Martina Felesia
Lebaran hari kedua.  Senin dengan warna merah.  Biasanya menjadi hari yang membosankan di tempat kerja dengan jargon I don't like Monday.  Sekarang duduk manis di rumah sambil menonton orang merayakan lebaran di televisi.  Sambil berdoa semoga dua minggu ke depan wabah tidak semakin meluas karena kebebalan sebagian orang yang berlomba-lomba melanggar protokol kesehatan di saat pendemi menyerang.  Berkerumun di keramaian, berdesakan, saling berjabat tangan saat melakukan kunjungan lebaran, dan lebih miris lagi banyak yang tidak mengenakan masker diwajahnya.

Sebenarnya ingin menghabiskan liburan terakhir dengan tidur-tiduran saja.  Tapi karena mungkin agak berat hati mengingat besok sudah harus masuk kerja, maka mata ini susah sekali untuk terpejam.  Akhirnya setelah ke pasar, belanja untuk empat hari ke depan, lanjut mandi besar.  Terus masak untuk anak-anak dan leyehan sebentar menengok Sudoku.  Bosan Sudoku bikin kopi, makan nastar dan menyicip sempol buatan anak tengah.  Lanjut dengan membuka laptop, oprak-oprak situs gramedia dan lanjut nonton film action di Fox Action Movie.  How a wonderful holiday is!

Teringat tadi waktu di pasar.  Di hari kedua lebaran pasar sudah terlihat mulai ramai.  Kalau tahun kemarin banyak pedagang yang memilih menutup jualannya karena ingin merayakan lebaran, sekarang terlihat banyak pedagang yang lebih memilih untuk tetap berjualan karena adanya himbauan untuk merayakan lebaran di rumah saja.  Pengunjung pun sudah mulai penuh.  Dan celakanya banyak di antara mereka yang berjalan berdesak-desakan tanpa mengenakan masker.  Terpaksa aku harus melipir di tempat-tempat sepi dan membeli bahan-bahan masakan di kios yang tidak terlalu banyak pembeli.  Demi menghindari kerumunan.  Demi menghindari bersentuhan dengkan pengunjung lainnya.  Demi menghindari berdekatan dengan orang tanpa masker di wajahnya. Demi mendapatkan bahan baku masakan agar tidak repot setiap paginya.

Demikianlah sampai sore ini, akhirnya aku sungguh menikmati liburanku.  Jika orang lain lebih suka berlibur ke pantai, ke mall, terus terang aku lebih suka di rumah.  Gangguin anak-anak, ngrecokin suami, membaca, olah raga depan komputer, ngeblog, atau sudokuan sampai mata terasa perih.  Kurasa perintah stay at home memang cocok buat orang sepertiku. Tapi malah orang-orang sepertiku inilah yang masih harus tetap berangkat kerja, kalau ingin mendapatkan gaji.  Naik angkot pulang pergi, dengan resiko dua kali lipat tertular virus mengerikan seperti sekarang ini.  Angkutan umum, apalagi dengan karakter pengemudi yang suka melanggar aturan, menjadi wabah mental tersendiri bagi penumpang sepertiku.  Setiap hari hanya bisa berdoa semoga bisa selamat saat berangkat dan pulang kerja.

Besok hari Selasa.  Sudah mulai masuk kerja lagi.  Berhadapan dan bertemu dengan orang-orang yang membosankan lagi.  Ah betapa tidak bahagianya bekerja dalam masa-masa seperti ini.  Tapi apa mau di kata.  Kebosanan yang hakiki hanya bisa dihadapi dengan jiwa yang bebas dan berkreatifitas.  Tidak boleh menyerah.  Harus tetap bahagia apa pun kondisinya.  Biarlah orang lain tidak bahagia, yang penting aku harus bahagia bagaimanapun caranya.  Mungkin besok, di hari Selasa, ada kesempatan indah untuk terus berkarya demi orang-orang tercinta.
 
#belumpenginmasukkerja
Label:
0 Responses