Martina Felesia
Selamat pagi lagi!  Selamatkanlah kami dari para pembisik dan pengadu, dan hiburkanlah kami dengan senyuman yang asoi.  Karena yang berbahaya adalah mereka yang menyapa dengan santun dan merdu, namun diam-diam menikam dari belakang.  Jaga jarak, pakai masker dan cuci kenangan dari manusia-manusia seperti ini.  Bukan hanya Covid-19 yang berbahaya, tapi juga kata-kata lembut dan kalimat aduan yang berbisa.  Mengadu tapi bukan mengadu.  Menceritakan sesuatu seolah hal yang biasa tapi intinya bersifat aduan.  Seandainya ada yang jadi korban itu urusan belakang, yang penting ada orang yang disenangkan.

Ada cerita tentang seorang kawan, yang dalam hidupnya sekarang diperlakukan seperti ‘habis manis sepah dibuang’.  Padahal kalau dipikir-pikir, tak terhitung lagi jasanya dalam pertemanan.  Masalah kebaikan, ketulusan, dia adalah juaranya.  Saking baiknya maka tidak pernah ada pemikiran negatif tentang orang lain.  Semuanya positif.  Apa pun yang terjadi ia tetap mengulurkan tangan, di saat ada orang membutuhkan bantuan. Sampai-sampai kami sebut dia ‘si Bodoh’ karena tidak pernah melawan setiap ada yang mempermalukan.  Tetap rendah hati dan tersenyum meskipun ada orang yang dengan terang-terangan menyakiti hatinya. 

Ada juga kawan lainnya yang kurasa sedang kena karmanya sekarang ini, karena dulu sekali pernah ikut menggunjingkan seseorang yang kelakuannya menyebalkan dan membosankan, dan sekarang kelakuannya lebih menyebalkan dan membosankan dibandingkan orang yang dulu pernah ia gunjingkan.  Jadi jangan dulu takabur jika tiba-tiba ada yang baru dalam hidup kita.  Yang baru belum tentu akan bertahan lama.  Dan yang lama belum tentu jadi pengganggu.  Jangan seperti lagu, “kalau tuan dapat kawan baru, sayang, kawan lama dilupakan jangan!”.  Seperti itulah.  Gara-gara punya kawan baru kawan lama langsung dibuang.  Langsung dilupakan. Lupa kebaikannya.  Lupa jasa-jasanya.  Lupa segala-galanya.  Melihat kawan lama seperti melihat wabah, takut mendekat,  takut tertular.  Tapi dengan yang baru menjaga jarak pun tidak bisa.  Kalau hari kerja bisa diusulkan mulai dari Senin dan berakhir Minggunya, mungkin sudah diusulkannya.  Tidak perlu ada jedah, karena sehari tidak bertemu seperti mau mati rasanya.  Kelamaan ceritanya.

Dalam hidup ini, memang ada bermacam-macam jenis orang.  Ada orang yang biarpun disakiti tetap saja baik kepada orang yang menyakiti, ada juga orang yang bisanya hanya menyakiti, meskipun sebelumnya selalu berlimpah dengan kebaikan dari orang lain.  Ada orang yang tidak bisa berpura-pura baik kalau ada orang yang tidak baik, ada pula orang yang berpura-pura baik hanya supaya dibilang orang baik.  Bermacam orang, bermacam watak dan karakter.   Setiap hari, setiap waktu, siap atau tidak siap kita akan sering dihadapkan dengan orang-orang seperti itu. 

By the way, hari ini ada kesempatan untuk berjemur 15 menit.  Matahari masih malu-malu menampakkan diri.  Terkadang kelihatan, tapi lebih banyak sembunyi.  Lumayan lima belas menit daripada tidak sama sekali.  Hanya sampai suam-suam kuku rasanya, tidak sampai menyengat sekali.  Kurasa virus corona ini pun bingung, mau hidup segan mati pun tak mau.  Lha mataharinya saja seperti itu.  Antara iya dan tidaklah pokoknya.

Dan seandainya aku masih menulis, itu karena sebagian pekerjaan sudah selesai dan sekarang tinggal menghitung waktu untuk menikmati makan siang buatan sendiri.  Mencoba taat pada aturan dengan menghindari kerumunan dan makan di ruangan tersendiri.  Sebagai masyarakat awam, itu salah satu yang bisa kulakukan.  Mendukung pemerintah dari hal-hal yang kecil.  Pakai masker meskipun di dalam ruangan, karena sewaktu-waktu ada orang keluar masuk berganti-ganti.  Iya kalau mereka termasuk golongan orang-orang yang tertib dan taat pada peraturan.  Kalau tidak, tentu bisa membahayakan diri sendiri.  Jadi biar pun di kata dalam ruangan, masker tetap nyantel di telinga, hidung dan mulut harus tetap tertutupi.  Jaga jarak dan cuci tangan rutin menjadi wajib hukumnya setiap hari. 

Buat kawanku yang tersakiti, semoga tabah menghadapi hantaman sindiran yang bertubi-tubi.  Semoga pada saatnya nanti terbukti, bahwa meskipun ada kekurangan, setiap orang juga dianugerahi kelebihan.  Tidak semua orang punya talenta yang sama.  Tidak semua orang bisa melakukan hal-hal yang luar biasa.  Tidak semua interaksi diperlukan kepintaran dan penampilan jasmani.  Ada hal-hal tertentu yang tidak semua orang mampu melakukannya.  Yang sabar, bro!  Semoga hari-harimu menyenangkan, senantiasa berbahagia meskipun hati menderita.

Buat kawanku yang pernah percaya karma, sekali-kali belajarlah merenungkan lagu ini,” Kalau tuan dapat kawan baru, sayang, kawan lama jangan dilupakan!”. Karma memang bisa berlaku kepada siapa saja.  Jangan kepedean bahwa kita tidak akan termakan tulahnya.  Sebaik apa pun kita, permenungan tetap diperlukan.  Mawas diri dan selalu berhati-hati apalagi.  Jangan menafikkan diri dan jangan mengabaikan nasehat orang lain.  Bukan diri sendiri yang menilai kebaikan atau keburukan kita, melainkan orang lain, apalagi jika mereka pernah jadi seseorang yang pernah dekat dengan kita.

Semoga di hari Kamis yang berbahagia ini, semua orang mendapatkan kebahagiaan dan senyuman yang mengasyikkan.

#Kamis, 28May2020-12.00WIB
#staysafestayhealthy
Label:
0 Responses