Showing posts with label Sehat. Show all posts
Showing posts with label Sehat. Show all posts
Martina Felesia

Intermittent fasting (IF) artinya puasa berkala atau diet puasa. Menurut Google, ini adalah metode diet yang mengatur pola makan dengan cara berpuasa dalam waktu tertentu, lalu mengonsumsi makanan dalam waktu tertentu lainnya. Berbeda dengan diet lain yang membatasi jenis makanan, IF lebih fokus pada kapan kita makan, bukan apa yang kita makan.  

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa IF dapat membantu menurunkan berat badan, meningkatkan sensitivitas insulin, dan mendukung proses detoksifikasi tubuh.  Ada beberapa jenis IF, seperti 16:8 (16 jam puasa, 8 jam makan) dan 18:6 (18 jam puasa, 6 jam makan).  Hanya saja bagi pemula disarankan untuk memulai dengan metode yang lebih sederhana, seperti 12:12 (12 jam makan, 12 jam puasa), dan bertahap meningkatkan durasi puasa apabila sudah terbiasa.

Senin kemarin adalah hari pertama aku mulai ikutan IF.  Bukan karena pengin kurus atau langsing, karena menurutku berat badan segini sudah cukup ideal untuk manusia botol yakult kayak aku.  Aku hanya ingin mendetoksifikasi tubuh supaya tidak mudah sakit.  Meskipun sejak berhenti kerja aku tidak pernah migren atau sakit kepala lagi, tapi sepertinya jadi lebih sensi terhadap udara di sekitarku.  Panas dikit badan bentol-bentol.  Dingin dikit badan juga bentol-bentol.  Salah makan dikit apalagi.  Bentol-bentolnya sih nggak seberapa, gatalnya itu yang luar biasa.  Kalau sudah bentol-bentol alamat perangai bakalan kayak kunyuk.  Asik garuk-garuk badan nggak habis-habis.

Menurut beberapa orang yang kukenal, kondisi badan bentol-bentol (biduran) bisa jadi disebabkan oleh kondisi stres karena terlalu banyak pikiran.  Aku jadi bingung.  Aku ini stres apaan ya?  Mau makan ya tinggal masak.  Kalau males masak ya tinggal beli.  Kalau ngantuk tinggal tidur.  Pengin nonton film tinggal leyeh-leyeh buka Netflix di handphone atau laptop.  Pengin ngemal  tinggal naik Bimbar.  Nggak punya duit ya duduk manis di rumah saja.  Jadi aku bingung juga kalau ada yang bilang aku ini stres ๐Ÿ˜

Selain IF aku mengusahakan untuk tetap olah raga.  Jika di Batam aku olah raga hanya di dalam rumah dengan panduan Youtube, maka di Jogja aku sempatkan untuk olah raga jalan kaki dua hari sekali.  Keliling alun-alun berulang-ulang kayak orang bego. Jalan kaki pulang pergi Maliboro  kayak turis tanpa tujuan.  Pokoknya kalau belum satu jam aku pasti cari alternatif jalan yang lebih panjang dan lama.  Muter-muter saja masuk keluar gang yang ada di seputaran Maliboro.  Kalau sudah satu jam barulah aku pulang.

Pertama ikutan IF itu rasanya keinginan untuk makan itu  malah meningkat.  Apa-apa ingin dimakan.  Tapi namanya puasa ya memang harus dicoba untuk bertahan.  Beruntung dari dulu aku sudah terbiasa untuk tidak makan lagi selepas jam enam sore.  Jadi bisa dibilang aku sudah terbiasa untuk berpuasa IF model 12:12 (12 jam puasa:12 jam makan).  Selain itu aku juga mulai skip yang namanya gula.  Mulai bikin kopi atau teh tanpa gula.  Biasanya tidak bisa hidup tanpa yang manis-manis.  Mula-mula susah, tapi lama-lama ya biasa saja.  Apalagi kalau ingat banyak kawan yang "lewat" karena kalah melawan penyakit diabetes. 

Hari ini baru hari ketiga.  Memang belum terlalu berasa hasilnya.  Tapi paling tidak aku berharap hasilnya sepadan.  Semoga IF ini bisa membuatku menang melawan alergi.  Alergi apa saja.  Mau udara panas ataupun dingin.  Biar nggak mudah garuk-garuk lagi kayak kunyuk ๐Ÿ˜‚

๐ŸŒนhttps://msha.ke/tiennaa 

Label: 0 komentar |
Martina Felesia

Menurutku, kenikmatan yang paling hakiki itu adalah makan mie instant saat lagi pengin-penginnya.  Pas pengin, pas turun hujan. Pas pula stok di dapur ternyata hanya satu.  Tinggal tambahin sedikit perbumbuan, telur dan sayuran, rasanya sudah seperti di surga.  Meskipun belum pernah melihat surga itu seperti apa, tetapi bisa menikmati sesuatu yang menimbulkan rasa bahagia bagiku itu sudah merupakan surga.

