Selamat
pagi! Ayo gembira di hari Senin yang
tidak kenal suasana hati. Tetap semangat
cuci tangan, pakai masker dan....jaga jarak, coi! Rasanya aku tidak akan pernah bosan untuk
mengatakan dan mengingatkan hal ini.
Bagiku ini adalah cara yang paling sederhana, yang bisa dilakukan untuk
mencegah penyebaran Covid-19. Ketiga
kegiatan tersebut berlaku dan ditujukan kepada siapa saja, notabene kepada diri
sendiri yang sungguh serius memulai New
Normal di Batam pada hari ini.
Senin yang biasanya kuhindari
karena kuanggap hari paling membosankan, sekarang harus kuhadapi dengan penuh
keceriaan. Aura Senin yang tidak
menyenangkan, pelahan tapi pasti, ingin kuubah menjadi aura yang menyenangkan,
minimal untuk diri sendiri. Jadi, jangan heran kalau pagi-pagi aku sudah
bangun, menyeruput kopi bersama suami, dan mulai membereskan apa-apa yang harus
dibereskan hari ini. Tentu saja semua
dimulai dengan ketawa, supaya semangat menyambut New Normal hari ini bisa menular kepada siapa saja.
Cerita hari ini dimulai dari
angkutan kota yang terlihat masih sepi penumpang. Padahal sudah New Normal. Tapi jumlah
penumpang masih sekitaran 3-4 penumpang saja sekali narik. Meskipun demikian, mas sopir angkot yang
biasa ngetem di pinggir jalan depan
perumahan, masih terlihat begitu bersemangat.
Tidak nampak wajah putus asa atau hilang harapan. Mungkin karena dilihatnya angkutan yang lain
pun demikian adanya. Sama-sama- sepi
penumpang. Jadi terima saja rezeki yang
ada di hadapan mata. Mau dua atau tiga
orang tidak masalah. Siapa tahu nanti
ada gantinya.
Dan saya yang sejatinya serba baperan ini, sibuk berdoa dalam hati
sepanjang perjalanan. Memohon kepada
Tuhan, supaya adalah tambahan penumpang meskipun hanya satu atau dua
orang. Kasihan saya melihat mas sopir
yang bahkan tidak terdengar pernah mengeluh itu. Satu-satunya keluhan yang saya dengar
belakangan hanyalah betapa susah mengakses sistem pendaftaran sekolah lewat
internet. “Macet-macet terus, mbak!”
begitu katanya. “Bingung aku arep kepiye maneh iki.
Wong teko ning sekolah ora oleh,” sambungnya lagi.
Iya juga sih, pasti mumet jadi orangtua zaman pandemi corona
ini. Soalnya saya sudah merasakan
sendiri. Kegiatan anak sekolah dan
kegiatan lain yang biasanya dilakukan dengan cara tatap muka sekarang harus
serba online. Kegiatan online otomatis harus
punya kuota internet. Minimal harus cari
wifi gratisan jika tidak punya wifi sendiri apalagi kuota. Harus punya handphone android karena model
handphone jadul tidak akan bisa untuk
mengakses semua program yang ada. Belum
lagi problem server yang lelet dan lemot saat diakses. Semua itu selain membuat stres bertambah juga
membuat biaya hidup membengkak. Mau
dijalani kok susah, mau tidak dijalani lebih susah lagi. Keadaan memang menuntut untuk demikian. Mau tidak mau, suka tidak suka tetap harus
diikuti. Kalau tidak ya siap-siaplah
menjadi manusia tertinggal.
“Ya yang sabar, mas. Siapa tahu
servernya memang lagi lemot. Dicoba-coba
saja terus. Siapa tahu bisa,” aku
mencoba menghibur. Padahal kalau aku
sendiri yang mengalami pasti sudah emosi tingkat dewa juga.
Sepanjang perjalanan pikiran
terus melayang-layang. Aku membayangkan,
di luar sana pasti banyak juga orang seperti mas-mas angkot ini. Harus berjuang keras mengais nafkah demi keluarga,
di tengah pandemi virus corona. Alangkah
berat perjuangan mereka. Alangkah berat
perjuangan kami para pekerja. Rasa takut
terhadap virus dikalahkan dengan ketakutan tidak bisa memberi makan
keluarga. Apapun resikonya, periuk nasi
adalah yang utama. Hanya saja sekarang
protokolnya sudah jelas: rajin cuci tangan, pakai masker dan selalu jaga jarak!
Meskipun sudah masuk new normal, tapi faktanya virus tidak
akan cepat pergi. Update per tanggal 15 Juni 2020 saja jumlah yang terkonfirmasi
positif sudah 39.294 orang. Bagaimana
dengan besok, lusa atau hari-hari berikutnya?
Secara pribadi aku tidak yakin, bahwa semua ini akan cepat
berakhir. Bisa jadi sampai tahun depan
situasi akan tetap seperti ini, terutama dengan masih banyaknya pola pikir yang
meremehkan keberadaan virus corona itu sendiri.
Dengan kebebalan-kebebalan yang tidak bisa berhenti, penyebaran virus
akan semakin tinggi.
Semoga di hari pertama new
normal, banyak orang mendapatkan pencerahan, untuk bisa menjaga diri
sendiri. Rajin cuci tangan, pakai masker
dan jaga jarak. Tidak egois dan
mementingkan diri sendiri. Seandainya
kita enggan ikut membantu program pemerintah dalam mengatasi hal ini, minimal kita membantu diri sendiri, keluarga
sendiri, dan orang-orang terdekat di sekitar kita, untuk tidak menjadi pelaku
penyebaran virus.
#Senin-15
Juni 2020
#staysafe
#stayhealthy