Selamat
pagi! Bebaskanlah kami dari keinginan
untuk libur lagi meskipun sudah minim cuti.
Dan bebaskanlah kami dari rasa sepi yang berkesinambungan, karena
besarnya keinginan untuk duduk manis di rumah akibat wabah yang tak kunjung
usai ini. Alangkah menyenangkan liburan,
walaupun hanya sekedar angan-angan.
Memulai hari
Rabu dengan semangat ngopi di pagi
hari itu sesuatu banget. Meskipun hanya kopi, tapi karena bikinan
suami, tentu saja tetap nikmat terasa. Kegiatan
memasak yang tadinya diperkirakan berjalan cepat ternyata molor dari perkiraan.
Menunggu bakwan matang itu ternyata membutuhkan kesabaran tingkat dewa
untuk menghindari kealpaan yang bisa mengakibatkan kegosongan. Itu sebabnya acara memasak jadi
berkepanjangan dan membatalkan rencana untuk berolah raga sejenak sebelum
memulai aktifitas di tempat kerja.
Mengingat
beberapa bulan ini minim kegiatan olah jasmani, maka ritual menunggu angkot
yang seharusnya bisa di dekat rumah kualihkan ke depan perumahan supaya bisa
berjalan kaki. Berhenti pun kusuruh agak
jauh dari tempat kerja, supaya aku bisa berjalan kaki sekali lagi. Lumayan jugalah. Paling tidak sudah 20 menit sendiri waktu
untuk melemaskan kaki. Tinggal menunggu waktu berjemur yang
kemungkinan besar batal kalau melihat awan menggantung dari tadi malam tanpa
ada tanda-tanda hujan turun. Hanya gerimis satu dua saja yang ada supaya
pemirsa tidak kecewa.
Melihat kondisi
di luar, terpaksa acara berjemur hari ini dibatalkan. Dengan apa dijemurnya kalau matahari saja tidak
kelihatan? Matahari sih ada, tapi
sinarnya seperti tak mampu menembus lapisan mendung yang serba temaram di
luar. Kalau menunggu agak siangan sudah
pasti arahan para pakar jemur-menjemur itu tidak akan efektif untuk
diberlakukan lagi. Sehat tidak, kena
kanker kulit iya. Jadi, sebagai
pengganti acara menjemur badan, terpaksa aku duduk manis depan komputer, menikmati
nastar keju spesial sisa lebaran dan rengginang pemberian seorang teman. Anggap saja masih lebaran. Wong
jalanan saja masih sepi. Kantor juga
sepi. Tapi kalau bisa, hati jangan
sampai sepi ya....cieeee....!!
Sebentar lagi
jam 10 pagi. Waktunya break time pribadi. Kurasa mantap juga kalau bikin kopi
lagi. Tidak usah banyak-banyak. Cukup secangkir saja. Yang penting bisa menjaga supaya hati tetap
bahagia, pikiran tetap waras dan keinginan untuk menyelesaikan pekerjaan tetap
ada. Tidak usah terlalu memikirkan
orang-orang yang membosankan. Biarlah
orang-orang itu asyik dengan dunianya, dan aku dengan duniaku. Suatu saat mereka akan sadar, bahwa ada satu
masa di mana jadi orang membosankan itu nggak
asoi. Gak mbois blas!
Ditunggu sampai
jam 11 matahari tetap tidak kunjung menampakkan diri. Mungkin sedang meringkuk kedinginan di balik
awan. Siapa tahu?! Karena cahayanya terlihat hanya redup-redup
syahdu. Jadi begitulah. Hari ini suasananya ikutan terasa seperti
mendayu-dayu gitu. Mendung tak berarti
hujan. Tepat memang. Seperti kata Deddy Dores, penyanyi lawas yang
jago lagu-lagu melankolis cenderung lebay. Langit memang mendung, tapi tak kunjung
turun hujan.
Berpegang pada
jargon “minimal satu hari satu tulisan”
aku berusaha menyelesaikan tulisan tidak jelas ini. Berharap ada ide muncul di kepala. Tapi ternyata sampai sore, idenya hilang
entah kemana. Tak ada ide. Tak ada penampakan. Tak ada halusinasi. Semuanya lempeng-lempeng
saja. Bingung aku mau nulis apa. Lha gimana tidak bingung. Nulisnya pun nyicil-nyicil. Kerja utama harus tetap selesai, bukan? Itu sebabnya ide pun nggak mau nongol.
Saingan sama matahari yang seharian ngendon
di peraduan. Lha setiap kali ide mau muncul ditinggal menyelesaikan pekerjaan
yang lain. Akhirnya saling menunggu yang
ujung-ujungnya serba tidak tertampung dan tidak tertulis itu ide.
Tapi aku ini
pantang menyerah. Pokoknya sebelum kelar, aku tidak mau berhenti begitu
saja. Tulisan ini, meskipun alurnya
kemana-mana, tetaplah sebuah hasil karya.
Memang ini bukan fiksi, bukan pula non fiksi. Tapi sekedar menyalurkan ribuan kata-kata
yang menyemak di kepala dan berebut
ingin dikeluarkan. Bisa jadi berasal
dari tulisan yang tidak jelas ini, besok ada lagi ide-ide yang lebih asoi dan mudah untuk dimengerti dan bisa
dijadikan sesuatu. Sementara ini masih
lewat jalur blog saja dulu. Mungkin next
time bisa jadi buku. Buku ala-ala Mbak
Tina. Maybe. Semoga.
#Rabu,
27May2020–14.00WIB
#tetepsantuy
#teteppakaimasker
#tetepjagajarak