Makan mie instant sambil ditemani lagu-lagu dari Spotify sekaligus nyambi upload pekerjaan kecil-kecil itu sesuatu banget rasanya.  Tidak perlu dandan.  Tidak perlu pakai baju rapi.  Tidak perlu pakai sepatu hak tinggi.  Tidak perlu keluar rumah.  Bahkan kalau bisa tidak perlu mandi.  Meskipun hanya mie instant seharga lima ribuan, tetapi sensasi rasanya itu membuatku merasa spesial.  Seperti Indomie.  Padahal ada meme di medsos yang mengingatkan supaya tidak merasa spesial, karena aku bukan Indomie.  Hanya Indomie yang boleh spesial.  Kita jangan, kecuali kita punya backingan๐Ÿ˜

Habis makan mie isntant, relax sebentar sambil nyanyi-nyanyi kecil mengikuti lagu-lagu yang kudengar.  Hafal tidak hafal, tahu tidak tahu aku nyanyi saja.  Kalau salah-salah pun tidak akan ada yang keberatan.  Paling yang keberatan hanya si Klepon, anjingku yang dari tadi klesikan mencari posisi yang enak untuk tidur.  Toh ini bukan sedang lomba idol-idolan.  Ini ungkapan ekspresi diri.  Menyanyi adalah obat bagi setiap jiwa yang penyakitan.  Dengan menyanyi, minimal beban hidup akan terangkat dan semangat baru siap menunggu.

Bosan menyanyi-nyanyi lanjut menulis.  Temanya random.  Lha nggak tahu lagi apa yang mesti ditulis.   Yang penting nulis.  Penting tidak penting tulis saja.  Siapa tahu suatu hari nanti bisa dibaca ulang sambil tertawa-tawa.  Ternyata dulu pernah sedeng juga ya.  Pasti begitu mikirnya.  Ada untungnya juga pernah melakukan hal-hal gila.  Minimal ada yang bisa dikenang dan diceritakan.  Ada juga yang bisa dijadikan pelajaran.  Bahwa tidak semua yang bersikap seperti malaikat itu sungguh malaikat.  Bahwa tidak semua yang bersikap seperti setan itu adalah sungguh setan.  Terkadang kenyataan bisa menjadi tipuan.

Jadi, jangan meremehkan kekuatan mie instant.  Orang Korea hari-hari makan mie instant tetap baik-baik saja.   Bahkan bisa bikin drama yang aura syahdunya merajalela kemana-mana.  Siapa tahu dengan makan mie instant aku jadi seperti imo-imo Korea yang tampilannya jadi cantik, menarik dan menyenangkan, meskipun sudah lansia.  Dan siapa tahu setelah makan mie aku jadi terinspirasi untuk jadi better me dalam versi yang baru.  Bukan malah ngantuk dan cari posisi yang enak untuk rebahan dan tidur lagi.  Semoga ๐Ÿ˜‰

Label: 0 komentar |
Martina Felesia

Refreshing ala aku ya biasa saja menurutku.  Dulu waktu masih kerja begitu.  Sekarang pun masih tetap sama.  Tidak ada yang berubah. Kalau tidak nonton film ya baca buku.  Bosan menonton dan membaca paling memilih tidur seharian.  Nggak melakukan aktifitas apa-apa.  Leyeh-leyeh saja.  Rebahan tanpa ujung pangkal.  Kalau lagi rajin aku akan nulis-nulis di blog.  Nulis apa saja.  Jelas gak jelas tetap kutulis kalau lagi pengin nulis.  Yang penting nulis.  Kalau ada kawan yang ngajakin keluar akan kutanya dulu mau kemana dan untuk apa.  Kalau sekiranya oke aku pergi.  Kalau sekiranya membosankan mending aku tidur lagi.

Meskipun  hanya di rumah saja, refreshing itu menurutku tetap perlu.  Jangan dipikir kalau yang namanya mamak-mamak rumahan itu nggak bisa lelah.   Mau ibu-ibu pekerja atau ibu rumah tangga biasa saja semua butuh refreshing.  Apalagi yang namanya ibu ibu itu kebanyakan harus bisa multi tasking.  Yang ibu pekerja masih harus dihadapkan dengan pekerjaan rumah sepulang kerja.  Yang ibu rumah tangga harus melakukan ini itu di rumah tanpa ada habisnya.  Masih bagus kalau pasangan hidupnya bisa diajak kerja sama.  Kalau tidak?  Mampuslah sendiri!  Dan namanya juga ibu-ibu.  Wajar saja kalau semua mau diurus.  Mengurus rumah, mengurus anak, mengurus suami, bahkan terkadang mengurus tetangga.  Semua butuh diurus.  Terkadang saking sibuk mengurus orang lain dirinya sendiri sampai lupa diurus.
 

