Martina Felesia
Saya sedang mengikuti suatu acara di gereja ketika iseng2 saya mulai nakal buka2 HP.  Sudah hampir waktunya makan siang dan acara nggak kelar2.  Udara panas dan saya mulai bosan.  Tiba-tiba pada salah satu wall seorang teman terlihat ucapan duka cita.  Mak jleeebbb...!!!  Sontak saya jadi penasaran.  Siapa sih yang meninggal?

Tiba2 saya merasa sesak nafas ketika membaca lebih seksama. Ternyata yang meninggal adalah teman saya.  Seorang teman lama, mantan sesama musafir pada jaman dahulu kala.  Dia adalah dekan salah satu Universitas swasta di kota Malang.

Febi,
Betapa cepat waktu berlalu dan engkau sudah terlebih dahulu pergi menghadapNya.  Bukankah kamu pernah berjanji untuk menunggu aku pulang pas liburan nanti?  Rasanya baru kemarin kita berhahahihi di WA, mencurahkan kerinduan satu sama lain.  Kamu kangen tawaku, katamu.  Tapi mengapa engkau tidak sabar menunggu?

Siang ini garing, Feb.  Tapi aku tidak bisa menahan tangisku.  Di tengah2 acara siang ini, aku sibuk menyeka air mata.  Aku juga sibuk membayangkan Corry dan Tito yang tiba2 harus kehilangan ibunya.  Bagaimana nantinya mereka tanpamu?

Selain kesedihan, terselip rasa kagum luar biasa, betapa engkau tidak pernah berkeluh kesah.  Tidak ada yang  tahu apa sakitmu sampai Tuhan memanggil.  Pasti engkau sudah memendamnya sejak lama.  Tumor otak begitu cepat merenggutmu dari dunia fana ini.  Kurasa hanya Tuhan yang tahu segenap penderitaanmu.

Ya sudahlah, kawan.  Tidurlah tenang di tempat terindah sana.  Meskipun kita tidak sempat menuntaskan janji, tapi pertemanan kita adalah kekal abadi.  Tidurlah, kawan.  Doakan kami yang masih berziarah di dunia ini.

#RIP-Fabiola Hendrati, 14 Januari 2017, 19.30 WIB di kota Malang
Label:
0 Responses