Martina Felesia

Setelah memutuskan untuk resign dari pekerjaan beberapa waktu yang lalu, banyak sekali pertanyaan yang sering muncul seperti ini: "Nggak nyesel ya bun berhenti kerja?  Padahal bentar lagi pensiun kok malah resign?" Dan seperti biasa sambil senyum-senyum aku akan kujawab begini: "Secara finansial memang agak menyesal sih.  Kan dari berpenghasilan menjadi tidak berpenghasilan.  Tapi secara keseluruhan aku merasa tambah sehat setelah memutuskan untuk berhenti kerja.  Tidak pernah migrain, tidak pernah vertigo, tidak pernah lagi minum paramex!  Dan yang paling penting adalah bisa keluar dari lingkaran orang-orang toxic dan munafik."


Jadi ingat beberapa tahun yang lalu pernah punya atasan yang sedikit-sedikit nyolot dan ngumpat orang lain dengan sebutan hipokrit.  Munafik.  Padahal ya kalau diingat-ingat julukan itu sepertinya lebih pantas jika disematkan pada dirinya sendiri.  Dengan penampilan yang anteng, smart, alim, tenang, mungkin banyak orang yang berpikir bahwa beliau ini sungguh hebat luar biasa.  Idaman bangetlah.  Padahal kalau diperhatikan betul, di balik kelemahlembutannya itu kata-katanya kebanyakan selalu terdengar menyakitkan.  Halus, tapi menusuk.  Dan setelah beliau keluar dari perusahaan baru tahu bahwa ternyata hidupnyapun  tidaklah sealim penampilannya.  Jadi tidak salah kalau aku berpikir bahwa seharusnya sebutan hipokrit itu disematkan kepada dirinya lebih dahulu sebelum dilemparkan kepada orang lain.

Dari beliau dan dari pengalaman hidup sehari-hari, sedikit demi sedikit aku bisa kenal dan paham bagaimana ciri-ciri orang yang hipokrit alias munafik itu.  Dan dari pengalaman hidup, ternyata hampir di banyak tempat ciri-ciri orang hipokrit ya hampir sama seperti itu. Kebanyakan yang kutahu biasanya berpenampilan alim, anteng, tenang, diam, seolah sedang menunggu waktu untuk menunjukkan wajah aslinya.  Dan beberapa ciri-cirinya adalah seperti berikut di bawah ini:

 

Pura-pura baik: Berhati-hatilah kalau bertemu dengan orang yang terlalu baik.  Apalagi kalau kebaikannya hanyalah pura-pura baik.  Kebanyakan orang hipokrit akan berusaha menampilkan diri sebagai orang yang baik dan saleh di depan orang lain, tetapi sebenarnya mereka memiliki motivasi atau tujuan tersembunyi dari penampilannya itu.  Pokoknya mereka akan berusaha dengan segala macam cara supaya orang lain  melihat mereka sebagai orang baik dan tanpa cacat cela.  Mereka lupa bahwa pada saatnya, semua yang serba pura-pura itu tidak akan pernah bertahan lama.

 

Berbohong dalam kepura-puraan: Orang munafik sering bertindak secara tidak konsisten dengan apa yang mereka yakini hanya untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk mendapat pengakuan dari orang lain.  Mereka akan berusaha untuk tampil maksimal hanya di depan orang yang dianggap bisa memberikan keuntungan.  Konsisten berbohong dalam kepura-puraan.  Kalau ada bos bisa duduk diam depan komputer kletak kletok bekerja non stop delapan jam.  Kalau tidak ada bos entah apa-apa pula yang dikerjakan.  Hanya mereka dan Tuhan sajalah yang tahu.

 

Dua Wajah: Mereka bisa menampilkan wajah yang berbeda-beda, tergantung siapa yang mereka hadapi dan tergantung siapa yang bisa memberikan keuntungan paling besar.  Secara tidak sadar mereka akan menunjukkan kepura-puraan dan ketidakjujuran dalam berinteraksi sosial.  Baik hanya kepada mereka yang dianggap bisa memberikan nilai lebih dan segera menjaga jarak dengan mereka yang dianggap tidak bisa memberikan kontribusi. 

 

Hipokrisi: Mereka cenderung menilai dan mengkritik orang lain yang dirasa tidak sesuai dengan diri mereka.  Mereka lupa untuk melihat ke dalam diri sendiri sekaligus mengakui kelemahan atau kekurangan diri sendiri.  Dan pada akhirnya ternyata mereka juga berkelakuan sama seperti orang yang sebelumnya mereka kritik dan mereka nilai sebagai bukan orang baik, karena orang hipokrit biasanya cenderung menilai diri sendiri lebih saleh dan lebih baik dari orang lain.  Melarang orang lain melakukan ini itu tapi mereka sendiri melakukan ini itu. 

 

Tidak jujur: Orang munafik seringkali bersikap tidak jujur dalam perilaku dan ucapan mereka.  Mereka lebih sering berpura-pura di hadapan orang lain.  Pura-pura tidak pengin tapi sebenarnya maruk.  Pura-pura tidak terobsesi tapi termimpi-mimpi.  Pura-pura alim tapi sebenarnya pemain.  Di depan orang ngomong A tetapi faktanya ngomong B.  Menurut mereka ketidakjujuran menjadi senjata paling utama untuk mengamankan misi mereka yang sebenarnya.

 

Egois: Mereka cenderung mengutamakan kepentingan dan keinginan pribadi mereka sendiri tanpa mau memikirkan kepentingan orang lain.  Tidak penting orang lain  mendapat nilai jelek yang penting dirinya sendiri harus mendapat nilai baik.  Tidak peduli orang lain dibenci atasan yang penting mereka harus  menjadi orang kepercayaan.  Pokoknya yang terpenting adalah diri mereka saja, bukan orang lain.

 

Semua ciri-ciri di atas memang tidak mewakili ciri-ciri hipokrit secara keseluruhan.  Tetapi berdasarkan pengalaman pribadi, ciri-cirinya memang seperti itu.  Jadi, selalu berhati-hati dalam berinteraksi menurutku sungguh perlu.  Jangan pernah menilai seseorang hanya dari penampilan.  Penampilan bisa menipu.  Karena di zaman sekarang ini, iblis bisa tampil dalam rupa siapa saja.

Label:
0 Responses