Martina Felesia
Seseorang bisa saja berubah dengan tiba-tiba.  Dari yang aslinya sangar ternyata bisa penuh kelembutan.  Atau dari yang dasarnya selow-selow saja ternyata punya agresifitas luar biasa.  Semua itu bisa diatur.  Bisa dibuat.  Tergantung dari kebutuhan.  Dan tergantung dari kacamata mana kita melihatnya.

Pada suatu masa, pernah kukenal seseorang, yang dari tingkah lakunya, ia seolah paling hebat dalam segala hal.  Setiap berjalan, bertingkah laku dan bertindak, kepalanya selalu mendongak dengan pongah.  Memandang rendah orang lain, dan tanpa segan memanfaatkan kedekatan dengan atasan.  Setiap saat dan setiap waktu, tugasnya adalah pantang kendor dalam memepet atasan.  Pokoknya bagaimanapun caranya, jangan sampai atasan berpaling darinya.  Dan aku hanya bisa ketawa-tawa.  Sambil memaki dalam hati tentunya.

Dan kali ini seperti Dejavu saja.  Orang yang berbeda, dengan kelakuan yang sama.  Orang yang awalnya tidak pernah disangka akan bisa bertingkah demikian.  Jadinya terasa aneh.  Karena biasanya tidaklah demikian adanya.  Meskipun sudah kenal bertahun lamanya, serasa baru saja mengenal sifat aslinya.  Mau tertawa takut dosa.  Tidak tertawa tapi kok nyata.

Tiba-tiba saja.  Semua serba tiba-tiba.  Tiba-tiba berubah.  Tiba-tiba yang terkadang membuatku merasa malu dan terpaksa membuang muka.  Seperti menonton drama di depan mata.  Tampilan yang menyolok.  Sikap sempurna yang terlalu over dosis.  Keterpesonaan terhadap atasan yang tidak mampu untuk ditutup-tutupi.  Dan sikap jaga jarak terhadap teman-teman yang tidak terelakkan.  Mungkin takut nilai turun.  Atau takut perhatian atasan berkurang.  Serius aku sebenarnya ingin tertawa.  Tapi hanya bisa memandang saja.  Sambil diam-diam menikmati setiap drama.

Ah, alangkah mudahnya manusia berubah.  Apakah karena karma, atau puber kedua, tak ada yang tahu bedanya.  Karma karena dulu pun pernah jadi bagian dari manusia yang menertawakan manusia sebelumnya, dengan kelakukan yang sama.  Atau memang asli puber kedua, yang kebetulan bisa dialami oleh semua manusia.  Atau bisa jadi akibat dari kutukan, karena manusia yang harusnya menjadi panutan, juga berkelakukan demikian.

Ah, sesuangguhnya aku adalah bagian dari manusia pendosa.  Karena memilih diam dan acuh tak acuh.  Yang penting bukan aku.  Mirip seperti kaum Farisi aku ini.  Yang penting bukan aku!

Namun demikian, semoga ada ditunjukkan jalan.  Bahwa suatu saat akan ada yang menyampaikan.  Bahwa segala sesuatu yang terlalu berubah dengan tiba-tiba, selalu akan menimbulkan tanya.  Mungkin tidak dirasa, karena orang yang sedang mabok memang tidak akan merasakan apa-apa.  Tapi percayalah, hanya orang lain yang bisa memandang adanya setiap perubahan.  Pantang kasih kendor dalam memepet atasan boleh-boleh saja.  Tapi agresifitas yang berlebihan patut direnungkan lebih dalam.  Apalagi jika harus membuang teman.

#just a reminder for myself
Label:
0 Responses