Martina Felesia
Berbicara masalah liburan, saya orangnya suka yang 'ujug2' saja.  Maksudnya, liburannya mendadak dan tanpa rencana.  Biasanya kalau direncanakan malah gak jalan.  Atau malah bisa batal sama sekali.  Jadi, pas kepengin pergi, ya akhirnya pergi saja.  Tanpa rencana sama sekali.

15 Juli 2016

Malam sebelumnya iseng2 saya bongkar2 passport.  Ternyata passport si Kakak sudah mau mati.  Mumpung masuk sekolah masih tiga hari lagi, spontan saya ngajak jalan ke Melaka.  Selain belum pernah, sepertinya kami harus memanfaatkan kesempatan yang ada.  Belum tentu nanti ada kesempatan untuk pergi mengingat saya sudah tidak punya cuti dan passport si Kakak harus segera diperbarui.

Jadi, dengan segala keterbatasan yang ada, akhirnya kami sepakat untuk jalan2 ke Melaka ala backpacker.  Tidak membawa barang bawaan terlalu banyak dan tidak memakai jasa Tour & Travel. Anak2 membawa tasnya masing2, saya dan suami juga demikian adanya.  Karena tidak memakai jasa Tour & Travel, perjalanan kali ini jadi lebih santai dan tanpa beban.  Semua bergembira, semua menikmati perjalananya, meskipun sebelumnya diawali dengan 'insiden' salah lihat jadwal ferry.

Perjalanan dimulai dari Harbour Bay Batam menuju Stulang Laut, Johor Baru. Kalau dari Batam ke Singapore cukup ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam saja, maka perjalanan menuju Stulang Laut membutuhkan waktu sekitar dua jam.  Beruntung penumpang kali ini bisa dibilang sepi.  Jadi kami bisa  menikmati perjalanan menyisiri selat Melaka dan sekali-kali membaringkan diri di atas bangku ferry yang kebanyakan kosong melompong.  Macam2 ferry ini milik sendirilah...hihihi.

Sampai di Stulang Laut jam sudah menunjukkan pukul 12.00 waktu Malaysia.  Pantesan perut sudah keroncongan.  Rencananya sih sesuai rencana mau ke Larkin terminal pakai bus.  Ternyata baru keluar dari pintu pelabuhan sudah ditawari taksi gelap.  Ini mobil pribadi yang dipakai naksi.  Lumayan, tanpa ba bi bu si sopir menwarkan harga sekian dan saya langsung mengiyakan karena masih kategori harga masuk akal.  RM25.00 dari Stulang Laut ke Larkin.  Termasuk murah karena kami berlima.  Kalau naik taksi resmi harus pakai dua taksi.  Jika masing2 taksi RM15.00 maka pada akhirnya akan keluar RM30.00 juga toh?

Ternyata jarak dari Stulang Laut ke Larkin tidak sampai lima belas menit.  Dekat saja.  Hanya saja karena pas sampai di Larkin hujan turun deras, maka pak sopir berinisiatif menurunkan kami depan KFC.  Selain ada kanopi untuk berteduh, baru nyadar kalau perut harus segera diisi.  Pinter juga si Bapak, mah!  Tahu saja kalau kami kelaparan.  

Sesudah makan, dengan masih berhujan-hujan, kami sepakat untuk segera melanjutkan perjalanan ke Melaka.  Setelah berputar-putar sejenak depan konter bus, akhirnya dapat juga bus ke Melaka jam dua.  Harga tiket per orang RM21.00.  Menunggu sekitar setengah jam dan akhirnya bus mulai bergerak.  Horeee.......backpaker-an ala keluarga DjokoWi dimulai......!!!

Sama dengan perjalanan ke KL, perjalanan menuju Melaka juga harus ditempuh dalam waktu yang cukup lama.  Tiga setengah jam.  Cukup membosankan.  Hanya saja, sekali lagi, karena tidak dikejar-kejar tour guide, tidak terlalu melelahkan.  Cukup tidur sepanjang perjalanan dan akhirnya sampai juga di terminal Central Melaka.  

Masih satu kali perjalanan lagi untuk menuju ke Melaka town.  Antri di terminal, menunggu bus Panorama nomor 17.  Sesuai instruksi pak sopir taksi, tujuan ke Bandar Hilir.  Biaya ke Bandar Hilir RM0.70 per orang.  Busnya cantik meskipun umpel-umpelan karena isinya campur aduk antara penduduk lokal dan turis dadakan kayak kami ini.  Perjalanan ditempuh kurang lebih seperempat jam.

Pas sampai di Bandar Hilir kami bingung juga.  Turun atau tidak ya?  Karena banyak bule2 yang turun, kami pun ikutan turun.  Nggak ngerti deh, bener atau tidak arahnya, yang penting ikutan turun.  Sampai deh kami di bangunan serba merah.  Istirahat sejenak dan mulai photo2.




Menjelang malam dan kami belum dapat tempat penginapan.  Setelah lama muter2 di China Town, dan tidak segera berani menetapkan tempat untuk menginap setelah melihat bangunannya yang serba seram, akhirnya kami menemukan tempat menginap yang pas saat lelah mendera.  Sebuah hotel cantik manis serba pink dan bisa ditempati langsung sak keluarga.  Kasurnya pink, cat kamar pink, hiasan dinding juga pink.  Hadeuhh...pokoke menyenangkan si Bungsu dah!

Jam 8 malam waktu Malaysia dan anak2 sudah tidak sanggup untuk diajak jalan2 keluar.  Mereka lebih suka nongkrong di kamar dan ngorder makanan melalui kami.  Maksudnya mak dan bapaknya yang disuruh keluar cari makan.  Yo weslah.....akhirnya dengan sukarela, saya dan suami purak2'e bulan madu ala2 pengantin baru.  Sok2 gandengan tangan pokoke...hahaha.

Melaka di waktu malam so sweet banget.  Jalanan ramai dan lampu2 berpendar di setiap sudut.  Saking sweet-nya saya malah nggak sempat photo berdua saja dengan misua.   Lupa karena keasyikan menikmati romantisme Melaka di waktu malam.  Untung kami segera sadar bahwa anak2 sedang menunggu makan.  Cari makanan sea food dan dapatlah menu kesukaan masing2.  Dengan harga RM7.00 per porsi tidak disangka kalau realitanya ternyata seabrek-abrek.  Hadeuh...tahu gitu pesen seporsi untuk berdua.  Paling tidak pesen tiga porsi sudah bisa makan kenyang sekenyang-kenyangnya untuk berlima. 
Malam pertama di Melaka adalah malam penuh syukur.  Penuh syukur karena ternyata sampai juga kami di sini.  Di tempat yang tidak pernah terpikir untuk didatangi sebelumnya.  Hanya dengan modal bonek dan sotoy akhirnya kami bisa meluangkan waktu bersama.  Belum tentu ada kesempatan lagi seperti ini.  Meskipun badan penat, tapi bonek teteuppp.....!!!
 
# Bersambung......
Label:
0 Responses