Martina Felesia
Kalaulah ada apem di loyang, bolehlah kita ikut cicipi.  Sehensem-hensemnya suami orang, tetep lebih hensem suami sendiri”.  Yang jomblo dilarang baper.  Pantun ini memang dikhususkan untuk para istri yang mencintai suaminya, terutama saat tanggal muda (emoticon senyum lebar).  Jadi kalau masih ada yang memuji-muji suami orang lain sementara suami sendiri tidak pernah dipuji, ya mbuh maneh.  Yang jelas itu bukan saya!  Saya mah orangnya komit.  Kalau sudah yang itu, ya ituuuuu saja.  Mau tanggal muda, mau tanggal tua, suami saya tetep jadi yang terhensem...hehehe.

Hari Jumat barokah!  Pagi-pagi matahari bersinar cerah.  Terik malah.  Kusempatkan untuk berjemur setengah jam di belakang kantor.  Mau kubilang di belakang toilet kok nggak enak bunyinya.  Karena tempat berjemur yang bagus memang terletak di area belakang kantor, samping toilet.  Di situ ada dua tempat shit up terbuat dari beton.  Enak berjemur di situ.  Jadi kalau capek berjemur sambil berdiri, ya berjemur sambil duduk.  Berdiri, duduk.  Berdiri, duduk.  Begitu terus selama setengah jam.  Yang penting berjemur dan keluar keringat.  Tidak masalah berjemur sendiri karena toh memang harus jaga jarak dengan manusia lainnya.  Itung-itung mematuhi protokol kesehatan menuju hidup “New Normal”.

Tak lama setelah selesai berjemur, eh, ndilalah hujan turun dengan lebatnya.  Padahal langit masih terik.   Seperti hujan dadakan.  Hanya sebentar, tapi cukup deras.  Untunglah sudah selesai berjemur.  Kalau tidak, bisa-bisa tiga hari berturut-turut ini tidak ada acara jemur-menjemur lagi. Besok sudah Sabtu, Minggu dan Senin bertanggal merah.  Selasanya, biar pun tanggalnya berwarna hitam tetap tidak bisa berjemur karena aku ambil cuti.    Kalau di rumah, malas keluar kalau sudah berada di dalam.  Jadi satu-satunya kesempatan untuk menggosongkan badan memang di kantor.  Meskipun pada dasarnya sudah gosong, tetap harus percaya diri dong.

Paling tidak menyenangkan di hari Jumat itu karena jam kantor terasa sangat lama pakai banget.  Meskipun istirahatnya 1.5 jam, tetapi pulangnya diperlambat jadi jam 17.30.  Nah, menunggu ke jam sekian itu yang membosankan.  Sudah suasana kantor seperti kota mati lagi.  Semua sudah kayak zombie.  Nggak ada yang asoi sama sekali.  Jadi kalau mau ketawa, ya ketawa sendirilah sekarang ini.  Biar saja dipikir orang gila. Yang penting biarpun lagi wabah bawaannya harus tetap hepi.  Jangan hepinya pilih kasih.  Sebentar hepi, sebentar tak hepi.  Itu namanya hidup tanpa kepastian.  Moody.  Kitanya yang tak hepi orang lain yang disuruh mengikuti.  Mana tahu hati orang yang hepi atau tak hepi itu seperti apa.   Ya kan?  Halah, malah melantur.

Aku terkenang masa-masa menyenangkan sebelum wabah.  Jumat adalah hari yang selalu ditunggu-tunggu.  Istirahat, biar pun hanya sekejap, tapi tetap bisa melancong ke mall terdekat.  Dengan waktu yang hanya 1.5 jam itulah kami semua dibahagiakan dengan gelak tawa dan canda.  Semacam terapi indah setelah Senin-Jumat harus menghadapi pekerjaan yang memboringkan, eh, membosankan.  Padahal ke mall pun belum tentu membeli apa-apa.  Hanya pindah makan siang, bercanda, melalak dan mencari barang diskonan.  Itu pun kami sudah merasa seperti di surga (padahal surga itu seperti apa juga belum pernah tahu).

Sekarang istirahat bisanya hanya di dalam ruangan.  Tutup pintu, matikan lampu.  Tanpa teman, tanpa hiburan.  Hiburan satu-satunya hanya buku-buku siaran ulang alias sudah pernah dibaca, TTS terbitan Gramedia Kompas, kertas HVS untuk menggambar dan handphone untuk bermain Sudoku.  Kalau capek ya tidur.  Betul, tidur!  Sambil duduk di kursi.  Bisa ya?  Bisa!  Namanya kepepet itu apa pun bisa.  Kalau tidak mau tidur ya itu tadi.  Membaca buku dan teman-temannya lagi.

Tidak sabar menunggu liburan lagi.  Sabtu, Minggu, Senin dan Selasa.  Yang Selasa cuti sendiri.  Nekad, meskipun cuti terbatas.  Yang penting bisa sejenak bebas.  Dinikmati saja mumpung masih dinikmati.  Urusan banyak kerja itu urusan belakang.  Yang penting hari ini harus hepi!

#Jumat,29Mei2020
#Staysafestayhealthy
Label:
0 Responses