Selain leyeh-leyeh, refeshing yang menarik untuk aku adalah beres-beres rumah.  Meskipun rumah tidak ada isinya, entah kenapa aku suka membereskan bagian-bagian di dalamnya.  Membereskan pakaian di lemari.  Membereskan peralatan dapur.  Membereskan peralatan carut marut milik suamiku.  Kalau sekiranya ada barang yang menurutku tidak berguna langsung saja kubuang.  Tidak ada kata mendang mending atau ragu-ragu.  Kalau suamiku hobinya menyimpan dan menumpuk barang maka aku hobinya membuang-buang barang.  Bukannya tidak sayang atau sok-sokan.  Aku hanya berusaha supaya rumah yang sudah sangat minimalis ini terlihat lebih minimalis lagi.  Jadi aku tidak perlu capek bersih-bersih.   Kalau hidup bisa dipermudah mengapa harus dipersusah begitulah kira-kira.

Beruntung jika masih punya kawan yang  rajin ngajak ketemuan di akhir pekan.  Bisa di mall, bisa di warung kopi, bisa di mana saja.  Ini juga merupakan salah satu bentuk refreshing menurutku.  Jadi susah untuk ditolak atau dihindari.  Selain bisa ngadem di mall, juga bisa saling menyuntikkan imun kegembiraan satu sama lain.  Makan, tertawa-tawa, ngobrol yang nggak penting-penting, sesekali diselingi menggibahkan seseorang jika perlu.  Bosan ketemuan sama kawan sesekali pergi sendiri ke bioskop.  Beli tiket, beli camilan, nonton film apa saja yang kira-kira cocok.  Pilih nomor kursi paling belakang dan paling pojok.  Sudah itu numpang tidur di situ.  Selesai terus pulang.  Intinya itu yang penting refreshing, ya kan?

Kepada seluruh ibu-ibu, yang pekerja maupun ibu rumah tangga biasa seperti aku, selalu sempatkan untuk mencintai dirimu.  Selalu sempatkan ambil waktu di tengah kesibukan yang bertubi-tubi datangnya.  Beristirahatlah kalau lelah.   Sesekali manjakan diri sendiri.  Engkau adalah penopang keluarga.  Jika penopang itu patah, maka akan ambruklah seisi rumah.  Tidak perlu refreshing yang keluar biaya.  Cukup berdiam diri saja di rumah tanpa melakukan apa-apa.  Bilang kepada anak-anakmu, kepada suamimu kalau kamu juga lelah.  Bagaimanapun juga kamu bukan Wonder Woman atau apalah itu.

Perempuan, adalah manusia yang terdiri dari daging dan darah.  Yang bisa hancur pelan-pelan jika tidak diperhatikan.  Kalau orang lain tidak memperhatikanmu, maka engkau sendiri yang harus memperhatikannya.  Buatlah dirimu senang, jadikan hidupmu bahagia apapun caranya.  Dengan mencintai diri sendiri maka hatimu akan berlimpah-limpah untuk bisa mencintai orang-orang di sekelilingmu.

 

Martina Felesia

Sesuai dengan resolusi 2024 yang intinya ingin menjadi lebih baik dari hari sebelumnya, maka ada kebiasaan yang mau nggak mau juga harus ikut berubah.  Kalau tahun sebelumnya hobi nonton film seperti tidak kenal waktu, sekarang tetap dilanjutkan, tetapi dengan intensitas yang jauh berkurang.  Kalau biasanya hari-hari dihabiskan dengan leyehan depan Smart TV hanya untuk nonton film serial, sekarang cukup nonton film serial seminggu sekali.   Seminggu sekali kalau serialnya panjang berepisode-episode, dan berseason-season, ya bakal makan waktu lama juga. Nontonnya bisa dari pagi sampai petang nanti.  Lha piye, namanya film serial mana enak kalau cuman ditonton loncat-loncat alias nggak berurutan.  Harus urut dong.  Meskipun durasinya jadi sangat panjang tapi dijamin bakal memuaskan.  Yang penting itu kalau capek ya stop dulu.  Kalau dilanjutkan nonton bisa-bisa bukannya nonton, malah ganti ditonton๐Ÿ˜‚

Bagiku bersenang-senang di hari libur itu perlu.  Seperti hari ini contohnya.  Pagi-pagi bangun tidur segera bergegas keluar rumah  hanya untuk mengecek bakalan hujan apa kagak.  Gayanya sudah macam pawang.  Setelah yakin nggak bakalan hujan dalam waktu dekat, segera bersiap-siap untuk olga.  Jangan lupa bawa air putih di botol kecil, hp dan earphone untuk penyemangat.  Dengerin lagu sambil jogging itu rasanya seperti sekumpulan tentara yang sedang latihan perang dan disorakin orang sepanjang jalan.  Penuh semangat yang berkobar-kobar.  Apalagi kalau lagunya lagu cadas.  Lha iya, mana bisa lagu cadas joggingnya pelan-pelan seperti kurang makan?  Ya pasti yang semangatlah!

