kesenangan masing-masing.
 
Sesudah makan kami putuskan kembali ke hotel.  Padahal aku dan suami ingin lanjut jalan-jalan lagi.  Anak lelakiku ingin berenang.  Ya sudah, berenanglah dia sepanjang siang sampai sore itu ditemani oleh kakaknya.  Aku hanya bisa menonton orang berenang karena baju renang ketinggalan.  Padahal yang awalnya antusias mau berenang ya diriku ini πŸ˜‚.  Nasib....!

Sore menjelang malam mamak dan bapak pamitan mau jalan berdua ke Sungai Wang Mall.  Katanya sih nggak afdol ke Kuala Lumpur kalau nggak mampir ke Sungai Wang.  Jadilah akhirnya berdua-duaan saja menjelajahi mall, mampir sebentar beli oleh-oleh.  Lanjut jalan lagi,  menyusuri jalan sana sini sampai akhirnya, eh, tembus lagi ke daerah Bukit Bintang.  Baru tahu kalau ternyata Bukit Bintang dekat banget dengan daerah Sungai Wang.  Hanya saja menikmati jalan-jalan sore sambil membawa tentengan ternyata menyusahkan juga.  Akhirnya memutuskan untuk kembali ke hotel, setelah berhenti sebentar untuk membeli nasi goreng seafood, dibungkus.  Sampai hotel langsung klenger karena kecapekan jalan.

Besoknya, Rabu 28 Juni 2023 kami pulang ke Batam dengan bus pagi dari TBS ke Larkin Johor.  Berharap dapat ferry agak siangan supaya tidak terlalu malam sampai di Batam.  Beruntunglah dapat bus yang lumayan bagus dan ferry sesuai jadwal yang diinginkan.   Jadi masih terang benderang hari ketika menginjakkan kaki di Batam lagi.  
 
Terima kasih, kak Pilar atas traktirannya.  Jumpa lagi kita di Yogya Natalan tahun ini.  Semoga kakak sehat-sehat selalu dan menikmati pekerjaan barunya.  Sukses selalu dan God bless you! 😍
Martina Felesia


Hari ke-2, Jumat 28 Juni 2019 

Pagi di Singapura.  Acara hari ini dimulai dengan bangun, mandi seturut antrian, dan sarapan.  Masih pagi, jadi masih bisa santai dan nongkrong-nongkrong dulu.  Meskipun penginapan ala backpacker, tapi menurutku fasilitas di sini cukup bagus.  Tempatnya lumayan bersih dan rapi.  Kamar mandi ada banyak,  tempat sarapan tersedia berikut sarapannya.  Roti tawar berikut bermacam selai dan keperluan membuat kopi atau teh juga tersedia.  Pokoknya tinggal duduk manis dan membuat sarapan sendiri.

Setelah sarapan, mulailah beres-beres sebelum melanjutkan perjalanan.  Bersihkan kamar dulu.  Buang sampah ke tempatnya dulu dan segera menyelesaikan masalah pembayaran di kasir. Selanjutnya bersiap-siap menuju ke rute berikutnya.  Ke Johor Baru naik bus.  Lewat penunjuk arah, sampailah kami di terminal bus.  Tepatnya di Queen St.  Ya, kurang lebih 15 menit jalan kakilah dari tempat penginapan.  Dekat saja ternyata.  Setelah antri beberapa saat menunggu bus, tak berapa lama bus pun datang dan segera penuh dengan penumpang.  Bus yang penuh langsung berangkat menuju arah tujuan dengan penumpang yang riang gembira seperti kami tentunya.

Sampai di imigrasi perbatasan Singapura dan Malaysia, kami semua turun.  Semua tas dicangklong sendiri-sendiri, sesuai pemiliknya masing-masing.  Mulai lagi antri di imigrasi.  Tidak seperti biasanya, kondisi di imigrasi bisa terbilang sepi.  Mungkin karena bukan akhir pekan.  Atau mungkin juga karena masih pagi.  Pemeriksaan passport berjalan lancar jaya tanpa gangguan. Hanya ditanya "Where are you going?" dan langsung distempel passpornya ketika jawabannya untuk melancong.  Traveling.  

