Manusia
bebal! Mungkin hanya itu yang bisa
kusampaikan. Melihat kebebalan manusia
dalam berbagai tingkatan ini sungguh membuatku muak. Bebal menurut KBBI adalah: sukar mengerti; tidak cepat menanggapi sesuatu
(tidak tajam pikiran); bodoh. Sedangkan
kebebalan sendiri berarti: kebodohan.
Bagaimana tidak bebal. Sudah
berulangkali, ratusan, ribuan bahkan jutaaan kali dihimbau, diingatkan, untuk
mematuhi protokol pencegahan Covid-19 ya tetap juga membandel. Tetap tidak dilakukan. Kalau pun dilakukan harus dengan
paksaan. Padahal hanya diminta untuk
jaga jarak, pakai masker dan cuci tangan.
Hanya itu! Tapi yang namanya
manusia bebal, meskipun dihimbau berulang kali dia akan tetap maunya
sendiri. Mau menangnya sendiri. Hanya dia saja yang benar. Berbagai macam alasan dilontarkan untuk
membenarkan kelakuannya yang bodoh.
Itulah orang bebal!
Beberapa hari ini aku
secara pribadi dikejutkan dengan kelakuan-kelakuan manusia bebal ini. Ada yang antri berdesak-desakan di bandara
meskipun sudah ada larangan mudik. Tidak ada jarak. Tidak ada rasa takut untuk tertular virus di
tengah kerumunan dan kepadatan antrean seperti itu. Ada
yang berlomba-lomba menuju mall untuk belanja baju lebaran meskipun tahun
ini bakalan tidak bisa merayakan lebaran
secara normal. Mumpung terima THR,
sekalian belanja kebutuhan lebaran.
Mumpung terima BLT, ayo kita belanjakan.
Sudah lupa dengan keluh kesah tentang nasibnya yang kere beberapa waktu sebelumnya ketika diminta tinggal di rumah dan
akan mendapatkan Bansos dari pemerintah.
Sudah lupa wajah memelas dan berbagai macam cara yang dipayakan hanya
untuk mendapatkan bansos. Semua sudah
lupa. Yang teringat hanyalah, mall sudah
buka, itu berarti sudah bisa beraktifitas seperti biasa.
Para manusia bebal ini
mungkin tidak pernah membaca, melihat atau mengikuti berita, bahwa per tanggal
19 Mei 2020 kemarin, Covid-19 sudah memakan korban hampir sembilan belas ribuan
orang (18.496). Sudah seribu lebih yang
meninggal dan dua belas ribuan orang yang masih harus berjibaku menunggu
kesembuhan. Data menunjukkan korban
semakin bertambah dan bukan berkurang.
Itu semua menunjukkan bahwa masih ada banyak orang yang tidak mau patuh menjalankan
protokol kesehatan dan cenderung memilih untuk menjadi orang bebal. Disuruh diam di rumah kalau tidak penting
sekali, eh, malah nongkrong-nongkrong di warung main gaple. Diminta untuk jaga
jarak malah seolah menantang dengan berduyun-duyun pergi ke mall hanya untuk
sekedar memuaskan nafsu belanja. Diminta
untuk tidak mudik karena beresiko untuk keluarganya yang di kampung tetap nekad
dengan berbagai macam cara. Diminta
untuk pakai masker malah ngeyel
karena merasa sehat-sehat saja. Diminta sering-sering cuci tangan lebih suka
membantah daripada menjalankkannya.
Kehidupan tetap berjalan normal seperti biasa, seolah-olah tidak pernah
terjadi apa-apa.
WHO sudah menegaskan
bahwa pandemi ini akan berlangsung lama.
Bisa dalam hitungan bulan. Bisa
juga dalam hitungan tahun. Dengan
kebebalan hakiki yang dimiliki oleh manusia-manusia bebal di Indonesia ini, aku
rasa prosesnya akan menjadi lebih lama lagi.
Itu sebabnya Presiden Jokowi sudah mengingatkan kita untuk mulai
“Berdamai dengan virus”. Salah satunya
ya mungkin karena kebebalan rakyatnya.
Orang Indonesia semakin dilarang akan semakin penasaran. Semakin dilarang semakin besar keinginannya
untuk melanggar peraturan. Peraturan itu
ada memang untuk dilanggar, bukankah demikian?
Berdamai dengan virus
artinya ya kita mau tidak mau harus menghadapi situasi ini dengan besar hati. Meskipun tidak bisa menghilangkan keberadaan
Covid-19, minimal kita bisa kembali hidup normal dengan cara mencegah penularan
dan mulai menjalankan hidup sehat itu tadi.
Keluar rumah seperlunya, selalu menjaga jarak, selalu pakai masker,
sering cuci tangan dan mulai mengonsumsi makanan yang bergizi. Bagaimana pun juga kegiatan mencari nafkah
harus tetap berjalan. Roda perekonomian harus tetap bergerak jika tidak mau hidup
kita tidak karuan. Hidup kita mungkin tidak akan bisa seperti
dulu. Tapi minimal kita bisa berjuang
untuk kembali beraktifitas seperti biasanya, tentu saja dengan kebiasaan dan
kehidupan yang baru. Tetap menjalankan
protokol kesehatan untuk mencegah Covid-19 menulari kita dan kita menularkan
kepada orang lainnya.
Kepada diriku sendiri,
kepada anak-anakku, kepada suami, kepada keluargaku, aku selalu mengingatkan,
jangan sampai kami menjadi bagian dari manusia bebal. Meskipun tidak bisa membantu pemerintah dalam
hal yang besar, minimal ada hal yang bisa kami lakukan untuk menghambat
peredaran Covid-19 ini dengan cara seperti di atas tadi. Hidup hanya sekali. Sebaiknya diisi dengan hal yang bermanfaat
untuk orang lain, bukan malah menjadi penyakit untuk orang lain.
#20
May 2020
#staysafe
#stayathome