O ya, lupa kalau hari ini hari raya imlek yang jatuhnya pas hari Sabtu.  Pantesan sekitar alun-alun utara dan museum Sonobudoyo sudah mulai ramai pengunjung.  Banyak orang terlihat duduk lesehan seputar gerobak-gerobak penjual soto.  Baunya ya Tuhan....semerbak rempah-rempah dan harumnya kuah membuat perut meronta-ronta.  Rasanya pengin ikut lesehan juga sambil makan soto๐Ÿ˜

Berhasil menahan diri beberapa saat, akhirnya aku memutuskan mlipir ke Malioboro seperti biasa.  Lha....ternyata Malioboro juga tak kalah riuh.  Masih pagi dan sudah banyak yang selpa selpi sepanjang jalan.  Sebagian malah ada yang sedang sarapan sate kere berikut perlengkapannya.  Kalau nggak lihat jam, nggak percaya kalau masih jam setengah enam pagi.  Untunglah diriku ini tipe setia dan tidak mudah tergoda ya.  Pokoknya olga harus jalan terus sampai selesai.  Pantang pulang selagi nggak hujan.  Itu saja!

Pulang olga belok  ke depot kecil dekat jalan pulang yang menjual roti homemade.  Meskipun menurutku harganya termasuk mahal untuk ukuran kota Jogja, ya tetap tak beli wong akunya pengin.  Kuanggap saja harganya murah karena kalau bikin sendiri pasti butuh biaya lebih besar lagi.  Itu pun belum tentu jadi karena aku bukannya ahli membuat roti.  Sesudah sarapan buka laptop main sudoku bentar. Terus nyambi masak sat set untuk anak-anak.  Kali ini menunya ayam goreng tepung, sayur pockcoy rebus doang, tahu goreng dan  bumbu pecel.  Lumayanlah bisa untuk lauk sampai siang. Terus mandi dan lanjut nonton Netflix sampai sore nanti.

However, SELAMAT MERAYAKAN IMLEK bagi yang merayakan.  Semoga semua mahkluk berbahagia, termasuk saya dan anda ๐Ÿ˜

Label: 0 komentar |
Martina Felesia

 

Direction Map at Malioboro Street Yogyakarta

Hobi jalan pagi sepanjang Malioboro itu ada senangnya dan ada nggak senangnya.  Senang karena bisa menyusuri sepanjang selasar pertokoan tanpa gangguan.  Mau jalan cepat oke.  Mau gaya lari-lari anjing silahkan.  Mau gaya dikejar anjing beneran ya monggo.  Pokoknya kalau masih pagi itu Malioboro masih menjadi pilihan yang mengasyikkan untuk sekedar mencari keringat yang tak seberapa.  Nggak akan ada yang ngepoin karena kebanyakan orang yang ada di situ juga sama tujuannya.  Kalau bukan pendatang yang lagi menunggu siang untuk bisa check in penginapan, ya pasti para pencinta olah raga yang sedang semangat-semangatnya untuk sehat seperti diriku ini.

Nggak senangnya itu kalau pas lagi serius jogging di depan deretan toko yang masih pada tutup, tiba-tiba muncul bau menyengat di beberapa titik.  Bau tai kuda. Bisa jadi baunya berasal dari andong-andong yang sering mangkal sepanjang jalan kalau sore hari.  Meskipun sudah dibersihkan tapi baunya masih tertinggal banyak.  Padahal andongnya sendiri kalau pagi jarang terlihat.  Bisa dibilang tidak ada malah. Tapi baunya sungguh luar biasa.  Kalau sudah begitu ya mau tidak mau hanya bisa berpasrah sambil menahan nafas.  Sekaligus mencoba untuk menghilangkan 'bayang-bayang' benda yang menimbulkan bau menyengat itu ada.

Sebagai olah ragawati amatiran, aku sendiri nggak ada resep-resep khusus untuk mulai berolah raga. Kepengin olah raga ya berangkat.  Kalau pas lagi males ya olah raga di rumah saja.  Biasanya sih untuk pemanasan mulai dengan muterin alun-alun dulu.  Paling tidak satu atau dua kali putaranlah.  Kalau adrenalin sudah mulai terasa agak meningkat barulah melanjutkan langkah.  Karena olah raganya dilakukan sendirian, jadi harus agak ekstra hati-hati.  Yang penting tidak perlu memforsir diri.  Takutnya malah kebablasan.

