Bulan ini betul2 bulan kurang menguntungkan, untuk manusia2 berhobi libur seperti aku ini. Bayangkan saja, peringatan kemerdekaan Indonesia jatuh hari Jumat, then Sabtu hari biasa, dilanjut hari raya Idul Fitri jatuh di hari Minggu dan Senin. Hari Minggu gitu loh.....! Nggak nunggu hari raya pun sudah pasti kalau hari Minggu itu hari libur. Coba kalau jatuhnya tujuhbelasan kemarin hari Sabtu, then Minggu libur, then lebaran hari Senin dan Selasa. Alhasil pasti liburanku akan semakin panjang dan mengasyikkan.
Bukannya tidak bersyukur sudah dikasih libur. Tapi rasanya memang kurang afdol jika liburnya setengah2. Sudah itu tujuhbelasan aku jadi panitia upacara bendera lagi. Harusnya early in the morning masih ngorok2 di rumah ini sudah dijemput dan harus nongkrongin arena upacara kayak orang idiot. Betul2 nggak mutu dah! Nanti kalau membantah dibilangnya nggak nasionalis. Kutu kupret betul orang yang menghakimi kita seperti itu. Nasionalis dan nggak nasionalis masak hanya ditentukan dengan datang atau tidak datang ke upacara bendera. Upacara bendera hanyalah salah satu dari sekian banyak cara untuk menunjukkan rasa nasionalisme. Jadi kalau nggak ikut upacara bukan berarti nggak nasionalis bung! Emangnya Indonesia hanya segede kawasan industri tempatku kerja???
Berbicara tentang nasionalisme, aku jadi ingat dengan banyaknya manusia2 ber"hati" Indonesia, yang dengan segala kemampuan mereka berusaha berbuat sesuatu untuk kemajuan Indonesia. Mereka memang tidak pernah berkoar-koar ke sana kemari untuk menunjukkan bahwa mereka punya rasa nasionalisme. Mereka juga tidak pernah mengundang mass media untuk meliput apa yang telah mereka lakukan. Tapi bagiku, mereka adalah manusia2 hebat, yang tanpa banyak bicara sudah berusaha secara maksimal untuk menunjukkan bahwa mereka adalah manusia Indonesia yang sesungguhnya. Mereka adalah pahlawan bangsa yang sesungguhnya.
Tahu Butet Manurung kan? Cewek cantik yang dengan ikhlas dan senang hati memajukan suku Anak Dalam di Jambi dengan memperkenalkan mereka dengan pendidikan. Bagiku si Butet adalah seorang pahlawan. Tahu Anies Baswedan dengan programnya menyalurkan orang2 pintar ke pulau2 terpencil kan? Para sarjana itu diberikan tantangan untuk bekerja bagi masyarakat Indonesia yang mungkin bahkan tidak tahu apakah mereka masih menjadi bagian dari Indonesia atau tidak saking terpencilnya tempat tinggal mereka. Dua contoh di atas baru sebagian dari sekian banyak orang yang menurutku punya rasa nasionalisme yang tidak perlu diragukan lagi.
Sekumpulan teman2 yang kukenal di dunia maya, bagiku juga pahlawan. Ada yang berjuang memajukan anak2nya lewat Home Education dan kecanggihan teknologi, ada yang berjuang mengumpulkan para pendonor darah untuk mereka yang membutuhkan, ada yang berjuang melestarikan kebudayaan Indonesia dengan kampanye tak kenal lelah. Ada yang ingin saling berbagi talenta untuk saling memintarkan satu sama lain. Orang2 seperti inilah yang menurutku akan menjadikan Indonesia sebagai suatu bangsa yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Aku malah meragukan mereka2 yang terlalu banyak bicara tapi tidak bisa membuktikan apa2. Para koruptor, para pencuri uang rakyat, para penipu masyarakat dengan janji2 palsu yang tidak pernah terwujud, para jenius bermulut manis tapi berhati iblis yang dengan senang hati mengorbankan kepentingan banyak orang untuk kepentingan pribadi. Para hipokrit yang di depan membela kepentingan banyak orang tapi ternyata menusuk dari belakang. Para manusia yang tanpa malu2 mengaku bahwa dia adalah manusia Indonesia yang berwawasan nasional dan bermartabat tapi kelakuannya mirip dengan mafia jalanan.
Halah, kok jadi melantur kemana-mana. Harusnya bukan ngomongin nasionalisme, tapi ngomongin lebaran dong! Kan sudah masuk hari kedua lebaran. Maklum, saking dekatnya tujuhbelasan dengan lebaran, maka semangat untuk mengeluarkan uneg2 masih terasa menggebu-gebu. Sebel dengan orang2 yang sok nasionalis tapi nggak ada apa2nya. Bagusnya ganti topik yuk?!
Lebaran di Batam selalunya terasa aneh. Beda dengan di kampung. Kalau di kampung, meskipun keluarga kami nggak berlebaran, tetapi tetap berasa ikut lebaran. Rumah penuh dengan makanan kiriman para tetangga kiri kanan dan sanak saudara. Sesudah itu, kami akan berkeliling kampung menyampaikan salam kepada para tetangga yang merayakan. Barulah kumpul dengan keluarga besar yang mayoritas memang merayakan lebaran. Pokoknya ditanggung heboh dan seru.
Di Batam lebaran terasa biasa2 saja. Tak jarang orang yang mau kita kunjungi malah nggak ada di rumah. Yang pergi ke pantailah, yang pergi ke mall-lah, yang pergi ke negara tetanggalah, yang pergi "menghilang" tanpa alasanlah. Pokoknya menyedihkan banget. Bagus juga memang kalau ada duit disempatkan mudik. Minimal, suasana lebaran masih akan berbekas ke dalam relung hati sampai berhari-hari.
Jadi, belajar dari pengalaman hari pertama kemarin, hari kedua kali ini aku nggak pergi ngider kemana-mana. Duduk2 di rumah saja. Bangun pagi2, ngopi sambil nongkrongin netbook, sekali-kali melerai anak2 berantem rebutan komputer. Berusaha menikmati libur yang tinggal satu hari ini. Urusan mandi bisa diatur nanti. Yang penting nikmati dulu memerdekakan diri sendiri. Nikmati dulu menyucikan diri dengan mengeluarkan segala uneg2 di hati lewat ngeblog. This is my happiness! Inilah hartaku yang tak ternilai : anak2, suami, buku dan hasrat untuk menulis!
* Selamat merayakan kemerdekaan Indonesia ke-67, dan selamat merayakan hari raya Idul Fitri 1433H bagi yang merayakan. Semoga kebahagiaan menjadi milik kita bersama. Amin!