Martina Felesia
Selamat pagi!  Ayo gembira di hari Senin yang tidak kenal suasana hati.  Tetap semangat cuci tangan, pakai masker dan....jaga jarak, coi!  Rasanya aku tidak akan pernah bosan untuk mengatakan dan mengingatkan hal ini.  Bagiku ini adalah cara yang paling sederhana, yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19.   Ketiga kegiatan tersebut berlaku dan ditujukan kepada siapa saja, notabene kepada diri sendiri yang sungguh serius memulai New Normal di Batam pada hari ini.

Senin yang biasanya kuhindari karena kuanggap hari paling membosankan, sekarang harus kuhadapi dengan penuh keceriaan.  Aura Senin yang tidak menyenangkan, pelahan tapi pasti, ingin kuubah menjadi aura yang menyenangkan, minimal untuk diri sendiri. Jadi, jangan heran kalau pagi-pagi aku sudah bangun, menyeruput kopi bersama suami, dan mulai membereskan apa-apa yang harus dibereskan hari ini.  Tentu saja semua dimulai dengan ketawa, supaya semangat menyambut New Normal hari ini bisa menular kepada siapa saja.

Cerita hari ini dimulai dari angkutan kota yang terlihat masih sepi penumpang.  Padahal sudah New Normal.  Tapi jumlah penumpang masih sekitaran 3-4 penumpang saja sekali narik.  Meskipun demikian, mas sopir angkot yang biasa ngetem di pinggir jalan depan perumahan, masih terlihat begitu bersemangat.  Tidak nampak wajah putus asa atau hilang harapan.  Mungkin karena dilihatnya angkutan yang lain pun demikian adanya.  Sama-sama- sepi penumpang.  Jadi terima saja rezeki yang ada di hadapan mata.  Mau dua atau tiga orang tidak masalah.  Siapa tahu nanti ada gantinya.

Dan saya yang sejatinya serba baperan ini, sibuk berdoa dalam hati sepanjang perjalanan.  Memohon kepada Tuhan, supaya adalah tambahan penumpang meskipun hanya satu atau dua orang.  Kasihan saya melihat mas sopir yang bahkan tidak terdengar pernah mengeluh itu.  Satu-satunya keluhan yang saya dengar belakangan hanyalah betapa susah mengakses sistem pendaftaran sekolah lewat internet. “Macet-macet terus, mbak!” begitu katanya.  Bingung aku arep kepiye maneh iki.  Wong teko ning sekolah ora oleh,” sambungnya lagi. 

Iya juga sih, pasti mumet jadi orangtua zaman pandemi corona ini.  Soalnya saya sudah merasakan sendiri.  Kegiatan anak sekolah dan kegiatan lain yang biasanya dilakukan dengan cara tatap muka sekarang harus serba online.  Kegiatan online otomatis harus punya kuota internet.  Minimal harus cari wifi gratisan jika tidak punya wifi sendiri apalagi kuota.  Harus punya handphone android karena model handphone jadul tidak akan bisa untuk mengakses semua program yang ada.  Belum lagi problem server yang lelet dan lemot saat diakses.  Semua itu selain membuat stres bertambah juga membuat biaya hidup membengkak.  Mau dijalani kok susah, mau tidak dijalani lebih susah lagi.  Keadaan memang menuntut untuk demikian.  Mau tidak mau, suka tidak suka tetap harus diikuti.  Kalau tidak ya siap-siaplah menjadi manusia tertinggal.

Ya yang sabar, mas.  Siapa tahu servernya memang lagi lemot.  Dicoba-coba saja terus.  Siapa tahu bisa,” aku mencoba menghibur.  Padahal kalau aku sendiri yang mengalami pasti sudah emosi tingkat dewa juga.

Sepanjang perjalanan pikiran terus melayang-layang.  Aku membayangkan, di luar sana pasti banyak juga orang seperti mas-mas angkot ini.  Harus berjuang keras mengais nafkah demi keluarga, di tengah pandemi virus corona.  Alangkah berat perjuangan mereka.  Alangkah berat perjuangan kami para pekerja.  Rasa takut terhadap virus dikalahkan dengan ketakutan tidak bisa memberi makan keluarga.  Apapun resikonya, periuk nasi adalah yang utama.  Hanya saja sekarang protokolnya sudah jelas: rajin cuci tangan, pakai masker dan selalu jaga jarak!

Meskipun sudah masuk new normal, tapi faktanya virus tidak akan cepat pergi.  Update per tanggal 15 Juni 2020 saja jumlah yang terkonfirmasi positif sudah 39.294 orang.  Bagaimana dengan besok, lusa atau hari-hari berikutnya?  Secara pribadi aku tidak yakin, bahwa semua ini akan cepat berakhir.  Bisa jadi sampai tahun depan situasi akan tetap seperti ini, terutama dengan masih banyaknya pola pikir yang meremehkan keberadaan virus corona itu sendiri.  Dengan kebebalan-kebebalan yang tidak bisa berhenti, penyebaran virus akan semakin tinggi. 

Semoga di hari pertama new normal, banyak orang mendapatkan pencerahan, untuk bisa menjaga diri sendiri.  Rajin cuci tangan, pakai masker dan jaga jarak.  Tidak egois dan mementingkan diri sendiri.  Seandainya kita enggan ikut membantu program pemerintah dalam mengatasi hal ini,  minimal kita membantu diri sendiri, keluarga sendiri, dan orang-orang terdekat di sekitar kita, untuk tidak menjadi pelaku penyebaran virus.

#Senin-15 Juni 2020
#staysafe
#stayhealthy
Label:
0 Responses