Paling enak olah raga itu jangan terlalu siang mulainya.  Kalau terlalu siang panasnya nggak nahan.  Sudah gitu butuh persiapan agak lumayan.  Yang harus pakai pelembab wajahlah.  Yang harus oles sunscreen dululah. Ribet banget menurutku.  Kalau kemarin-kemarin aku mulai jam 6.30 pagi setelah anak-anak berangkat sekolah, sekarang-sekarang ini aku sudah berada di luar rumah meskipun mereka belum berangkat sekolah.  Kadang jam 5 pagi.  Kadang jam 5.30 ketika suasana masih agak sepi dan matahari masih intip-intip dari celah awan.  Yang penting urusan dengan anak-anak selesai aku berangkat.  Nggak usah pakai sunscreen-sunscreen an wong mataharinya saja masih malas-malasan.  Pulangnya pun biasanya masih aman.  Masih teduh mendayu-dayu kayak gitulah!

Jadi, yang punya banyak waktu luang seperti diriku, ayo olah raga!  Nggak perlu yang muluk-muluk sampai harus mengeluarkan esktra uang dan tenaga.  Olah raga yang santai-santai saja.  Yang murah meriah.  Yang penting badan sehat,dan  refreshing terpenuhi.  Usia bukan alasan untuk mager dan tidak segera melakukan perbaikan untuk mencapai tujuan.  Semangat!!

Label: 0 komentar |
Martina Felesia

 

Just me

Dari kemarin badanku bentol-bentol.  Gatelnya minta ampun.  Biasalah.  Penyakite wong ndesoBiduren!  Mungkin karena malam sebelumnya hujan turun dan udara dinginnya minta ampun.  Padahal sudah lama nggak garuk-garuk karena gatal.  Dulu zaman masih kerja sering AC kunaikin drajatnya diam-diam kalau merasa sudah mulai kedinginan.  Kalau nggak dinaikinn ya kayak gitulah.  Bentol-bentol sekujur badan dan otomatis tangan pengin garuk-garuk kemana-mana.  

Kemarin, siang menjelang sore aku minum obat alergi untuk peradangan.  Sejenis obat yang mengakibatkan ngantuk sebenarnya.   Tetapi karena sudah tidak tahan ya aku minum saja.  Ujung-ujungnya saat waktunya pergi ke gereja malah terkapar.  Mau gimana lagi, selain badan yang masih bentol-bentol meskipun sudah tidak gatal, tapi mata berat  rasanya untuk dibuka.  Pada akhirnya memang lanjut tidur sampai jam delapan malam.

Bangun tidur si bungsu menawarkan bikin kopi.  Kuiyakan dengan pesan kopi jangan terlalu banyak.  Sedikit saja.  Minum kopi secangkir dan tiba-tiba sudah jam 21.30WIB.  Eh tiba-tiba badan kembali gatal-gatal.  Daripada tidak bisa tidur akhirnya aku minum obat alergi lagi.  Tapi jadinya memang nggak jelaslah.  Bukannya pulas ini malah nggak bisa tidur.  Mata berat tapi hanya bisa bergolek sana golek sini.  Pikiran kemana-mana.  Malam-malam malah banyak yang dipikirkan.  Kebanyakan ide.  Pengin ini itu.

Kalau mengikuti kata hati penginnya bangun saja dan segera mengerjakan banyak hal yang tiba-tiba saja bermunculan di kepala.  Tapi kan sudah tengah malam.  Waktunya orang tidur.  Akhirnya ya tetap kulanjutkan berbaring meskipun tetap saja tidak bisa tidur.  Muka ditutup bantal pun nggak ngefek.  Hujan masih turun.  Udara tambah dingin.  Harusnya sih bisa pulas.  Tetapi alangkah susahnya.

Akhirnya aku bangun ketika alarm berbunyi jam empat pagi.  Padahal biasanya aku mulai beraktifitas  jam empat tiga puluh setiap harinya.  Kumulai saja acara masak untuk anak-anak.  Jam empat pagi suasana masih sepi.  Hanya kedengaran suara orang mengaji dari masjid.  Gerimis masih rintik.  Aku sudah sibuk klutak-klutuk sendiri di dapur.   

Jam lima pagi semua sudah beres.  Baru yang namanya ngantuk parah mulai datang.  Mumpung pengin tidur aku naik kasur lagi.  Tengkurep, tidur pulas.  Jam enam tiga puluh pagi bangun sebentar karena anak-anak pamit berangkat sekolah. Setelah tutup pintu aku lanjutkan tidur lagi.  Kali ini rasanya enak banget.  Tiba-tiba saja sudah jam sepuluh pagi dan terpaksa bangun karena terdengar abang sayur berteriak depan rumah.  Cukup sudah tidurnya.  Waktunya beraktifitas seperti biasanya.  Belanja dan mengerjakan banyak hal.  Semangat!  Semangat!