Selesai urusan di imigrasi, lanjut dengan urusan berikutnya.  Mencari bus lanjutan yang menuju ke terminal Johor Baru.  Pergi mengikuti petunjuk yang tertera dan segera mengikuti antrian lagi.  Tiket yang sebelumnya didapatkan pada bus sebelumnya tinggal ditunjukkan ke petugas dan kami boleh naik bus dengan tujuan yang sama, meskipun mungkin berbeda dengan bus sebelumnya.  Beberapa saat kemudian , barulah kami sampai di terminal.  Turun, terus mulai antri kembali di imigrasi Malaysia yang ada di JB.  Semuanya serba cepat karena petugasnya lengkap.  Hanya perlu menjawab beberapa pertanyaan dan akhirnya kami sudah bisa melenggang manis ke pusat kota.

Ayok nontok, rek!

Masih pagi.  Jam 11 pagi waktu Malaysia.  Berarti jam 10 pagi waktu Indonesia.  Belok dulu kami ke KFC untuk mengisi perut.  Aku tidak berminat karena selain masih pagi, nasinya terlihat seperti nasi uduk.  Hilang selera membayangkan nasi uduk dimakan dengan KFC.  Akhirnya aku hanya duduk manis melihat anak-anak makan sambil menikmati roti sarapan yang tidak sempat kumakan tadi pagi.  Selesai sarapan tidak lupa mencari kartu untuk internet dan sekalian install aplikasi Grab.  Untuk persiapan jika diperlukan sewaktu-waktu.  Meskipun hanya di Johor Baru, tetapi aplikasi Grab ada kemungkinan akan dibutuhkan.

Nonton siang-siang

Karena masih terlalu pagi untuk check-in di hotel, akhirnya kami putuskan untuk nonton dulu.  Lokasi Mall JB Central.  Filmnya MIB terbaru.  Yang jelas mesti menunggu sampai jam 1 siang karena tayangnya memang jam segitu.  Capek nonton film, sight seeing dulu di mall, baru menuju tempat penginapan.  Sambil berjalan menuju ke penginapan, sekalian cari tempat makan yang bisa ditake away untuk makan siang.  Semacam warung tegal begitulah kalau di Indonesia.  Banyak pilihan menu yang bisa tinggal tunjuk untuk diangkut pulang.  Tidak lupa membeli beberapa botol minum air putih untuk persediaan. 

Waiting

Ternyata oh ternyata, jarak di JB Central ini begitu dekat dari satu tempat ke tempat satunya.  Cukup dengan berjalan kaki sudah ketemu deh tempat menginapnya.  Bukan hotel bintang lima sih, tapi nyaman untuk dipakai tidur dan sekedar selonjoran.  Yang penting kamar bersih dan lapang.  Kali ini bukan sekamar berlima, tapi ada dua kamar yang bisa dipilih sesukanya.  Jadi, tidak perlu bersempit-sempit seperti saat di Singapura kemarin.

Si Bungsu, seperti biasa nyungsep di antara aku dan suami. Katanya malas sekamar sama kakak dan masnya, karena pasti dicuekin dianggap masih kecil.  Belum lagi nanti berebut apa-apa yang tidak perlu.  Daripada bergaduh, akhirnya kuputuskan dia ikut kami.  Dengan janji tidak ada acara berebut charger handphone dengan siapa pun.  Dan tentu saja harus mau kalau pada waktunya harus keluar.  Toh tujuan  awal memang untuk jalan-jalan.  Oke.  Beres, atur kamar, segera bersih-bersih diri.  Tetap harus mandi karena seharian sudah nongkrong dan berjalan kaki.  Mambu kalau nggak mandi!

Narsis

Seperti biasa, anak-anak anteng kalau sudah ketemu wifi.  Tidak berminat untuk pergi-pergi lagi.  Alhasil sampai sore kami hanya nongkrong di kamar.  Apalagi hujan rintik tak juga berhenti dari siang tadi.  Hotel tidak menyediakan makan malam.  Mungkin karena di sekitarnya penuh dengan orang yang menjual makanan.  Pokoknya tidak perlu kuatir kelaparan.  Kanan kiri depan belakang banyak pilihan tempat makan.

Meskipun begitu, akhirnya aku dan suami keluar juga.  Mencari makan malam sekaligus melihat-lihat kemungkinan apa yang bisa dilihat di JB tengah malam.  Tanpa perlu banyak waktu ada saja pilihan menu yang bisa dipilih sepanjang jalan dan gang.  Setelah sempat bingung dengan begitu banyaknya menu, akhirnya yang dibeli ngglethek ae: nasi goreng, mie goreng, bihun goreng dan sayap ayam bakar 2 porsi. Nggak disangka, ternyata dapatnya buanyakkk. Terlalu banyak untuk ukuran kami berlima.  Maklum, temboloknya ukuran sedang.  Jadi, ya begitulah.  Baru melihat porsi yang luar biasa, sudah duluan kenyang...hahaha.

