Martina Felesia
Setiap berkaca, bukan kerutan di wajah yang kuamati, melainkan uban yang mulai saling bersaing menampakkan ujudnya.  Beberapa terlihat menyembul tanpa malu-malu lagi dan beberapa sudah mulai mempersiapkan diri untuk muncul di lain hari.  Aku?  Aku sendiri sebagai sang pemilik uban hanya bisa tertawa-tawa sambil berkaca.  Pasrah akan kehadirannya yang tidak terhindari. 
 
Mau bagaimana lagi, ya kan?  Memang sudah waktunya untuk beruban.  Tahun ini sudah pasti menginjak setengah abad.  Jadi wajar kalau rambut juga mulai berubah warna.  Kalau tetap hitam itu adalah suatu keniscayaan.  Bisa jadi itu adalah hasil semiran atau lagi makai rambut palsu.  Memang siklus hidup ya seperti itu.  Lahir, muda, tua, dan mati.  Itu adalah hal yang tidak bisa dipungkiri apalagi dihindari.  Apalagi hanya masalah uban yang perlahan tapi pasti harus menunjukkan jati dirinya. 
 
But, ketika memandang-mandang uban di kepala, tiba-tiba saja terlintas banyak hal, yang ingin kukerjakan.  Ini usia emas loh!  So, what will I do next?  Apakah akan tetap begini-begini saja?  Rutinitas yang hanya itu-itu saja?  Tidakkah harus mulai dipikirkan bagaimana cara untuk bersantai dan bersenang-senang?  Mungkin harus mulai dari nol lagi.  Tapi, bukankah hasil akhir dari suatu perjalanan memang duduk santai dan menikmati kegembiraan?  Bukankah itu memang tujuan hidup setiap orang?
 
Tahun 2021.  Uban mulai nampak dan senyuman mulai pudar.  Terkadang ada banyak pertanyaan, apakah masih ada kemungkinan tersisa untuk melalui jalan panjang?  Hanya Tuhan yang tahu!  Betapapun banyak keinginan dan harapan, tanpa keberanian untuk melakukannya adalah sia-sia belaka. Tak banyak waktu lagi untuk meraih apa yang telah lama hilang hanya dengan duduk manis mengharapkan pertolongan dari Tuhan.  Dan aku yakin, Ia lebih senang melihatku berjuang daripada hanya duduk memohon sekaligus membebankan segala pinta di antara sekian banyak pinta dari manusia lainnya.  
 
Rambut perak yang mulai muncul perlahan tapi pasti, adalah sebuah peringatan dini untuk mulai banyak instropeksi diri.  Menata hati yang seringkali terlunta sana sini, laksana musafir yang tak tahu arah jalan pulang karena terlalu sepi.  Setengah abad memang bukan waktu yang singkat.   Dan uban belum pasti sebagai penanda bahwa hidup harus berhenti.  Entah esok, entah lusa, entah kapan-kapan saja, semua bisa saja terjadi.  Tetapi tetap saja, waktu tidak bisa diulang lagi.
 
Rambut perak yang mulai menghiasi diri, adalah pertanda untuk semakin hidup bersahaja dan ugahari.  Menikmati setiap detik waktu dengan semangat baru.  Selalu dengan semangat baru karena hanya itu yang masih bisa kurindu.  Biarkan dalam diam, dalam kedalaman, bisa kutemukan lagi diriku yang dulu.  Semoga! 
 
Abaikan ekspresinya

 

Label:
0 Responses