Martina Felesia

Setelah akhir tahun lalu memutuskan untuk melancong sendiri dari Batam ke Jogja lewat jalur laut, maka kali ini aku mencoba arah sebaliknya.  Kali ini pengin tahu rasanya kalau pulang sendirian dari Jogja ke Batam tetapi tetap lewat laut.  Selain pengin ngirit karena harga tiket pesawat yang gila-gilaan, sekaligus  ingin menghindari perasaan stres selama dua jam perjalanan jika terpaksa naik pesawat.  Bukannya tidak percaya bahwa mati hidup itu di tangan Tuhan ya.  Tetapi membayangkan berada di atas ketinggian sekian ribu kaki dari permukaan tanah tanpa bisa berbuat apa-apa itu selalu membuat perutku serasa diaduk-aduk. Takut! Mau dibilang tidak beriman yo sak karep-lah.  Tetapi selagi bisa tidak lewat 'atas', aku lebih memilih untuk lewat 'bawah' sajalah.  Biar saja dianggap norak atau kere.  Yang penting akunya hepi😁

Sebenarnya jalan-jalan dewean di zaman sekarang ini sudah lebih enak jika dibandingkan dengan zaman dulu-dulu.  Selain segala sesuatunya sudah bisa diakses dengan lebih mudah secara daring, biaya yang dibutuhkan juga jauh lebih murah meriah.  Lebih low budget.  Cocoklah untuk modelan solo traveller berkantong pas-pasan yang hobinya klayapan kemana-mana seperti aku ini.  Yang penting ada internet dan duit secukupnya mau jalan kemanapun pasti bisa saja.  Apalagi tidak perlu terburu-buru dikejar waktu cuti karena sudah tidak bekerja lagi.  Tinggal niat dan keyakinan untuk mengimplementasikan, serta sedikit bonek (bondo nekat) untuk melakukannya maka semua akan bisa terlaksana.

Seperti biasa kalau bepergian aku mulai membuat catatan dan rajin searching-searching dari berbagai sumber lewat internet.   Biar tidak lupa dan tidak nyasar-nyasar dalam perjalanan.  Kan nggak lucu kalau sudah setua ini masih harus kesasar karena salah arah.  Jadi menuliskan Rencana Perjalanan menurutku itu sangat penting ya.  Apalagi kalau yang bepergian itu kaum sepuh seperti aku yang sedikit-sedikit lupa apa yang mau dibawa.

Pertama-tama yang harus dilakukan adalah booking tiket Kapal Kelud kelas Ekonomi Wanita (EWA) tujuan Batam lewat aplikasi PELNI.  Mudah dan tidak ribet.  Harga tiket kelas ekonomi wanita sama dengan kelas ekonomi yang biasa.  Karena sebenarnya kan memang sama saja.  Sama-sama ekonomi.  Bedanya kalau ekonomi wanita itu biasanya satu deretan tempat tidur isinya wanita semua.  Jadi kalau misalnya tiket ekonomi wanita sudah habis aku sabar-sabarkan saja menunggu sampai ada.  Sudah, gitu aja!  Harga tiket total Rp400.500 sudah termasuk biaya Admin.  Jadwal berlayar setiap hari Jumat jam 23.00WIB dari Tanjung Priok dan diperkirakan sampai di Batam hari Minggunya jam 06.00WIB.  Kurang lebih 32 jamlah bakalan kampul-kampul di atas laut 😂

Urusan tiket kapal laut selesai giliran booking tiket KA.  Biar mudah aku pakai saja aplikasi Traveloka.  Lewat KAI Access juga bisa sih.  Tetapi yaitulah.  Aku sudah terbiasa dengan Traveloka.  Dapatlah tiket KA Fajar Utama Jogja untuk hari Jumat jam 7 pagi tujuan stasiun Pasar Senen di harga Rp300.000.  Sedikit lebih mahal dibandingkan harga biasanya karena memang barengan liburan sekolah.  Perkiraan sampai Jakarta sekitar jam tigaan.  Jadi masih bisalah melalak-lalak dulu sekitar stasiun Pasar Senen kalau nggak capek. 

Berikutnya cari-cari info cara menuju pelabuhan Tanjung Priok dari stasiun Pasar Senen.  Bisa naik KRL, bisa naik taksi online, bisa juga naik taksi biasa.  Tinggal tanya-tanya kalau tidak tahu.  Yang penting jangan malu bertanya sajalah daripada nyasar beneran.  Yang paling mudah itu naik KRL dari stasiun Pasar Senen menuju stasiun Tanjung Priok.  Tiket cuman 3000an doang.  Transit bentar di stasiun Kampung Bandan.  Nah waktu transit inilah biasanya kesabaran kita diuji karena banyaknya acara naik turun tangga.  Kalau tentengan seuprit sih nggak masalah.  Anggaplah lagi latihan hiking naik tangga gunung Bromo.  Kalau tentengan agak banyak malah akan merepotkan.  Jadi kalau tentengannya banyak naik KRL sepertinya sangat tidak disarankan ya.

