Ini adalah postingan yang sangat terlambat sebenarnya. Menunggu mood baik yang akhirnya menjadi kendala sampai dua tahun lamanya baru bisa dituliskan. Tidak ada kata menyesal, karena setelah itu seluruh dunia digegerkan dengan masuknya virus Covid-19 yang pada akhirnya membuat kami tidak bisa kemana-mana. Pada dasarnya tidak ada kata terlambat untuk menulis. Tuliskan saja, belum tentu pengalaman singkat ini bisa terulangi dalam beberapa tahun ke depan.
Kamis, 27 Juni 2019
Setelah sehari sebelumnya asyik kluthak kluthik bersama anak-anak, akhirnya sepakat untuk mengisi liburan dengan jalan tipis-tipis ke Johor lewat Singapura. Tiga hari saja nggak usah lama-lama. Menurutku ini piknik paling murah meriah karena setelah diutak atik gatuk, ternyata tidak memerlukan biaya besar dibandingkan jika ingin pulang kampung ke Malang dan Jogya. Lagipula waktu tiga hari tidak akan membuat kami keponthal-ponthal dikejar waktu. Yakin bahwa semua akan bisa dijalani dengan santai sesantai-santainya.
Baru juga mau naik mobil si Bungsu sudah muntah. Kupegang dahinya memang agak demam. Memang ada sisa batuk pilek beberapa hari kemarin. Tapi karena dia bilang oke untuk pergi, ya kami tetap melanjutkan perjalanan, meskipun jendela mobil harus dibuka supaya muntah bisa ditahan. Maklum ya, keturunan orang udik ya gini ini. Naik mobil kepagian pun muntah.
Pagi-pagi kami sudah bersiap di pelabuhan Ferry Internasional Sekupang. Kali ini berangkat pakai Gocar, biar tidak kepikiran kalau harus memarkir mobil di pelabuhan selama tiga hari. Semua sudah siap dengan tentengan masing-masing. Semua sudah komit untuk tidak membawa banyak barang. Dan sejauh ini it's ok. Semua berjalan dengan baik dan lancar.
Smile in the morning |
Sesampainya di pelabuhan, tinggal check in tiket ferry karena sudah booking online sehari sebelumnya. Sambil menunggu waktu, kami sempatkan untuk sarapan. Semua kupaksa untuk sarapan. Entah secuil dua cuil roti atau sesuap nasi. Yang penting perut harus isi biar perjalanan lancar dan tidak ada gangguan. Yang setengah sakit pun dipaksa makan supaya bisa minum obat. Namanya juga mamak2. Kenyamanan seluruh anggota keluarga seolah menjadi tanggung jawabnya semua.
Dari segala prikitilan yang dibawa, tidak lupa aku membawa rute MRT supaya tidak bingung nantinya kalau mau pergi ke mana. Maklum sudah mulai tua. Biarpun sudah jauh-jauh hari diingat-ingat, terkadang lupa juga kalau sudah sampai di tempat tujuan.
Rute MRT Singapura |
Singkat cerita, sampai juga kami di Singapura setelah kurang lebih satu jam terombang ambing di lautan. Olah raga ringan sebentar, harus berjalan cepat-cepat setengah berlari untuk antri di imigrasi. Setelah mengajarkan anak-anak untuk belajar mengurus passportnya masing-masing di konter petugas imigrasi, akhirnya lega juga karena bisa lolos semua. Planning pertama adalah duduk-duduk dulu di HFC. Santai-santai cari angin. Nyemil-nyemil sebentar tentengan snack yang dibawa dari rumah.
Cari angin ngarepan HFC |
Rute berikutnya adalah rute salah arah sebenarnya. Penginnya ke China Town, eh si Bungsu pengin pula ke toilet dan pada akhirnya membawa kami masuk ke arah MRT yang salah. Sudahlah, tak apa. Namanya juga ala-ala. Suka-suka sajalah! Tetap naik MRT dan akhirnya turun di Haw Par Villa. Lokasinya dekat saja dengan stasiun MRT. Turun, keluar, langsung mak nyuk, sampai! Masih kepagian sebenarnya. Masih sepi karena belum buka.
Namanya juga membawa rombongan ABG, mau sepi atau tidak satu-satunya acara yang paling menarik tentu saja foto-foto. Emak bapaknya tinggal nungguin saja. Bosan foto di sana, pindah di sini. Pengin gaya ini itu tidak ada yang mengganggu. Hari ini anak-anak bebas dengan gayanya masing-masing. Mumpung pengunjung Haw Par Villa baru kami saja.