Label: 0 komentar |
Martina Felesia
Beberapa hari ini cuaca di Jogjakarta tidak menentu.  Hujan yang sudah lama dirindukan sekarang malah sering datang seperti tamu tak diundang.  Tiba-tiba saja bress!  Ngak pagi, nggak siang, nggak malam.  Diriku yang biasanya suka 'ote-ote' kalau di rumah saking panasnya, jadinya cari jaket dulu sebelum tidur malam.  Hawanya itu loh yang nggak nahan.  Uademmm polll....!

Nah, hujan dadakan ini pula yang membuat rutinitas olah raga pagi jadi terganggu.  Ya nggak mungkin kan jogging sambil bawa payung muterin alun-alun?  Mau nggak olga kok rasanya ada yang kurang.  Sementara kalau hujannya datang tiap pagi bisa kelamaan libur olah raganya.  Pengin jogging di rumah tapi nggak punya treadmillYoweslah, ganti yang lain saja!

Pagi setelah anak-anak berangkat sekolah aku buka youtube 'Yoga Untuk Pemula'.  Tutup pintu, kunci.  Terus lanjut gelar karpet karena matras yoganya ada di Batam.  Mulailah beryoga ria selama setengah jam sampai keringatan.  Yoga  kayaknya cocok untuk diriku yang dari sononya memang nggak bisa lentur sama sekali.  Senam kaku.  Menari kaku.  Dansa apalagi.  Cocoknya memang sama yoga (nggak pakai mas๐Ÿ˜).

Acara yoga selesai beresin karpet dulu terus pakai sepatu olah raga.  Pasang timer dan mulai jogging tipis-tipis walau tanpa treadmill.  Ambil sikap seperti hendak jogging dan mulai lari di tempat.  Kubayangkan diriku sedang muteri alun-alun utara kota Jogja sambil mendaraskan doa rosario sampai selesai ๐Ÿ˜‚  Kelihatannya kayak orang gila sih, tapi berdaya guna untuk dilakukan.  Kalau dihitung-hitung kurang lebih setengah jam jugalah.  Jadi total hitungannya olah raga pagiku kurang lebih satu jam setiap hari.  Sama kalau aku biasa muterin alun-alun sekali putaran sebelum melanjutkan ke Malioboro dari ujung ke ujung pulang pergi.  

Bagaimana kalau sedang capek atau sedang males?  Ya aku tidak berolah raga dong!  Nanti kalau dipaksakan tambah capek.  Mending kalau lagi males ngapa-ngapain lanjut saja bikin kopi atau teh terus beli cemilan pagi dekat rumah.  Ada odading, cakwe, bihun goreng, mie goreng, lontong sayur dan kawan-kawannya.  Sudah.  Habis itu keesokan hari bisa dipikirkan lagi mau ngapain.  Kalau hujan olga di rumah.  Kalau nggak hujan mulai ngukur dalan di luar rumah.  Gitu aja.  So don't worry be happylah!

Label: 0 komentar |
Martina Felesia

 JULI - SEPT 2023

Tiga bulan sudah menetap untuk sementara waktu di kota gudeg, Yogyakarta.  Tiga bulan yang terasa agak "aneh" karena harus ElDeEran sama suami di usia yang bisa dibilang sudah tidak muda lagi.  Tiga bulan yang menurutku penuh tantangan karena harus pintar-pintar mengisi waktu dari pagi sampai malam, dari malam sampai pagi lagi.  Untuk aku yang serba usreg dan umek ini tentunya agak sedikit menguatirkan karena takutnya malah bosan tujuh turunan.

Bukan tanpa sebab ketika memutuskan tinggal berjauh-jauhan dengan suami yang notabene ori tiyang Ngayogyakarta.  Masalahnya adalah ada dua orang anak remaja yang sedang butuh pendampingan ketika memilih untuk melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di kota kelahiran bapaknya.  Setelah anak nomor dua, si Bungsu akhirnya menetapkan pilihan di sekolah yang sama.  Alhasil mau tidak mau memang harus ada yang menemani sementara waktu sampai mereka siap ditinggal-tinggal kapan saja.

Jadi, sebagai orang yang mendapat tugas pendampingan, rutinitas setiap pagi tentu saja kegiatan masak-memasak. Bangun subuh-subuh masak sarapan dan bekal untuk anak-anak sekolah.  Selesai masak memastikan persiapan sekolah sudah beres dan tidak ada yang tertinggal.  Berikutnya lanjut keluar rumah jam 5.30 pagi untuk olah raga jalan pagi seputar area tempat tinggal.

