Martina Felesia

"Sejelek-jeleknya suami, istri akan berani pasang badan untuk membelanya di depan keluarga istri.  Tapi sejelek-jeleknya istri, suami belum tentu berani pasang badan membelanya di depan keluarga suami!"  Betul apa betul?  Ya betullah!  Masak nggak?  Mungkin tidak semua seperti itu.  Tapi menurutku pada umumnya ya seperti itu.  Suami otomatis akan menuli dan membuta jika sudah berurusan dengan keluarganya.  Tak apa mendapatkan masalah dengan istri yang penting jangan sampai bermasalah dengan keluarganya.  Dia lupa kalau statusnya itu orang dewasa, bukan anak-anak lagi.

 

Ada satu cerita lucu nih.  Tentu saja ini ceritaku.  Contoh saja sih.  Mungkin ada yang pernah mengalami hal yang sama.  Bukan pengin sambat atau curhat, tetapi sekedar berbagi cerita saja.  Siapa tahu ada yang punya cerita hampir-hampir mirip.   Kalau emang ada berarti kita senasib dong😁

Karena tinggal di tanah rantau, kalau pas pulang ke rumah keluargaku bersama suami, pasti yang ditanya ibuku adalah apa yang ingin dimakan oleh suamiku.  Pengin apa.  Mau dimasakin apa.  Nggak pernah aku ditanya sama ibuku apa mauku.  Semua spesial hanya untuk suami.  Pokoknya menantunya yang paling istimewalah.  Alasannya karena aku tuh kan sudah biasa ngapain saja di rumah.  Menantunya belum tentu.  

Beda lagi kalau pulang ke rumah keluarga suami.  Tetap saja yang spesial di mata keluarganya adalah dia.  Yang ditanya mau makan apa, pengin apa, tetap dia.  Aku, istrinya, alias anak mantu gimana?  Dianggap ngilang dong.  Tidak ada.  Nggak kelihatan.  Invisible.   Jadi tidak pernah ditanya-tanya.  Nggak penting soalnya πŸ˜‚


Untunglah aku tipe anak mantu yang tidak terlalu ambil pusing.  Seperti biasa aku memilih untuk tidak peduli.  Kalau disuruh makan ya makan, kalau tidak ada yang mempersilahkan ya puasa.  Nanti bisa cari makan sendiri pada saat bisa keluar rumah.  Sebisa mungkin menghindari berinteraksi dengan banyak orang.  Sebanyak mungkin berdiam diri di dalam kamar.  Keluar kamar seperlunya saja.  Ya mau ngapain lagi?  Pada saat suami sibuk sendiri dengan keluarganya, aku lebih memilih untuk tidur.  Ngapain terlalu dipikirin?  Malah bikin tensi naik.

Jadi para suami, baca baik-baik ya, biar kalian tahu.  Pada saat kalian sibuk berbincang dengan orangtua, dengan kakak, adek atau siapapun itu tanpa melibatkan istrimu, itu seolah-olah seperti sedang menutupi istrimu dengan terpal supaya tidak kelihatan.  Istrimu yang hanya bisa ngangak-ngangak saja tanpa tahu harus ngapain, itu sebenarnya sedang memendam perasaan yang terasa sangat menyakitkan.  Pada saat orangtua, sanak saudara mengistimewakanmu dengan sajian yang spesial hanya untukmu, itu sebenarnya sedang menorehkan luka di bagian hatinya yang paling dalam.
 
Jangan terlalu bergembira ria dulu kalau melihat istrimu biasa-biasa saja.  Atau wajahnya datar-datar saja.  Bisa jadi dia sedang memendam rasa.  Tengoklah sedikit harga diri istrimu.  Tanyakan perasaannya.  Perlakukan dia dengan istimewa di depan keluargamu, karena di mata keluarganya dia juga spesial sama seperti dirimu.  Sesekali bersikap tegaslah supaya saudaramu juga bisa menghargai istrimu.  Tidak mendramatisir dan tidak manipulatif.  Belajar bijaklah sebagai seorang suami.  Karena bagaimana pun juga, istrimu adalah manusia yang akan terus berada di sisimu sampai saat tua nanti. Bukan mamakmu,  bukan pula saudara-saudaramu.
 
Nah, begitulah ceritanya!  Ini pengalaman pribadi sih.  Kutuliskan biar selalu ingat, bahwa seperfect apapun suamimu, belum tentu seperfect yang kamu mau.  Jadi biarin saja.  Cobalah bahagia dengan caramu sendiri.  Dunia tidak selebar daun kelor.  Kalau tidak bisa bersenang-senang bersama, ya bersenang-senang saja sendiri.  Banyak jalan menuju Roma katanya.  Bisa terbang, bisa berenang.  Jangan menyusahkan diri dengan memikirkan hal-hal yang tidak layak untuk dipikirkan.  Tetap tersenyum.  Tetap semangat seperti biasa, dan biarkan orang lain yang menerka-nerka πŸ’“
Label: ,
0 Responses