Martina Felesia
Sebenarnya, sejak kemarin aku sudah membahas hal ini sama suamiku.  Aku berencana mau berangkat kerja agak pagian, bonceng misua naik motor, karena diperkirakan akan ada demo besar2an menuntut kenaikan UMK keesokan harinya.  Berhubung kami pisah tempat kerja, maka suami tersayangku ini, merelakan diri untuk mengantarkan aku terlebih dahulu.  Masalahnya kalau naik motor kan masih bisa nlusep2 dibandingkan kalau naik angkot.  Yang jelas dengan satu syarat yaitu : Harus berangkat pagi2!.

Lha tapi yang namanya emak2, susah juga kalau harus berangkat pagi2 sesuai rencana awal.  Meskipun sudah bangun jam lima pagi, tetap juga tidak bisa berangkat pagi beneran.  Rutinitas pagi hari dan urusan menyiapkan bekal anak2 sekolah tetap harus dikerjakan.  Memastikan mereka sudah sarapan pagi dan siap untuk berangkat sekolah adalah tanggungjawab yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Jadi, meski dikebut kayak mana pun, ternyata jam tujuh-an juga baru bisa berangkat dari rumah.

Ternyata oh ternyata, jam tujuh pun jalanan sudah macet total.  Berbagai macam kendaraan dan berbagai rupa manusia tumplek blek jadi satu.  Dengan berbagai pertimbangan, aku dan suamiku memutar jalan dan menyempatkan diri duduk2 di pinggiran jalan, yang apesnya, nggak ada satu pun warung kopi ada di situ.  Sampai jam 9 kemacetan semakin bertambah.  Para peserta demo semakin banyak berdatangan dari segenap penjuru Batam.  Alamat kalau "bonek" malah akan semakin susah lewat.  Puncaknya kami memutuskan untuk pulang ke rumah dan berniat berangkat lagi jam dua belasan.  Lumayan bisa ngopi2 dulu dan berpesbuk ria.

Demo UMK kali ini sepertinya tidak main2.  Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) yang terkenal vokal dan serikat2 pekerja lainnya nampaknya berhasil membuat lumpuh kota Batam.  Rasa geram terhadap akal2an pengusaha dan pemerintah bisa jadi menjadi salah satu pemicu yang siap meletup kapan saja.  Bayangkan saja, Batam yang penuh dengan para investor asing, UMK-nya dari tahun ke tahun tidak pernah beranjak ke arah yang lebih baik.  Dengan biaya hidup yang sangat tinggi, UMK segitu2 saja tidak akan pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup pekerja.  Untuk yang lajang saja kurang, apalagi yang sudah berumah tangga.

Tahun 2011 UMK Batam hanya Rp1.180.000.  Tahun 2012 pengusaha mengusulkan Rp1.260.000, sementara Serikat Pekerja mengusulkan Rp1.302.900 sesuai dengan survey Kebutuhan Hidup Layak (KHL) .  Sialnya lagi, KHL yang semula sudah disetujui oleh pengusaha akan direvisi lagi (yang sudah jelas berdasarkan kepentingan pengusaha) karena dianggap tidak menguntungkan pengusaha.  Dalam hal ini, ketidaktegasan pemerintah dalam mengambil keputusan semakin menambah runyam nasib buruh di kota Batam (berita terbaru menyebutkan buruh menuntut UMK 2012 sebesar Rp1.760.000 - KHL versi FSPMI).

Sebenarnya, meskipun para investor asing itu bersedia membayar UMK sesuai tuntutan para pekerja, tetap saja tidak akan bisa dinikmati oleh para pekerja itu sendiri.  Berbagai macam pungli dan tingginya biaya siluman lain2 yang berlaku bagi investor asing membuat para pekerja tidak bisa menerima haknya sesuai dengan standar KHL yang diinginkan.  Jika pemerintah belum bisa membenahi mental "korupsi" dan "sogok-menyogok" di negara ini, maka jangan harap nasib para pekerja akan diperhatikan.

Di rumah, aku terus memantau situasi dari status FB beberapa teman.  Sampai jam sebelasan belum ada kabar bahwa jalanan lancar.  Setengah jam kemudian sudah ada kabar kalau demo sudah bubaran dan aku nekat berangkat.  Ternyata jalanan tak juga lancar.  Kami terseok-seok di atas motor, menyelip sana sini, berkutat di antara ribuan motor dan manusia yang juga terseok-seok mencari celah.  Alamak!! Tahu gini, mendingan aku ngorok aja di rumah.

Akhirnya dengan perjuangan yang "terpaksa", karena rutenya sudah maju kena mundur kena, sampai juga aku di tempat kerja.  Aku turun di persimpangan dan lanjut perjalanan dengan jalan kaki dan naik ojek karena suamiku tidak bisa berputar lagi.  Sampai kantor jam setengah satu.  Lumayanlah...ada yang nawarin sarapan lontong sayur (makan siang kali yeee??).  Baru datang langsung makan.  Bukannya itu namanya rejeki?

Menurut informasi, jika tuntutan kenaikan UMK kali ini dipenuhi, maka seluruh aktifitas akan berjalan normal kembali.  Tetapi jika mengalami jalan buntu, maka demo besar2an akan berlanjut lagi.  Aku sih senang2 saja.  Ada alasan untuk nggak masuk kerja......hehehe.  Tetapi sejujurnya, aku berharap Batam akan kembali jaya seperti dulu lagi.  Dulu, meskipun biaya hidup tinggi, segalanya masih bisa terbeli.  Sekarang ini, ada Pemkot, ada DPRD, ada Badan Pengelola kota Batam tapi nasib buruh tetap begitu2 saja.  Tidak berubah!  Jadi apa gunanya ada mereka?

* Beruntung  aku adalah seorang Golput tulen
Label:
0 Responses