Pada dasarnya saya ini agak error sometimes. Gimana tidak? Terkadang semangat saya begitu menggebu-gebu dalam melakukan sesuatu. Tapi tak jarang pula semangat semangat untuk melakukan sesuatu itu melayu sebelum berkembang bahkan bisa dibilang melempem sebelum bisa dimakan. Padahal angan-angan saya banyak. Keinginan saya berjibun. Impian apalagi. Tidak adalah hal yang tidak ingin saya lakukan. Pokoknya buanyaakkk....!
Masalahnya segala angan, impian dan lain-lain itu menjadi tidak sinkron lagi untuk diwujudkan ketika sifat keras kepala saya muncul dipermukaan. Keras kepala dan sak karepe dewe kata bapak saya dulu. Ketika tiba-tiba saya punya banyak keinginan dan tiba-tiba pula rasa malas menyerang, pada akhirnya toh saya akan menyerah juga dan dengan sangat sadar berusaha untuk memaafkan segala rasa yang ada. Kalau pengin ini itu ternyata my body membawa saya untuk rebahan di kamar ya sudah, rebahan saja dulu. Tidak perlu mempersulit dan merumitkan diri sendiri dengan melakukan ini itu sementara pikiran sebenarnya ingin duduk diam tenang atau bahkan hanya sekedar rebahan.
Memandang ke"error"an saya tersebut, saya belajar untuk memahami diri sendiri, bahwa segala sesuatu itu kalau dipaksakan bisa jadi akan menjadi tidak baik-baik saja. Segala sesuatu yang serba "terlalu" pada akhirnya akan membuat mual dan muntah. Berusaha untuk menjadi diri sendiri itu lebih baik daripada berpura-pura menjadi orang lain hanya supaya dilihat orang. Mau didandani kayak manapun kalau dasarnya ayu ya ayu saja. Mau dipoles kayak manapun kalau dasarnya elek yo elek ae. Semakin drastis perubahan, semakin aneh mata orang memandang. Jadi nggak usah aneh-aneh. Kalau ini nasihat ibu saya, yang tentu saja nggak nyambung sama sekali. Ngelantur yang iya😜
Contoh error yang lain ya sekarang ini. Sebenarnya saya sudah komit untuk nulis sehari satu. Tapi pas pulang kerja itu kok ya jiwa dan raga ini rasanya remuk redam. Setelah olah raga sebentar akhirnya harus menyerah juga dengan kembali leyeh-leyeh. Ini nulis juga terpaksa karena si Sulung tadi nelpon minta dikirimkan dokumen yang adanya di laptop. Mau tidak mau nulis mumpung laptop hidup. Untuk menghidupkan laptop saja males, apalagi nulis. Begitulah kira-kira.
Jadi, dari berbagai macam pengalaman selama ini, saya bersyukur masih diberi kesempatan untuk menjadi manusia normal. Yang bisa marah kalau emosi tinggi, tertawa di saat harus, sesekali mewek di saat sedih, dan mampu berempati kapan pun perlu. Yang jelas, meskipun rencana berjibun, kalau otak mengajak untuk rehat ya rehat saja. Yang penting jagalah kesehatan biar tidak sedeng. Karena kalau sudah sedeng susah sembuhnya. Apalagi saya ini. Kalau sedang kumat semua ya saya biarin saja. Rumah berantakan terserah. No masak-masak juga nggak masalah. Yang penting saya hepi, gembira ria. That's all!