Martina Felesia
Selamat pagi!  Bebaskanlah kami dari keinginan untuk libur lagi meskipun sudah minim cuti.  Dan bebaskanlah kami dari rasa sepi yang berkesinambungan, karena besarnya keinginan untuk duduk manis di rumah akibat wabah yang tak kunjung usai ini.  Alangkah menyenangkan liburan, walaupun hanya sekedar angan-angan.

Memulai hari Rabu dengan semangat ngopi di pagi hari itu sesuatu banget.  Meskipun hanya kopi, tapi karena bikinan suami, tentu saja tetap nikmat terasa.  Kegiatan memasak yang tadinya diperkirakan berjalan cepat ternyata molor dari perkiraan.  Menunggu bakwan matang itu ternyata membutuhkan kesabaran tingkat dewa untuk menghindari kealpaan yang bisa mengakibatkan kegosongan.  Itu sebabnya acara memasak jadi berkepanjangan dan membatalkan rencana untuk berolah raga sejenak sebelum memulai aktifitas di tempat kerja.

Mengingat beberapa bulan ini minim kegiatan olah jasmani, maka ritual menunggu angkot yang seharusnya bisa di dekat rumah kualihkan ke depan perumahan supaya bisa berjalan kaki.  Berhenti pun kusuruh agak jauh dari tempat kerja, supaya aku bisa berjalan kaki sekali lagi.  Lumayan jugalah.  Paling tidak sudah 20 menit sendiri waktu untuk melemaskan kaki.   Tinggal menunggu waktu berjemur yang kemungkinan besar batal kalau melihat awan menggantung dari tadi malam tanpa ada tanda-tanda  hujan turun.  Hanya gerimis satu dua saja yang ada supaya pemirsa tidak kecewa.

Melihat kondisi di luar, terpaksa acara berjemur hari ini dibatalkan.  Dengan apa dijemurnya kalau matahari saja tidak kelihatan?  Matahari sih ada, tapi sinarnya seperti tak mampu menembus lapisan mendung yang serba temaram di luar.  Kalau menunggu agak siangan sudah pasti arahan para pakar jemur-menjemur itu tidak akan efektif untuk diberlakukan lagi.  Sehat tidak, kena kanker kulit iya.  Jadi, sebagai pengganti acara menjemur badan, terpaksa aku duduk manis depan komputer, menikmati nastar keju spesial sisa lebaran dan rengginang pemberian seorang teman.  Anggap saja masih lebaran.  Wong jalanan saja masih sepi.  Kantor juga sepi.  Tapi kalau bisa, hati jangan sampai sepi ya....cieeee....!!

Sebentar lagi jam 10 pagi.  Waktunya break time pribadi.  Kurasa mantap juga kalau bikin kopi lagi.  Tidak usah banyak-banyak.  Cukup secangkir saja.  Yang penting bisa menjaga supaya hati tetap bahagia, pikiran tetap waras dan keinginan untuk menyelesaikan pekerjaan tetap ada.  Tidak usah terlalu memikirkan orang-orang yang membosankan.  Biarlah orang-orang itu asyik dengan dunianya, dan aku dengan duniaku.  Suatu saat mereka akan sadar, bahwa ada satu masa di mana jadi orang membosankan itu nggak asoi.  Gak mbois blas! 

Ditunggu sampai jam 11 matahari tetap tidak kunjung menampakkan diri.  Mungkin sedang meringkuk kedinginan di balik awan.  Siapa tahu?!  Karena cahayanya terlihat hanya redup-redup syahdu.  Jadi begitulah.  Hari ini suasananya ikutan terasa seperti mendayu-dayu gitu.  Mendung tak berarti hujan.  Tepat memang.  Seperti kata Deddy Dores, penyanyi lawas yang jago lagu-lagu melankolis cenderung lebay.    Langit memang mendung, tapi tak kunjung turun hujan.

Berpegang pada jargon “minimal satu hari satu tulisan” aku berusaha menyelesaikan tulisan tidak jelas ini.  Berharap ada ide muncul di kepala.  Tapi ternyata sampai sore, idenya hilang entah kemana.  Tak ada ide.  Tak ada penampakan.  Tak ada halusinasi.  Semuanya lempeng-lempeng saja. Bingung aku mau nulis apa. Lha gimana tidak bingung.  Nulisnya pun nyicil-nyicil.   Kerja utama harus tetap selesai, bukan?  Itu sebabnya ide pun nggak mau nongol.  Saingan sama matahari yang seharian ngendon di peraduan. Lha setiap kali ide mau muncul ditinggal menyelesaikan pekerjaan yang lain.  Akhirnya saling menunggu yang ujung-ujungnya serba tidak tertampung dan tidak tertulis itu ide.

Tapi aku ini pantang menyerah.  Pokoknya sebelum kelar, aku tidak mau berhenti begitu saja.  Tulisan ini, meskipun alurnya kemana-mana, tetaplah sebuah hasil karya.  Memang ini bukan fiksi, bukan pula non fiksi.  Tapi sekedar menyalurkan ribuan kata-kata yang menyemak di kepala dan berebut ingin dikeluarkan.  Bisa jadi berasal dari tulisan yang tidak jelas ini, besok ada lagi ide-ide yang lebih asoi dan mudah untuk dimengerti dan bisa dijadikan sesuatu.  Sementara ini masih lewat jalur blog saja dulu.  Mungkin next time bisa jadi buku.  Buku ala-ala Mbak Tina.  Maybe.  Semoga.

#Rabu, 27May2020–14.00WIB
#tetepsantuy
#teteppakaimasker
#tetepjagajarak
Label:
0 Responses