Yummy

Makan malam yang gembira ya begini ini.  Campur-campur makannya dan tidak terlalu memikirkan plekethekan macam piring dan kawan-kawannya.  Yang penting makan.  Meskipun hanya beralaskan polifoam yang dipotong jadi dua, tapi rasanya lezat luar biasa karena dimakan ramai-ramai tanpa takut kurang.  Saking banyaknya tetap juga tersisa dari apa yang seharusnya dimakan.  Untung sebelumnya disisikan dulu, jadi masih bisa disimpan.  Siapa tahu tengah malam ada yang lapar lagi.

Sesudah makan malam, aku keluar berdua saja dengan suami.  Anak-anak tidak ada yang mau ikut.  Semua sibuk dengan handphone masing-masing.  Apalagi hari masih gerimis.  Kami menuju pasar malam yang tidak jauh dari penginapan.  Pasar malam penuh pengunjung.  Kayaknya turis tetangga seperti aku ini.  Semakin malam suasana semakin ramai.  Segala macam hal dijual dan ditawarkan.  Dari bermacam makanan dan souvenir.  Ada juga barang-barang branded seken yang dijual secara murah meriah.  Aduh, coba kalau nggak komit nggak mau nenteng barang banyak-banyak.  tetapi karena sudah niat tidak mau berbeban berat selama acara refreshing tipis-tipis ini, aku hanya bisa menahan nafsu dari rasa khilaf untuk membeli segala sesuatu yang menarik hati.

Muter-muter sebentar, beli cemilan, dak akhirnya balik ke penginapan.  Bercengkerama dengan anak-anak sampai akhirnya terkapar tidur.  Mimpi indah kayaknya.  Karena baru terbangun esok harinya lagi.

Hari ke-3, Sabtu 29 Juni 2019

Hari kedua di Johor dimulai dengan sarapan perata dan teh tarik di warung dekat penginapan.  Enak dan murah meriah.  Rencananya hari ini kami mau pergi ke Danga Bay.  Tentu saja naik Grab, karena lebih mudah daripada naik bus atau pun taksi.  Dan harganya sudah tahu pasti.  Tapi ternyata, acara batal tanpa sengaja.  Ternyata lagi ada renovasi di lokasi yang dituju dan sementara jalan ditutup untuk umum. Bukannya kecewa, kami malah tertawa-tawa.  "Ini betulan jalan-jalan, bun!" kata anak-anak.  Jalan-jalan tanpa tujuan.

Gereja Maria Imakulata JB

Daripada tidak jadi kemana-mana, kami minta sopir grab untuk antar kembali ke JB Central.  Takutnya nanti susah dapat kendaraan kalau tidak sekalian pulang.  Terpaksa ganti rute lagi.  Kali ini menuju lokasi Gereja Katolik Church of the Immaculate Conception.  Rencananya malam nanti kami mau ikut misa di situ.  Tentu saja dengan senang hati sang sopir mau mengantar dengan pembayaran secara offline.   

Berteduh dulu

Sesampai di gereja, nongkrong sejenak di sana, istirahat dan foto-foto.  Sedang ada kegiatan untuk sakramen perkawinan nampaknya.  Jadi kami tidak mau mengganggu dengan foto-foto di dalam gereja.  Di luar gereja ada gua Maria yang tidak terlalu besar dengan tempat duduk yang bisa dipakai untuk berteduh.  Sejuk dan menenangkan jika ingin berdoa.  Hanya saja tidak boleh terlalu bising karena ada beberapa umat yang sedang khusuk berdoa.

Action

Sesudah memuaskan diri duduk-duduk di gereja, kami putuskan untuk pulang ke penginapan dengan jalan kaki.  Menggunakan google map, kami pun berolah raga mencari jalan pintas.  Eh, setelah sekian lama, ternyata dekat saja tempatnya dengan Mall JB.  Kalau di google map itu kelihatannya jauh-jauh gitu jaraknya.  Kenyataannya tidak jauh-jauh  juga.  Hanya dalam hitungan menit kami sudah sampai di Mall JB.

Setelah sampai, masuk dulu ke dalam mall, ngadem.  Muter-muter di mall, mencari-cari apa yang tidak perlu dicari.  Intinya itu bisa ngadem, itu saja. Kemudian pergi ke arena Angry Bird Theme Park.  Narsis di situ beberapa saat karena kebetulan lagi sepi.  Foto-foto lagi sebelum akhirnya melanjutkan duduk sebentar di J.Co dan memesan dua lusin untuk dibawa ke penginapan.  Setelahnya cari kaos diskonan kualitas bagus yang lagi dijual sale.  Mau tidak dibeli sayang banget karena belum tentu bisa ke sini lagi.  Akhirnya beli juga tiga potong daripada pulang dengan perasaan menyesal (salah satu contoh komitmen yang dilanggar sendiri).

