Martina Felesia
Sebenarnya sih niat awal mendampingi Pilar ikutan camping rohani bersama teman2 seusianya di Kepulauan Riau.  Karena lokasi campingnya jauh, di daerah Teluk Dalam Bintan, maka bapaknya menyarankan supaya aku ikutan untuk berjaga-jaga kalau terjadi apa2 dengan anak gadisnya.  Maklum, biarpun badannya bongsor, dia gampang sakit kalau kecapekan.  Alasan lainnya karena camping kali ini diadakan dalam waktu yang relatif lama yaitu empat hari dari hari Rabu sampai Sabtu. Tapi karena kekurangan pembina, maka para orangtua yang ikut secara otomatis diberikan mandat untuk bertugas sebagai pembina.  Yo weslah.....nggak papa toh?

Pada dasarnya sih aku antusias banget ikutan camping.   Selain terbebas dari urusan kantor yang membosankan, sekalian bisa refreshing dan bernostalgia setelah bertahun-tahun tidak pernah mengikuti acara seperti ini.  Ya meskipun bersama teman2 pembina lainnya  harus repot mengurus dan mengawasi seribu tiga ratusan anak dari berbagai kepulauan di Kepri aku seneng2 saja.  Hanya saja ternyata, mengurus sekian banyak anak ternyata tidak mudah.  Apalagi ini yang diurus kebanyakan para ABG.  Aduuuh....bikin darting ternyata!  Untung saja aku nggak kena stroke.  Di rumah ngurus 3 orang anak super aktif saja aku sudah sutris apalagi ini.....OMG.....berilah aku kekuatan deh pokoknya.

Terlepas dari semua itu, aku bisa memaklumi jika kaum muda yang ikutan jambore atau camping rohani kali ini susah diatur.  Bagaimanapun juga kan aku pernah muda.  Ya memang seperti itulah kaum muda yang tengah beranjak dewasa.  Semau gue.  Semakin diomeli ya semakin melawan!  Merasa benar sendiri, merasa pinter sendiri.  Tidak suka terlalu banyak diatur.  Pokoknya, selagi bisa main kucing2an dengan para pengawas  ayooooo....siapa takut?  Hanya saja karena namanya camping rohani (diadakan oleh gabungan paroki2 gereja Katolik di Kepulauan Riau), mau tak mau kan mereka harus ikut aturan yang berlaku.  Selama judulnya CAMPING ROHANI ya mayoritas kegiatannya otomatis berbau rohani, kan?

Terlepas dari susah payahnya mengatur anak2 dan remaja sekian banyak, bagiku Jambore kali ini sangat mengecewakan.  Dari segi akomodasi sih tidak ada masalah.  Tidur umpel-umpelan di tenda, makanan yang meskipun agak kurang pas di lidah tapi menyenangkan karena sudah ada yang menyediakan dan tidak perlu masak sendiri , MCK di toilet yang lumayan ada air, dan bisa minum sewaktu-waktu jika tenggorokan kering.  Menurutku akomodasinya sudah luar biasa untuk ukuran camping. 

Hanya saja selama empat hari yang melelahkan tersebut, acaranya serba membosankan dan bertele-tele.  Waktunya banyak terbuang hanya untuk menyampuradukkan anak2 dalam kelompok2.  Bayangkan saja, acara non stop dari pagi sampai tengah malam tanpa istirahat.  Istirahat hanya pada saat jam makan dan MCK saja.  Tidak ada rehat siang, tidak ada break time.  Sepertinya panitia lupa bahwa ini adalah acara jambore anak2 dan remaja.  Levelnya SD - SMA.  Jadi seharusnya, urusan jam istirahat harus diprioritaskan (acara selesai jam 12 malem dan harus bangun pagi jam 4 dini hari).  .  Itu sebabnya banyak anak yang terkapar.  Tumbang sakit karena kecapekan. Menurutku, persiapan seksi acara sangat amburadul

Pembina sendiri di sini adalah posisi yang serba membingungkan.  Jika perkiraan kami pembina adalah orang yang harus dilibatkan secara penuh dalam kegiatan anak2, maka ternyata tugas kami hanyalah mengatur sekian banyak anak tanpa adanya petunjuk sedikitpun dari panitia.  Bagaimana tidak, dalam setiap kegiatan pembina tidak pernah dilibatkan.  Pembina hanya dilibatkan untuk mengabsen, membagi makanan dan mengumpulkan mereka jika ada kegiatan. Bila ada yang tidak ter"absen" maka pembina yang akan dimarahin oleh panitia. Sementara jika anak2 bertanya mengenai kegiatan, pembina tidak tahu apa2 meskipun di buku acara disebutkan susunan acaranya. Panitia, atau lebih tepatnya Koordinator Seksi Acara, tidak mau tahu dan terkesan ingin menonjolkan diri sendiri.  Dari awal sampai akhir acara sepertinya wajahnya aja yang muncul di mana-mana.  Seolah-olah kegiatan tidak bisa berjalan jika dia tidak turun tangan langsung.

So......sekali lagi, aku bisa maklum jika para remaja pun ogah2an.  Kesannya terpaksa banget gitulah ikut jambore.  Aku saja bosen, apalagi anak2.  Itu sebabnya aku nggak bisa terlalu "keras" sebagai pembina.  Ada saat2 di mana aku merasa harus bersikap fleksibel dan cincai2 dengan mereka.  Biarlah mereka mencari dan mengenal Tuhan dalam kebahagiaan.   Dengan hati yang gembira.  Jika dipaksa-paksa, takutnya mereka semakin lari menjauh.  Jadi apa gunanya bersikap galak dengan mereka?

Aku  berharap, semoga Jambore Anak dan Remaja berikutnya, yang katanya akan diadakan dua tahun lagi, bisa lebih baik dari ini.   Dan  semoga semua orang yang berpartisipasi di dalamnya bisa lebih kompak, bisa lebih bekerjasama, bisa lebih berkoordinasi satu sama lain tanpa ada maksud menonjolkan diri sendiri.  Semoga dua tahun lagi, jika diberi kesempatan hidup lebih lama, aku bisa mengikutinya lagi, tentu saja dengan harapan2 baru yang lebih baik dari pelaksanaan kali ini.  Semoga!

*Refleksi 4 hari, 26 - 30 Juni'12, JARI 2, di Teluk Dalam Bintan
Label:
0 Responses