![]() |
Pilar dan Altar |
Si Bungsu masih agak malas-malasan karena pengaruh obat flu yang tadi pagi diminumnya. Jadi foto-foto pun tidak terlalu antusias seperti kakak-kakaknya. Dipaksa pun tetap tidak mau. Ya sudah, kami suruh dia melanjutkan ngemil lagi sisa cemilannya biar tidak bosan. Sesekali dia pun ikut bergaya dengan caranya.
Lunar |
Bosan foto-foto kutawarkan untuk pergi ke China Town. Tidak ada yang mau. Ke Singa muntah? Mau. Rute ganti lagi. Naik MRT lagi. Semua serba mudah karena kartu untuk beli tiket sudah kuisi ulang dan dikalungkan di leher masing-masing. Jadi tinggal tempel saja di setiap gerbang masuk sesuai arah tujuan. Tujuan berikut ke Merlion lewat jalan pintas.
Jalan pintas menuju Merlion penuh dengan spot-spot indah yang sayang untuk dilewatkan begitu saja. Sepanjang perjalanan ada saja waktu untuk berhenti dan bernarsis ria. Kurasa memang inilah liburan kami yang memang fokus mlaku-mlaku dan tidak dikejar-kejar waktu. Memang benar mlaku-mlaku. Kalau mau cepet ya naik MRT atau taksi. Tapi siapa juga yang mau melewatkan kesempatan bagus untuk bisa foto-foto?
Action terosss...! |
Di area Merlion ternyata sudah ramai orang. Si Bungsu mengeluh lapar lagi. Kubilang untuk bersabar sebentar karena kakak dan masnya masih sibuk berfoto ria. Kuminta dia beli cemilan di sekitar Merlion tidak mau. Mau makan, tidak mau nyemil. Oke! Tapi sabar ya! Mulutnya manyun. Sebenarnya bukan lapar sih. Dia hanya bosan saja harus menunggu orang foto-foto. Sementara dia dalam kondisi tidak sedang ingin berfoto. Ngantuk karena efek minum obat. Mau gimana lagi. tetap harus sabar kalau mau makan.
Wong ndeso..! |
Akhirnya yang foto-foto pun bosan juga. Setelah bergaya macam-macam akhirnya bilang minta makan juga. Lapar! Dan acara narsis pun diakhiri dengan kesepakatan semua orang. Yang tadinya bilang pusing langsung bersemangat, dan yang sebelumnya ogah-ogahan juga mulai melangkah dengan cepat.
Jalan kaki lagi menuju stasiun MRT. Rute Lucky Plaza karena mau makan Ayam Penyet Ria. Kayaknya hanya menu itulah yang cocok dengan lidah kami meskipun lagi berada di negara orang. Ilate wong Jowo, nggak bisa jauh-jauh dari ayam penyet. Naik MRT sebentar, berjalan kaki lagi beberapa menit dan sampailah kami di tempat tujuan. Masuk Lucky Plaza dan melihat denah supaya tidak kesasar. Namanya juga tempat asing. Lebih baik bertanya, meskipun hanya pada denah, daripada tidak tahu jalan.
Lapar bukk...! |
Sebelum melanjutkan ke penginapan, aku pesan ayam penyet lagi untuk dibungkus. Mending beli sekarang daripada nanti sibuk mencari-cari makanan lagi. Perut para remaja ini tidak bisa ditebak arahnya. Baru juga makan sebentar lagi pasti bilang lapar lagi. Jadi untuk berjaga-jaga aku memesan beberapa bungkus lagi. Kuucapkan terima kasih kepada pemilik warung yang super duper ramah dan kupuji bahwa masakannya enak. Dia membalas dengan senyum lebar dan bilang terima kasih kembali.
![]() |
Mamak klenger |
Dengan kondisi perut kenyang kami pun pergi ke penginapan. Malam ini menginap di area Bugis. Penginapan ABC. Muter-muter sebentar, jalan kaki sebentar, dan akhirnya sampailah kami di penginapan backpacker untuk enam orang. Karena kami berlima, maka bisa satu kamar dan kebetulan tidak ada tambahan penghuni lainnya. Kurasa, hari ini cukuplah mlaku-mlakunya. Sore nanti dilanjut lagi. Sekarang mamak capek mau istirahat.
Di penginapan langsung ndlosor dan terkapar sampai sore menjelang. Nanti mau lanjut jalan-jalan yang dekat-dekat saja. Berdua saja. Pasukan yang lain soalnya langsung standby dengan hp masing-masing setelah dapat wifi. Tidak ada yang mau ditawari jalan-jalan keluar lagi. Ya, begitulah. Namanya backpacker itu ya harus berani capek. Urusan nanti kalau bisa dipikir nanti. Yang penting sekarang tidur dulu.
Ceritanya dilanjut lagi nanti bagian Part 2.