Pertama-tama jalan kaki mengitari alun-alun Utara bentar, terus lanjut ke titik nol dan lempeng saja terus menyusuri Jalan Malioboro.  Sampai Jalan Pasar Kembang dekat stasiun Tugu puter dan balik lagi menyusuri  jalan Malioboro seberang satunya.   Jalan lagi, terus jalan kayak turis beneran pokoke.  Terkadang belok ke setiap gang yang ada di seputaran Malioboro hanya untuk tahu isinya apa, kondisinya bagaimana.  Ya nggak papa.  Yang penting kemana kaki melangkah sajalah.  Kalau kira-kira sudah mencapai 6.000 sampai 7.000 langkah (setara dengan 5km kurang lebih) baru pulang.

Semenjak tidak difungsikan untuk berjualan para pedagang kaki lima, jalan sepanjang Malioboro terasa lebih bersih dan nyaman di pagi hari.  Sekarang banyak orang yang melakukan kegiatan olah raga di situ.  Ada yang seriusan jogging, ada yang sekedar berjalan kaki seperti aku.  Ada yang terlihat seperti pendatang dan ada pula yang memang asli orang Yogya sendiri. Intinya kalau mau olah raga sekarang ini ada temannyalah.  Tidak harus ngangak-ngangak sendiri saja.  Dari hari Senen sampai Minggu dijamin selalu ada orang berolah raga di situ.  Kagak ada matinye kata orang Betawi!

Menurutku pribadi, godaan orang sehabis olah raga itu di mana-mana hanya satu: orang jual sarapan.  Apalagi di Yogya ya.  Sepanjang jalan pulang banyak orang berjualan makanan.  Ada yang harganya masih murah meriah dan ada pula yang hampir sama dengan di Batam.  Yang jelas pilihan banyak kalau hanya mau cari sarapan.  Tinggal siapkan dompet saja sih.  Itu yang penting! Tentu saja terus terang semua itu menyenangkan diriku yang notabene senangnya emang  njajan pinggir dalan ๐Ÿ˜„.  Jadi ya terima kasih sajalah untuk para penjual sarapan.  Semangat!

Meskipun baru-baru terasa capek dan melelahkan, jalan kaki ternyata membawa efek yang menyenangkan ternyata.  Nafas terasa lebih ringan, dan badan menjadi lebih fit dalam segala hal.  Tidak pernah migren lagi, apalagi tekanan darah tinggi.  Sepertinya semua terasa kembali normal seperti semula.  Malam hari juga lebih mudah  tidur karena ngantuknya nggak perlu ditunggu-tunggu lagi.  Yeeyyy...!!  Hidup olga!  

Semoga tetap diberikan kesehatan dan kebahagiaan, terutama di saat-saat sekarang ini, ketika tiba-tiba ada banyak orang stres gara-gara pemilihan presiden tahun depan.  Semoga tidak jadi ODGJ sajalah.  Dah, itu aja!!



Label: 0 komentar |
Martina Felesia

Pada akhirnya, di antara semua pengharapan yang selalu kita impikan, toh harus menyerah juga pada yang namanya kesehatan.  Bukan tanpa sebab kalau tidak punya waktu untuk sekedar menuliskan kata atau kalimat, karena raga ini sungguh tidak bisa diajak untuk sebentar bersahabat.  Mau tidak mau badan memang harus diistirahatkan dulu dari segala kesibukan dan pergerakan yang menyita energi dengan berdiam diri tanpa melakukan apa-apa kecuali hanya beristirahat, perbanyak makan, olah raga dan mengonsumsi obat.


Selama satu bulan lebih setelah rangkaian kegiatan Paska yang melelahkan, akhirnya terkapar juga.  Meskipun tidak sampai harus dirawat di rumah sakit, tetapi memulihkan badan yang lungkrah dengan cara mengonsumsi berbagai macam vitamin dan makanan, sesungguhnya juga sangat melelahkan.  Meskipun sudah tidak lagi terikat dengan rutinitas pekerjaan kantor, tetapi tugas rutin di pagi hari adalah hal yang diharapkan tetap bisa dikerjakan, mengingat ada suami dan anak yang harus menjalani kehidupan rutin dalam pekerjaan dan pelajaran.  Tetapi karena kondisi badan yang tidak bisa diajak kompromi, ujung-ujungnya segala angan itu sirna dan harus mengalah dengan leyeh-leyeh yang tidak kunjung selesai.

Baru hari ini, setelah berhari-hari hanya  golek-golek manja di tempat tidur sampai kepala rasanya mau pecah, bisalah aku menulis lagi.  Bukan tulisan yang heboh atau segala macam, tetapi lebih kepada permenungan diri bahwa kesehatan itu sangat penting artinya bagi mamak-mamak usia kepala lima seperti aku ini.  Intinya itu segala sesuatu yang mudah akan menjadi ribet dan ruwet kalau tidak bisa menjaga kesehatan diri sendiri.  Aktif boleh, ikut kegiatan tidak dilarang, tetapi menjadi sehat itu lebih penting lagi.  Jangan sampai hanya gara-gara ingin dilihat orang tetap eksis malah menjerumuskan diri sendiri ke dalam jurang yang menjerumuskan.

