Hari ini sekolah anak-anak mulai full. Jika kemarin-kemarin ada beberapa pelajaran yang terpaksa dihilangkan dan ada beberapa juga yang masih disampaikan secara online, maka mulai hari ini seluruh kegiatan belajar mengajar dilaksanakan sepenuhnya dari pagi sampai sore karena Sabtu mereka libur. Di WA grup orangtua sudah disampaikan untuk membawa bekal dari rumah meskipun kantin sekolah sudah mulai beroperasi lagi. Itung-itung lebih hemat dan tentu saja ya, katanya lebih bersih gitu.
Jadi mulai hari ini, segala kegiatan kembali normal sama seperti pada saat sebelum Covid-19 melanda. Bangun pagi, memasak, menyiapkan bekal, sedikit ngomel karena yang mau sekolah masih molor juga meskipun bunyi alarm sudah memanggil-manggil dari pagi. Seperti biasa mamak hanya bisa memasak ala kadarnya. Yang penting cepat selesai dan bisa dibawa sebagai bekal. Intinya, teori memasak tanpa beban kembali dipraktekkan karena unsur kebutuhan dan unsur kemalasan. Jadi no menggunakan panduan resep dari berbagai sumber karena ujung-ujungnya back to basic lagi yaitu jadi oseng-oseng.
Menjelang siang anak lanang yang bersekolah SMA di Yogyakarta mengirimkan gambar by WA. Gambar separuh wajahnya karena separuhnya lagi aku hanya nampak bayangan dinding sekolah. Secara tidak langsung ia mau melaporkan ke mamaknya, bahwa hari ini ia sudah mulai masuk sekolah dari pagi sampai sore. Bahwa hari ini adalah saatnya untuk beradaptasi lagi dengan squad kelas penuh dan pelajaran yang harus diikuti secara langsung face to face dengan bapak dan ibu guru.Tidak ada alasan lagi untuk lupa absen, ketiduran, sedang makan, dll. seperti pada saat sekolah online. Suasana baru dan interaksi baru sudah dimulai setelah hampir dua tahun jadi golongan kaum rebahan yang kerjanya tidak jauh-jauh dari kasur dan dunia maya.
Si Bungsu juga tak kalah sibuknya. Meskipun sekolahnya berada dekat rumah, tetapi tetap mengeluh juga waktu melihat jadwal pelajaran yang harus diikuti sampai sore hari. Sekarang pun antara dilema juga karena kelas tiga wajib ikut pemantapan di sekolah. Tidak ikut pemantapan pulang jam 3 sore. Ikut pemantapan pulang jam 5 sore. Pikirannya masih galau dalam menentukan pilihan antara ikut pemantapan atau tidak. Membayangkan saja sudah capek katanya. Tapi ya mau gimana lagi? Kan bagus juga pulang sekolah tinggal istirahat nantinya.
Sebagai mamak-mamak yang bekerja, aku hanya bisa berharap anak-anak bisa berjuang dalam mengikuti sekolahnya kali ini. Tidak perlu muluk-muluk. Bisa bangun pagi dan sanggup mengikuti pelajaran dari jam 7 sampai jam 3 sore itu sudah sesuatu yang aduhai. Kalau orang kerja itungannya sudah satu shift sendiri. Jadi betul-betul sudah dibikin capek dari sekarang ini. Itu sebabnya aku hanya bisa berharap, tidak banyak menuntut. Dengan kurikulum yang katanya merdeka ini semoga semua anak bisa mendapatkan passionnya masing-masing dan sungguh bisa mencintai yang namanya "Belajar" di sekolah.