Beberapa hari ini aku punya kesibukan baru. Searching blog mengenai homeschooling. Itu loh....tentang "sekolah rumah". Sekolah di mana anak2 tidak perlu pergi ke sekolah untuk belajar tapi cukup "belajar" di rumah bersama orangtuanya. Bayangkan saja, anak2 bersekolah bersama kita orangtuanya! Anak2 bisa belajar di mana saja dan kapan saja mereka mau. Tidak perlu pakai seragam atau apapun aksesoris yang tidak mereka suka. Bisa bergaul dengan siapa saja dan belajar apapun yang mereka mau. Tidak perlu takut ibu guru marah atau teman terganggu kalau kita ribut atau ingin melakukan sesuatu. Apakah itu tidak amazing?
Dari beberapa blog yang kubaca aku menemukan pengalaman2 seru dari para orangtua yang sudah mulai menerapkan homeschooling bagi anak2nya. Para orangtua hebat ini begitu bersemangat untuk memberikan pendidikan yang "terbaik" untuk anak2nya. Mereka terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran anak2 mereka mulai dari A - Z. Berbagai cara dan metode pembelajaran bisa dicoba sekaligus langsung dipraktekkan bersama anak2.
Sebagai orangtua yang masih menggantungkan hidup pada pekerjaan dan sebagai orangtua yang anak2nya masih bersekolah di sekolah, terus terang aku iri. Waduh, enak banget ya seandainya kita sendiri bisa jadi partner belajar bagi anak2 kita. Kita bisa jadi guru mereka atau sebaliknya kita bisa belajar dari mereka. Selama ini aku hanya bisa mendampingi anak2 belajar sepulang kerja. Itu pun tidak bisa total karena keterbatasan waktu dan tenaga. Meskipun menurutku sudah maksimal, tapi kok tetap saja terasa ada yang kurang ya :(
Anakku sulung, si Pilar, sekarang sudah kelas 6 SD. Kalau diperhatikan, bukannya makin hepi bersekolah tapi malah semakin muram. Dengan berbagai macam pelajaran yang jumlahnya berjibun sesuai standar sekolah nasional plus, masa kanak2nya nyaris habis untuk belajar saja. Yang namanya pelajaran berdasarkan text book ya otomatis teori saja, kan? Harus hafal ini, harus hafal itu. Masalah prakteknya seperti apa itu urusan nanti. Yang penting kalau ditanya jawabannya harus sesuai text book. Kalau diminta menjelaskan dengan kata2 sendiri malah bingung. Memang sih selalu masuk tiga besar di kelasnya, tapi "mood"nya seringkali jadi tidak stabil karena kecapekan. Menjadi lebih mudah marah dan jarang tertawa. Sebagai orangtua aku jadi merasa bersalah.
Anak keduaku baru TK B. Sama seperti kakaknya, sekolah seolah menjadi masalah besar. Mesti berhadapan dengan teman yang nakal, guru yang terkadang tidak "fair", atau suasana sekolah yang tidak nyaman, membuat pikirannya selalu dipenuhi dengan kata libur dan libur. Tapi bagaimana lagi? Dengan segala keterbatasan sebagai orangtua kami hanya bisa "merasa" kasihan. Dengan alasan di rumah tidak ada siapapun selain pembantu, ya akhirnya kami putuskan untuk tetap bersekolah (meskipun sebenarnya hati ini tidak tega).
Bungsuku, si Lunar, meskipun kata orang sudah waktunya masuk TK A karena sudah hampir 4 tahun, tetap belum kusekolahkan. Sebisa mungkin belajar di rumah bersama Bunda. Dengan nyanyian, dengan tarian, dengan permainan, dengan cerita made in Bunda. Sementara ini aku melihat, dia senang belajar dan selalu ingin belajar (sampai Bunda tidak punya kesempatan untuk nonton drama Korea).
Akhirnya, meskipun hanya sebagai peminat dari "jauh", sedikit demi sedikit aku mulai belajar metode pembelajaran homeschooling. Nggak papa kan, meneladan sesuatu yang kuanggap bagus? Yang jelas aku punya kemauan kuat untuk menjadikan bahwa belajar itu sesuatu yang menyenangkan, bukan sesuatu yang menakutkan. Itu sebabnya, secapek apapun, aku menyempatkan diri untuk terlibat secara penuh dengan anak2. Belajar, nonton TV dan bermain bersama. Beruntung karena pembantuku pulang hari. Pagi datang sore pulang, tanggal merah libur. Jadi ketergantungan anak2 kepada pembantu bisa diatasi.
Sebagai ibu yang anak2nya tidak (belum punya kesempatan) menjadi siswa homeschooling, aku berharap bahwa suatu saat nanti ada kesempatan untuk itu. Mungkin akan ada pro dan kontra. Tapi bukankah anak2 juga punya hak untuk memilih? Bukankah anak2 punya hak untuk bahagia? Kita saja sebagai orangtua masih pengin hepi2. Apalagi anak2. Tapi.....kapan ya semua mimpi itu bisa kuwujudkan???
Halo mbak,
Salam kenal. Senang membaca blog, postingnya, dan cerita2nya.
Halo juga mas...saya sempat buka2 blognya nggak sengaja.....mantafff.... 2 jempols deh.
aeehh..
Nuliserku tertarik HS
welcome to the club ^^
sudah kenal dengan mas Aar tah? ;p