Altar

Selesai ngadem cari makan siang dan balik lagi ke penginapan.  Kusarankan kepada anak-anak untuk beristirahat karena malamnya harus ke gereja.  Iya-iya saja sih mereka.  Tidak tahu prakteknya nanti bagaimana.  Yang jelas selepas makan siang acaranya adalah stay di kamar masing-masing.  Jangan sampai di gereja nanti ngantuk.  Karena sudah pasti bahasa pengantarnya bukan bahasa Indonesia, apalagi bahasa Jawa.  

Sore hari kami pesan grab lagi untuk pergi ke gereja.  Misa jam 5 sore.  Jam 4 sore waktu Indonesia.  Masih terlalu terang sih kelihatannya.  Tetapi memang sesuai jadwal yang kudapatkan jam misa hari Sabtu memang jam segitu.  Karena naik grab tentu saja kami cepat sampai.  Terlalu cepat malah, karena gereja masih separuh terisi.

Mass in the church

Tata cara dan ritus di gereja Katolik pada dasarnya sama di seluruh dunia.  Hanya bahasanya saja yang berbeda-beda.  Kali ini misa dalam bahasa Inggris dengan romonya asli India.  Karena masih awam dan belum terbiasa, kami masih terkesan kaku mengikuti misa dalam bahasa Inggris.  Hanya saja karena ritusnya sama, ada bagian-bagian tertentu yang bisa dikuti dengan mudah.  Yang penting umat berdiri kami berdiri, umat berlutut kami pun berlutut.  Dari awal sampai akhir, bisa dibilang kami cukup serius mengikuti misa.  Hanya saja di tengah misa, ada sedikit gangguan.  Barisan anak-anak di depan kami sepertinya ada yang buang gas dalam gereja.  Kurang ajar betul!  Baunya luar biasa lagi.  Pengin kujitak kepala mereka.  Bukannya bertobat, malah bikin dosa dalam gereja!

Gereja malam hari

Pulang gereja menyempatkan diri untuk foto-foto lagi.  Jalan kaki lagi, karena tadi siang sudah terlatih mencari jalan pintas untuk pulang.  Meskipun sudah malam, tapi jalanan terang benderang.  Jadi tidak perlu takut dan kuatir akan tersesat.  Kesimpulannya tuh sudah hafal jalan.  Tidak sampai lima belas menit sudah sampai di mall JB lagi.  Belok sebentar masuk ke dalam mall, cari cemilan untuk di kamar nanti.

Narsis lagi

Dalam perjalanan  sekalian disempatkan untuk mencari makan malam.  Menunya beda-beda tipis dengan kemarin malam.  Yang sama hanyalah sayap ayam yang dibakar.  Kata anak-anak enak.  Jadi harus diulang lagi.  Kali ini menu makan malam capcay seafood, nasi putih, dan bihun goreng pesanan Altar.  Sebelum masuk kamar, belok dulu ke toko kecil dekat penginapan guna membeli perlengkapan untuk besok dibawa pulang.  Besok sudah waktunya pulang kampung ke Batam.  Lewat Singapura lagi karena menggunakan tiket ferry two ways.

Sebelum pulang

Hari ini anak-anak istirahat dulu.  Emak dan bapak melanjutkan jalan-jalan ke Night Market lagi.  Kapan lagi bisa sok-sok muda lagi di luaran kalau tidak sekarang?  Karena malam minggu, suasana Night Market lebih ramai lagi.  Ada lebih banyak keriuhan dan pernak-pernik yang ditawarkan.  Kami berdua sibuk melihat-lihat dan sekedar berjalan-jalan sambil menikmati buah kupas segar yang dijual per bungkus 1RM.  Ada juga yang satu bungkus dijual 2RM.

Penat jalan-jalan malam, akhirnya kembali ke penginapan.  Anak-anak belum ada yang tidur.  Semua sibuk dengan handphone masing-masing.  Aku malas untuk mengomel.  Setelah gosok gigi dan cuci muka, langsung ambil selimut dan tutup muka dengan bantal.  Tidur.  Besok waktunya untuk manggul-manggul tas lagi.  Backpackeran lagi.  Jadi, harus menyiapkan tenaga biar nggak keok sesampainya di rumah.

Bersambung ke Part 3