Beberapa bulan ini ada banyak berita sedih. Berita duka yang datang silih berganti tanpa pernah diduga. Berita kematian yang datang dengan tiba-tiba. Membuatku terpekur. Seolah tidak percaya bahwa seseorang yang kita kenal secara dekat atau tidak, tiba-tiba saja harus berpulang. Ya, pulang! Pulang ke haribaan Tuhan, Sang Pemilik Kematian dan Kehidupan. Semua dengan penyebab yang sama: Covid-19!
Bagi sebagian orang, mungkin pandemi ini hanyalah sekedar teori konspirasi. Tapi bagi sebagian lagi, pandemi ini telah membawa kepedihan tersendiri. Telah menjadi sesuatu yang nyata meskipun tetap tak kasat mata. Dan pada akhirnya yang tersisa hanyalah rasa duka. Rasa kehilangan yang mendalam akan kepergian orang-orang tercinta. Dan rasa itu akan terbawa, terkenang selamanya dalam hidup, sembari bertanya-tanya, siapa giliran berikutnya?
Pandemi ini sudah terlalu lama kurasa. Terlalu lama! Terkadang membuat rasa ini memuncak dan mencapai titik kebosanan yang paling dalam. Sudah satu setengah tahun lewat dan sang virus belum juga hilang. Sudah begitu banyak yang harus dikorbankan. Kehidupan sosial, ekonomi, dan banyak lagi. Tak terhitung lagi berapa ribu, bahkan berjuta orang yang harus menderita karenanya. Namun, sang virus tetap menunjukkan kekuatannya.
Menurutku, pandemi ini tidak akan pernah berlalu. Masa-masa penuh perjuangan ini, tidak akan secepatnya pergi. Selagi masih ada yang percaya bahwa ini adalah teori konspirasi, pandemi ini tidak akan pernah selesai. Di satu sisi ada sebagian orang yang mencoba taat dan patuh pada peraturan, di sisi lain masih ada orang yang masuk dalam golongan orang-orang bebal dan mau menangnya sendiri. Di satu sisi ada orang yang merindukan kehidupan normal, di sisi lain masih ada yang dengan pongah mengatakan virus tidak ada. Jadi, kapankah semua ini akan selesai jika tidak ada kerjasama yang seharusnya?
Kematian dan kehidupan memang menjadi rahasia Tuhan. Tetapi ketika ada kesempatan untuk hidup, bukankah kita wajib untuk menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya? Kematian itu sudah pasti dan tidak akan bisa dihindari. Tetapi bukankah tidak elok jika kita menantang kematian seolah-olah kita menantang Sang Pemilik Kematian itu sendiri? Tidakkah lebih baik kita pakai hidup ini untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi sesama, minimal bagi diri sendiri?
Ah, ya. Life must go on. Semua harus dihadapi dengan gagah berani. Tidak ada istilah menyerah untuk keadaan yang serba tidak pasti ini. Seandainya mampu menghindar, menghindar kemana? Tidak ada celah untuk sembunyi, apalagi melarikan diri. Semua sendi kehidupan terkena dampaknya. Kita, manusia-manusia yang hidup di dalamnya, terkena dampaknya. Tidak ada seorang pun yang bisa mengelakkannya. Jalan satu-satunya hanyalah menghadapi masalah dengan kepala tegak dan keberanian yang hakiki. Mencoba berteman dengan musuh yang tak kelihatan dan menjalani hari-hari dengan perjuangan yang tak boleh mati.
Mungkin dengan vaksin, dengan taat protkes, semua akan menjadi indah pada waktunya. Tetapi seandainya tidak, bersyukurlah karena bagaimanapun juga, pandemi, telah mengubah sebagian dari kita, menjadi manusia-manusia yang lebih berempati kepada manusia lainnya. Mengubah kita, menjadi manusia-manusia yang punya hati. Dan pada akhirnya, pandemi telah menjadikan kita manusia-manusia tangguh, yang tahu kapan harus menikmati dan menyelesaikan hidup ini sampai nafas terakhir yang kita miliki. Merdeka!!
#17Agustus2021