Martina Felesia
Manusia bebal!  Mungkin hanya itu yang bisa kusampaikan.  Melihat kebebalan manusia dalam berbagai tingkatan ini sungguh membuatku muak.  Bebal menurut KBBI adalah: sukar mengerti; tidak cepat menanggapi sesuatu (tidak tajam pikiran); bodoh.  Sedangkan kebebalan sendiri berarti: kebodohan.  Bagaimana tidak bebal.  Sudah berulangkali, ratusan, ribuan bahkan jutaaan kali dihimbau, diingatkan, untuk mematuhi protokol pencegahan Covid-19 ya tetap juga membandel.  Tetap tidak dilakukan.  Kalau pun dilakukan harus dengan paksaan.  Padahal hanya diminta untuk jaga jarak, pakai masker dan cuci tangan.  Hanya itu!  Tapi yang namanya manusia bebal, meskipun dihimbau berulang kali dia akan tetap maunya sendiri.  Mau menangnya sendiri.  Hanya dia saja yang benar.  Berbagai macam alasan dilontarkan untuk membenarkan kelakuannya yang bodoh.  Itulah orang bebal!

Beberapa hari ini aku secara pribadi dikejutkan dengan kelakuan-kelakuan manusia bebal ini.  Ada yang antri berdesak-desakan di bandara meskipun sudah ada larangan mudik.   Tidak ada jarak.  Tidak ada rasa takut untuk tertular virus di tengah kerumunan dan kepadatan antrean seperti itu.   Ada yang berlomba-lomba menuju mall untuk belanja baju lebaran meskipun tahun ini  bakalan tidak bisa merayakan lebaran secara normal.  Mumpung terima THR, sekalian belanja kebutuhan lebaran.  Mumpung terima BLT, ayo kita belanjakan.  Sudah lupa dengan keluh kesah tentang nasibnya yang kere beberapa waktu sebelumnya ketika diminta tinggal di rumah dan akan mendapatkan Bansos dari pemerintah.  Sudah lupa wajah memelas dan berbagai macam cara yang dipayakan hanya untuk mendapatkan bansos.  Semua sudah lupa.  Yang teringat hanyalah, mall sudah buka, itu berarti sudah bisa beraktifitas seperti biasa.

Para manusia bebal ini mungkin tidak pernah membaca, melihat atau mengikuti berita, bahwa per tanggal 19 Mei 2020 kemarin, Covid-19 sudah memakan korban hampir sembilan belas ribuan orang (18.496).  Sudah seribu lebih yang meninggal dan dua belas ribuan orang yang masih harus berjibaku menunggu kesembuhan.  Data menunjukkan korban semakin bertambah dan bukan berkurang.  Itu semua menunjukkan bahwa masih ada banyak orang yang tidak mau patuh menjalankan protokol kesehatan dan cenderung memilih untuk menjadi orang bebal.  Disuruh diam di rumah kalau tidak penting sekali, eh, malah nongkrong-nongkrong di warung main gaple.  Diminta untuk jaga jarak malah seolah menantang dengan berduyun-duyun pergi ke mall hanya untuk sekedar memuaskan nafsu belanja.  Diminta untuk tidak mudik karena beresiko untuk keluarganya yang di kampung tetap nekad dengan berbagai macam cara.  Diminta untuk pakai masker malah ngeyel karena merasa sehat-sehat saja. Diminta sering-sering cuci tangan lebih suka membantah daripada menjalankkannya.  Kehidupan tetap berjalan normal seperti biasa, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. 

WHO sudah menegaskan bahwa pandemi ini akan berlangsung lama.  Bisa dalam hitungan bulan.  Bisa juga dalam hitungan tahun.  Dengan kebebalan hakiki yang dimiliki oleh manusia-manusia bebal di Indonesia ini, aku rasa prosesnya akan menjadi lebih lama lagi.  Itu sebabnya Presiden Jokowi sudah mengingatkan kita untuk mulai “Berdamai dengan virus”.  Salah satunya ya mungkin karena kebebalan rakyatnya.  Orang Indonesia semakin dilarang akan semakin penasaran.  Semakin dilarang semakin besar keinginannya untuk melanggar peraturan.  Peraturan itu ada memang untuk dilanggar, bukankah demikian?

Berdamai dengan virus artinya ya kita mau tidak mau harus menghadapi situasi ini dengan besar hati.  Meskipun tidak bisa menghilangkan keberadaan Covid-19, minimal kita bisa kembali hidup normal dengan cara mencegah penularan dan mulai menjalankan hidup sehat itu tadi.  Keluar rumah seperlunya, selalu menjaga jarak, selalu pakai masker, sering cuci tangan dan mulai mengonsumsi makanan yang bergizi.  Bagaimana pun juga kegiatan mencari nafkah harus tetap berjalan. Roda perekonomian harus tetap bergerak jika tidak mau hidup kita tidak karuan.  Hidup kita mungkin tidak akan bisa seperti dulu.  Tapi minimal kita bisa berjuang untuk kembali beraktifitas seperti biasanya, tentu saja dengan kebiasaan dan kehidupan yang baru.  Tetap menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah Covid-19 menulari kita dan kita menularkan kepada orang lainnya.

Kepada diriku sendiri, kepada anak-anakku, kepada suami, kepada keluargaku, aku selalu mengingatkan, jangan sampai kami menjadi bagian dari manusia bebal.  Meskipun tidak bisa membantu pemerintah dalam hal yang besar, minimal ada hal yang bisa kami lakukan untuk menghambat peredaran Covid-19 ini dengan cara seperti di atas tadi.  Hidup hanya sekali.  Sebaiknya diisi dengan hal yang bermanfaat untuk orang lain, bukan malah menjadi penyakit untuk orang lain.

#20 May 2020
#staysafe
#stayathome
Label:
0 Responses