Yang jelas ada banyak hal yang tidak bisa dilakukan kalau dalam kondisi kurang sehat: Pertama, tidak bisa bebas beraktifitas.  Bergerak sedikit badan sudah terasa lemas tanpa tenaga.  Menggangu banget.  Kedua, kehilangan banyak kesempatan.  Karena kesehatan terganggu maka semua rencana harus dibatalkan.  Bisa jadi malah kehilangan harapan untuk sekedar mendapatkan keuntungan.  Atau bisa juga kehilangan kesempatan untuk sekedar menyayangi diri sendiri. Dan banyak lagi hal-hal lainnya yang mau tidak mau harus kita lepaskan saat badan tidak sehat, demi mencapai stabilitas dan stamina jiwa dan raga sama seperti keadaan sebelumnya..

Jadi, mumpung sudah sehat, maka perlu dipikirkan lagi matang-matang, untuk mulai mengevaluasi diri dalam berkegiatan.  Jangan sampai over dosis yang pada akhirnya menyiksa diri.  Seenak-enaknya sakit, jauh lebih enak lagi kalau sehat.  Good luck!
Label: 0 komentar |
Martina Felesia

Baru terasa olah raga sangat membebani di usia kepala lima sekarang ini.  Serba susah untuk  dilaksanakan dan sangat berat untuk dijalankan.  Terutama untuk manusia pemalas seperti aku ini yang tidak menjadikan olah raga sebagai cinta pertama dalam hidupnya.  Jogging yang sempat terhenti karena Covid-19 sudah pasti akan susah untuk dimulai lagi. Apalagi dengan memori akan nasihat dari dokter spesialis jantung yang menyarankan untuk berhati-hati karena tensi yang dirasa tinggi meskipun baru mencapai angka 140/85 rata-rata.  Karena di posisi angka itu sudah sering membuat oleng maka mau tidak mau nasihat dokter harus diikuti dengan menghentikan olah raga yang agak menguras tenaga berganti dengan olah raga yang menyeh-menyeh di depan komputer setiap sore sepulang kerja.

Kalau dulu sebelum corona olga adalah alasan untuk bisa terlepas dari imsonia, maka di musim corona olga menjadi alasan untuk tidak gampang lengah dan gampang tertular virus dari manapun datangnya.  Kemalasan dan rasa acuh, mau tidak mau harus digantikan dengan semangat tidak kenal lelah untuk mendapatkan tubuh yang bugar dan tidak mudah terkapar.  Meskipun rasanya badan tidak sanggup untuk bertahan, tetapi memaksakan diri minimal setengah jam berolah raga di rumah (tidak di lapangan lagi), menjadi suatu rutinitas yang perlahan tapi pasti mulai menyenangkan untuk dijalani.  Tidak hanya menghilangkan migren yang sering datang tiba-tiba, tetapi juga membuat tidur terasa sangat mudah di malam hari.

Bagi manusia bukan pencinta olga seperti diriku ini, segala sesuatu memang harus dipaksa dulu supaya bisa berjalan sesuai harapan.  Dulupun juga begitu.  Tidak ada keinginan untuk ikut jogging sepulang kerja bersama teman-teman.  Mereka jogging aku lebih memilih pulang.  Tetapi pada akhirnya, kuputuskan untuk memulai segala hal yang sukar meskipun meskipun harus tertatih membiasakan diri. Dan akhirnya aku berhasil bertahan hanya dengan beberapa orang sementara yang lain tumbang  Rute jogging sepanjang 2.4km akhirnya bisa terlampaui dengan baik sampai pada akhirnya Corona-19 datang menyerang.  Acara olga dengan teman kantor akhirnya berganti dengan olga sendiri di rumah, sampai sekarang.

Meskipun tidak mencintai olga, tetapi minimal ia telah mengubah hidupku menjadi lebih baik dari hari kemarin.  Sakit kepala yang biasanya datang mendera dengan tiba-tiba lenyap begitu saja.  Susah tidur yang sering mengintai di usia kepala lima seperti menjadi tanpa makna.  Langsung pules begitu menyentuh bantal.  Tanpa ba bi bu lagi.  Tidak perlu klesikan lagi. Semangat dan keinginan menjadi sehat telah mengalahkan keengganan untuk melakukan kegiatan menggerakkan raga.  Akhirnya, meskipun terkadang masih sering terasa pegal-pegal di badan, olga tidak boleh berhenti menjadi sesuatu yang hanya seperti "hangat-hangat tai ayam".  Meskipun melelahkan, segala hal yang baik tidak boleh membuatmu menyerah begitu saja.  

Don't be give up!  Ojo leren masio dengkleh! Itu saja.

Label: 0 komentar |