Martina Felesia

Macet itu adalah ketika kamu ingin menulis tentang banyak hal, tetapi tidak ada sepatah kata pun yang mampu kamu tuliskan karena secara tiba-tiba semua kata-kata dan kalimat itu hilang lenyap entah kemana.  Padahal rasa-rasanya otak ini sudah terlalu penuh dengan banyak hal yang ingin dilampiaskan dengan tulisan macam-macam.  Tapi kembali kepada itu tadi, macet yang tiba-tiba datang dan tidak mampu untuk segera dikembalikan pada kondisi yang seharusnya dalam menjalani hidup, menjadi lebih seimbang.

Semenjak kehilangan hampir sekitar sembilan puluh tulisan dalam satu flash disk yang tiba-tiba rusak tanpa alasan, aku seperti hampir tidak mampu lagi berkata-kata.  Segala hal, bisa dibilang banyak hal, terasa sangat tidak nyata.  Menulis ulang adalah hal yang menurutku tidak masuk akal, karena sudah pasti waktu dan cerita yang terjadi di dalamnya tidak bisa diputar kembali.  Tulisan yang terjadi dalam kurun waktu sekian hari...sekian bulan...bahkan dalam sekian tahun.  Segala macam warna yang terjadi tidaklah mungkin diputar ulang dengan aura dan cerita yang benar-benar sama. Dan inilah hasilnya.  Otak macet dan hasrat pun meredup perlahan.

Mengapa menulis menjadi hal yang penting buatku?  Bukan karena ingin jadi penulis sungguhan atau orang yang sungguh-sungguh pakem dalam hal tulis menulis.  Tapi lebih kepada private healing atas jiwa manusia biasa-biasa saja ini.  Menulis menjadi bagian dari terapi diri untuk bisa menjadi manusia, yang terkadang baik dan seringkali juga tidak baik.  Bukan menjadi manusia yang sempurna, yang segalanya harus baik-baik saja.  Tetapi bisa menjadi permenungan diri bahwa hidup ini akan selalu berkutat antara baik dan tidak baik, yang berarti aku ini masih normal sebagai manusia yang hidup dan menapak di atas muka bumi, bukan malaikat yang hanya tahu mengenai surga.

Itu sebabnya, ketika kemacetan ini semakin bercokol di otakku, stagnan di pikiranku, aku menjadi seperti kehilangan sesuatu, suatu roh, yang selama ini sungguh menjadi alat penyembuh yang seharusnya tidak bisa hilang begitu saja.  Bayangkan saja ketika dirimu tiba-tiba menghidupkan laptop, mempersiapkan diri untuk menyampaikan apa yang menjadi uneg-uneg dan pemikiran-pemikiranmu, dan hasilnya hanyalah memandang layar monitor berjam-jam dan tidak melakukan apa-apa selain merenung tanpa tujuan dan pada akhirnya membuka tontonan film apa saja, yang penting membuatmu lupa bahwa ada banyak hal yang ingin diungkapkan dalam rangkaian kata-kata, tetapi menguap begitu saja.

Tulisan ini, mungkin adalah bagian dari terapi penyembuhan.  Suatu permulaan untuk mulai menyembuhkan diri sendiri dengan berani untuk membuang segala rasa kehilangan yang pada akhirnya memang tidak akan pernah bisa kembali.  Pikiran, sama dengan hati, adalah satu rangkaian yang harus dipelihara terus menerus, diolah terus menerus, supaya tidak berkarat dan menjadi sesuatu yang pada akhirnya hanyalah mati.  Otak yang macet, hati yang membatu, obatnya hanya satu:  MENJADI SEMBUH! Berdamai dengan diri sendiri dan belajar untuk membahagiakan diri sendiri itu juga perlu karena dengan membahagiakan diri sendiri otomatis akan bisa membahagiakan orang lain apapun jalan ceritanya.

Semoga kemacetan ini segera berakhir dengan menjadi Happy Ending!

Label:
0 Responses