Setelah dua tahun absen dalam urusan nyanyi-menyanyi di gereja gara-gara Corona, sebuah WAG menambahkan aku dalam kelompok paduan suara lagi. Padahal aku sudah ancang-ancang tidak akan ikut kegiatan tersebut seandainya kondisi sudah mulai normal kembali. Bukan karena aku sudah tidak suka lagi menyanyi, bukan! Hanya saja di usia kepala lima ini aku merasa tidak percaya diri dengan terlibat kegiatan-kegiatan yang notabene akan banyak menyita waktu istirahatku nanti.
Dan ternyata memang demikianlah adanya. Entah karena sudah terlalu lama mulut ini hanya bisa berkoar-koar di kamar mandi, dan kalau pun di luar kebanyakan tertutup masker, atau karena raga ini sudah mulai menampakkan kerapuhannya, aku hanya bisa mengira-ngira. Baru terasa kalau kegiatan menyanyi itu, secara spesifik paduan suara, tidak hanya butuh pemahaman not dan vokal yang prima, tetapi juga butuh tenaga yang super duper setrong, yang sudah pasti sudah tidak akan sesetrong waktu zaman masih muda dahulu kala. Sekarang ini, baru masuk pada pemanasan saja sudah terengah-engah. Ngos-ngosan!
Sebenarnya aku sudah agak-agak mau mundur saja. Tapi melihat yang lain banyak yang sudah berumur juga, akhirnya aku menekatkan diri kembali. Pokoke pantang mundur sebelum tugas terselesaikan. Lagipula ini merupakan tugas yang mau tidak mau harus dijalankan. Belum tentu setiap tahun ada event tahbisan imam yang membuatku bisa ikut bergabung dalam paduan suara lagi. Anggap saja ini sebagai ajang pemanasan dan latihan. Bukankah menyanyi juga akan diperlukan pada saat Natalan dan Paskahan?
Setelah beberapa kali latihan, barulah agak ada pergerakan. Nafas sudah mulai bisa disesuaikan, dan taktik untuk menyiasati banyaknya lagu tanpa harus menguras energi juga sudah mulai dipraktekkan. Intinya itu saudara-saudara, kalau kita sudah mulai menua itu ya jangan terlalu dipaksakan dalam segala sesuatunya. Yang penting itu pernafasan harus dijalankan dulu dengan baik. Jika pernafasan bisa dikondisikan dengan baik, maka menyanyi bukan lagi menjadi halangan untuk manusia-manusia kepala lima seperti diriku ini.
Bagaimanapun juga kondisi sekarang ini harus disyukuri. Corona, meskipun belum dinyatakan secara resmi telah berakhir, tetapi semua kegiatan sudah mulai menunjukkan geliatnya lagi. Semua lini kehidupan mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Kegembiraan, bercampur dengan harapan, mulai terlihat di mana-mana. Jadi siapakah aku ini, yang bisanya hanya menggerutu dan menyesali diri? Lupakan tentang merasa sudah tua. Segarkan jiwa dengan banyak mencinta dan menyanyikan lagu tentang kehidupan. Dan segala masalah berkaitan dengan faktor "U" akan segera sirna.
Ayo semangat para mamak usia kepala lima! Menyanyi, olah raga, dan kerjakanlah hal-hal yang indah, maka engkau akan bahagia!