Terakhir yang paling penting adalah urusan packing barang bawaan.  Karena tujuannya pulang kandang sekaligus jalan-jalan, maka sangat tidak disarankan membawa tentengan banyak-banyak.  Secukupnya saja.  Apalagi kalau bepergian sendirian.  Memang sih bisa minta bantuan porter di stasiun atau di pelabuhan.  Tapi tetap saja tidak akan bisa menikmati perjalanan jika berat bawaan lebih besar daripada berat badan yang empunya tentengan.  Aku sendiri hanya membawa satu tas backpack berisi satu stel pakaian ganti sekaligus baju tidur, jaket, sarung untuk selimut di kapal, bantal leher, termos kecil untuk membuat kopi atau teh, sedikit cemilan dan satu botol Aqua ukuran sedang.  Semuanya muat hanya dalam satu tas.  Tidak lupa membawa satu tas selempang untuk menaruh HP, charger, earphone, dompet, dan permen.  Sudah.  Itupun rasanya sudah berat banget. 

Singkat cerita akhirnya aku memutuskan untuk naik KRL.  Buat memenuhi rasa ingin tahu saja.  Oh...ternyata begini rasanya naik KRL di Jakarta.  Harus rajin bertanya-tanya biar nampak kali katroknya.  Sesampai di stasiun Tanjung Priok langsung order gojek yang banyak bertebaran.  Tarifnya cuman 11 ribu.  Plus biaya Pass masuk pelabuhan jadilah cuman Rp16.000.  Tidak sampai 10 menit sudah sampai.  Dekat banget ternyata dari stasiun ke pelabuhan.  Tetapi kalau jalan kaki ya tetap akan membuat kaki gempor.  Mana sanggup jalan kaki sore-sore dengan panas yang nylekit seperti itu. 

Sesampainya di pelabuhan langsung ke tempat cetak Boarding Pass terlebih dahulu biar nggak lupa.  Barulah sesudah itu bisa istirahat.  Masuk Indomaret sebentar untuk mencari yang segar-segar.  Lanjut naik ke ruang tunggu lantai dua yang banyak kantinnya.  Ada banyak tempat untuk menunggu waktu boarding.  Tempatnya luas dan lapang.  Calon penumpang dan pengantar bisa menunggu di situ.  Bisa leyeh-leyeh, bisa cari makan, bisa mandi, bisa istirahatlah intinya.  Aku sendiri duduk-duduk saja di kursi salah satu kantin yang ada kipasnya.  Berkenalan dengan beberapa orang perempuan yang sudah terlebih dulu duduk di situ. Mencoba berbasa-basi sebentar supaya tidak  bosan.

Jam 20.00WIB antrian masuk kapal akhirnya dimulai.  Karena malas uyel-uyelan aku memilih untuk duduk-duduk sambil menonton antrian penumpang.  Setelah agak longgar barulah ikut ngantri.  Ya ngapain juga harus berdesak-desakan?  Toh nggak akan ditinggal sama kapalnya.  Orang berlayarnya saja masih jam 23.00WIB.  Mau santai kok uyel-uyelan.  Ya nehi-lah.  Proses boarding hampir sama seperti kalau mau naik ferry ke Singapore.  Hanya saja ini lebih kemriyek.  Tahu sendirilah.  Budaya antri tanpa harus desak-desakan itu masih susah diterapkan di Indonesia.  Petugasnya sampai stres teriak-teriak pakai toa kutengok😂

Terus apa saja kegiatan selama perjalanan di dalam kapal?  Kalau aku ya sudah pasti tidur, makan, tidur, nonton Netflix, jalan-jalan mengelilingi kapal, ngopi, 'bergunjing' dengan tetangga sebelah tempat tidur, makan, tidur lagi, sampai akhirnya tiba di Batam😁.  Padahal di kapal sebenarnya bisa nonton film di movie room, bisa karaokean, bisa nongkrong di cafe dan lain-lain.  Hanya saja aku lebih suka rebahan daripada jalan kemana-mana. Males.  Sama seperti saat masuk aku juga tidak terlalu buru-buru saat keluar dari kapal.  Sesuai janjiku aku juga tidak akan terlalu apikan jadi orang selama dalam perjalanan.  Sudah trauma jadi orang baik.  Sampai sekarang tanganku masih sakit nggak ilang-ilang gara-gara membantu angkat-angkat barang.

Yeeyyy....akhirnya setelah 32 jam terkampul-kampul di lautan sampai juga di Batam.  Dari jadwal yang katanya jam 6 pagi ternyata molor jadi jam 7 lebih.  Nggak papalah.  Yang penting dah nyampai.  Jalan kaki bentar menuju pintu keluar pelabuhan.  Macet di mana-mana.  Kusuruh suami untuk standby di luar pelabuhan saja.  Biar aku yang berjalan keluar.  Biar tidak tambah macet.  Agak lumayan jauh juga jalan menuju keluar pelabuhan.  Ternyata membuat keringetan meskipun katanya hanya dekat-dekat saja.  Bagaimanapun juga satu tantangan sudah terselesaikan.  Sudah sampai di tempat tujuan dengan sehat dan selamat.  Saatnya mencari sarapan dan pulang.  Nice to meet you pak DjokoWi💗

Label:
0 Responses