Selamat
pagi lagi! Selamatkanlah kami dari para
pembisik dan pengadu, dan hiburkanlah kami dengan senyuman yang asoi. Karena yang berbahaya adalah mereka yang
menyapa dengan santun dan merdu, namun diam-diam menikam dari belakang. Jaga jarak, pakai masker dan cuci kenangan
dari manusia-manusia seperti ini. Bukan
hanya Covid-19 yang berbahaya, tapi juga kata-kata lembut dan kalimat aduan
yang berbisa. Mengadu tapi bukan
mengadu. Menceritakan sesuatu seolah hal
yang biasa tapi intinya bersifat aduan.
Seandainya ada yang jadi korban itu urusan belakang, yang penting ada
orang yang disenangkan.
Ada cerita
tentang seorang kawan, yang dalam hidupnya sekarang diperlakukan seperti ‘habis manis sepah dibuang’. Padahal kalau dipikir-pikir, tak terhitung lagi
jasanya dalam pertemanan. Masalah kebaikan,
ketulusan, dia adalah juaranya. Saking baiknya maka tidak pernah ada pemikiran
negatif tentang orang lain. Semuanya
positif. Apa pun yang terjadi ia tetap
mengulurkan tangan, di saat ada orang membutuhkan bantuan. Sampai-sampai kami
sebut dia ‘si Bodoh’ karena tidak pernah melawan setiap ada yang mempermalukan. Tetap rendah hati dan tersenyum meskipun ada
orang yang dengan terang-terangan menyakiti hatinya.
Ada juga kawan
lainnya yang kurasa sedang kena karmanya sekarang ini, karena dulu sekali
pernah ikut menggunjingkan seseorang yang kelakuannya menyebalkan dan
membosankan, dan sekarang kelakuannya lebih menyebalkan dan membosankan
dibandingkan orang yang dulu pernah ia gunjingkan. Jadi jangan dulu takabur jika tiba-tiba ada
yang baru dalam hidup kita. Yang baru
belum tentu akan bertahan lama. Dan yang
lama belum tentu jadi pengganggu. Jangan
seperti lagu, “kalau tuan dapat kawan
baru, sayang, kawan lama dilupakan jangan!”. Seperti itulah. Gara-gara punya kawan baru kawan lama
langsung dibuang. Langsung dilupakan.
Lupa kebaikannya. Lupa
jasa-jasanya. Lupa segala-galanya. Melihat kawan lama seperti melihat wabah,
takut mendekat, takut tertular. Tapi dengan yang baru menjaga jarak pun tidak
bisa. Kalau hari kerja bisa diusulkan
mulai dari Senin dan berakhir Minggunya, mungkin sudah diusulkannya. Tidak perlu ada jedah, karena sehari tidak
bertemu seperti mau mati rasanya.
Kelamaan ceritanya.
Dalam hidup ini,
memang ada bermacam-macam jenis orang. Ada
orang yang biarpun disakiti tetap saja baik kepada orang yang menyakiti, ada
juga orang yang bisanya hanya menyakiti, meskipun sebelumnya selalu berlimpah
dengan kebaikan dari orang lain. Ada
orang yang tidak bisa berpura-pura baik kalau ada orang yang tidak baik, ada
pula orang yang berpura-pura baik hanya supaya dibilang orang baik. Bermacam orang, bermacam watak dan karakter. Setiap hari, setiap waktu, siap atau tidak
siap kita akan sering dihadapkan dengan orang-orang seperti itu.
By the way,
hari ini ada kesempatan untuk berjemur 15 menit. Matahari masih malu-malu menampakkan
diri. Terkadang kelihatan, tapi lebih
banyak sembunyi. Lumayan lima belas
menit daripada tidak sama sekali. Hanya
sampai suam-suam kuku rasanya, tidak sampai menyengat sekali. Kurasa virus corona ini pun bingung, mau hidup
segan mati pun tak mau. Lha mataharinya
saja seperti itu. Antara iya dan
tidaklah pokoknya.
Dan seandainya
aku masih menulis, itu karena sebagian pekerjaan sudah selesai dan sekarang
tinggal menghitung waktu untuk menikmati makan siang buatan sendiri. Mencoba taat pada aturan dengan menghindari
kerumunan dan makan di ruangan tersendiri.
Sebagai masyarakat awam, itu salah satu yang bisa kulakukan. Mendukung pemerintah dari hal-hal yang kecil. Pakai masker meskipun di dalam ruangan,
karena sewaktu-waktu ada orang keluar masuk berganti-ganti. Iya kalau mereka termasuk golongan
orang-orang yang tertib dan taat pada peraturan. Kalau tidak, tentu bisa membahayakan diri
sendiri. Jadi biar pun di kata dalam
ruangan, masker tetap nyantel di
telinga, hidung dan mulut harus tetap tertutupi. Jaga jarak dan cuci tangan rutin menjadi
wajib hukumnya setiap hari.
Buat kawanku
yang tersakiti, semoga tabah menghadapi hantaman sindiran yang bertubi-tubi. Semoga pada saatnya nanti terbukti, bahwa
meskipun ada kekurangan, setiap orang juga dianugerahi kelebihan. Tidak semua orang punya talenta yang sama. Tidak semua orang bisa melakukan hal-hal yang
luar biasa. Tidak semua interaksi
diperlukan kepintaran dan penampilan jasmani.
Ada hal-hal tertentu yang tidak semua orang mampu melakukannya. Yang sabar, bro! Semoga hari-harimu menyenangkan, senantiasa
berbahagia meskipun hati menderita.
Buat kawanku
yang pernah percaya karma, sekali-kali belajarlah merenungkan lagu ini,” Kalau tuan dapat kawan baru, sayang, kawan
lama jangan dilupakan!”. Karma memang bisa berlaku kepada siapa saja. Jangan kepedean
bahwa kita tidak akan termakan tulahnya.
Sebaik apa pun kita, permenungan tetap diperlukan. Mawas diri dan selalu berhati-hati
apalagi. Jangan menafikkan diri dan
jangan mengabaikan nasehat orang lain.
Bukan diri sendiri yang menilai kebaikan atau keburukan kita, melainkan
orang lain, apalagi jika mereka pernah jadi seseorang yang pernah dekat dengan
kita.
Semoga di hari
Kamis yang berbahagia ini, semua orang mendapatkan kebahagiaan dan senyuman
yang mengasyikkan.
#Kamis,
28May2020-12.00WIB
#staysafestayhealthy