S |
elamat
pagi! Merayakan Selasa yang syahdu
dengan secangkir kopi dan sepotong tahu isi. Baru saja akan mulai berjemur ketika mendung
gelap tiba-tiba datang dan mendatangkan hujan.
Terpaksa harus bernaung di dalam ruangan demi menyelamatkan diri dari
kebasahan. Alhasil acara berjemur hari
ini harus terkendala gara-gara hujan.
Tapi tidak apa-apa. Ada alasan
untuk ngopi lagi di pagi hari. Pertama
tadi di rumah. Subuh-subuh sembari
memasak. Sekarang di kantor, jam sepuluh
pagi menjelang siang.
Apa sih nikmatnya ngopi? Sering orang bertanya demikian. Jujur saja aku juga tidak tahu. Ngopi itu semacam kenikmatan yang tidak asoi
kalau tidak diulang-ulang. Padahal
rasanya ya gitu-gitu saja. Pahit
manis. Seperti kehidupan. Ada pahitnya sekaligus ada manisnya. Jadi tidak membosankan. Kalau pahit terus pasti bikin mumet.
Kalau manis terus bisa bikin diabetes.
Yang jelas kenikmatan ngopi itu tidak bisa diungkapkan dengan
kata-kata. Hanya bisa dinikmati tanpa
harus mati gaya.
Dulu sekali aku bukan pencinta
kopi. Baru melihat saja aku sudah tidak
berminat. Rasanya aneh saja harus minum
minuman hitam pekat dengan tambahan kata-kata “enak diminum pas panas-panas”. Hanya gara-gara pernah ngumpul dengan
gerombolan pengopi jauh di Bandung sana, ujung-ujungnya malah jadi ketagihan
sampai saat ini. Minimal sekarang dua
kali sehari harus ngopi. Kalau tidak
ngopi serasa ada yang kurang. Hanya saja
porsi kopinya harus agak dikurangi supaya tidak terlalu lekat di lidah. Menurutku sih kopi encer sih boleh-boleh
saja. Bisa bikin berkali-kali kalau
encer mah....hahaha.
Hari ini, di Selasa yang seharian
ini terasa melow, aku sempatkan untuk
menulis lagi. Di luar masih mendung
meskipun sudah menjelang pulang. Semoga
banyak jiwa berbahagia dalam menjalani hidupnya hari ini. Mungkin ada yang kurang puas dengan
hasilnya. Mungkin juga ada yang sudah
mendapatkan kepuasan lebih. Bisa jadi
ada juga yang belum bisa menerima kondisi terkini, bisa jadi juga sudah ada
yang berikhlas hati. Bagaimanapun
sulitnya hidup sekarang ini, semua toh harus dijalani. Yang terpenting adalah adanya penerimaan akan
apa yang terjadi dan adanya harapan dalam menjalani hidup itu. Selagi ada harapan, kesulitan sebesar apa pun
pasti akan bisa diatasi.
New
Normal hari kedua di kotaku mulai menunjukkan
geliatnya. Beberapa pusat perbelanjaan
sudah dibuka kembali dan mulai menjalankan kegiatan seperti biasanya. Mall, cafe, kedai kopi, tempat ibadah, sudah
mulai bisa dikunjungi. Kegiatan yang
sama seperti keadaan sebelum pandemi berlangsung. Hanya saja beda penampilan saja. Yang jelas harus mengikuti protokol
kesehatan. Cek suhu, pakai masker, dan jaga
jarak. Belajar disiplin demi suatu
tatanan hidup yang lebih baik dan lebih sehat.
Bagaimanapun belum diketahui
secara pasti kapan pandemi ini akan berakhir.
Bisa cepat, bisa lambat. Itu
semua tergantung kepada kita sebagai pelaksana di lapangan. Ketertiban dan kedisiplinan kita dalam
mengikuti arahan pemerintah untuk mencegah penularan yang lebih besar menjadi
titik kunci yang utama. Selagi kita meremehkan dan menyepelekan keberadaan
pandemi ini, niscaya situasi dan kondisi seperti ini akan berlangsung lama.
Aku sendiri terus terang masih paranoid untuk kelayapan
kemana-mana. Aktivitas sehari-hari hanya
berkutat pada berangkat dan pulang kerja.
Masih takut makan di luar, itu sebabnya selalu bawa bekal dari
rumah. Masih serem mau ikut-ikutan jalan
ke mall, jadi lebih memilih untuk duduk manis di rumah bersama keluarga. Dua hari sekali meluangkan waktu untuk
berolah raga meskipun tidak hobi. Semua
demi kondisi kesehatan yang prima, agar tidak mudah tertular penyakit. Semua hal-hal kecil tadi, menurutku sangat
membantu. Tidak apa-apa seandainya harus
diam di rumah terus. Tidak masalah
kehilangan kesempatan uuntuk jalan-jalan.
Intinya sekaranag ini keselamatan adalah yang utama.
New Normal bukan berarti virus
sudah menghilang. New normal adalah
situasi di mana virus belum tahu kapan akan berhenti, sementara hidup harus
terus dilanjutkan. Roda perekonomian
tidak boleh mati. Kegiatan mencari
nafkah tidak mungkin dilakukan dengan hanya duduk di rumah saja. Semua bisa dilakukan seperti biasa, dengan
cara yang berbeda. Jika sebelumnya malas
cuci tangan sekarang harus dibiasakan cuci tangan sesering mungkin. Jika kemarin tidak biasa pakai masker,
sekarang harus dibiasakan meskipun masih sering pengap terasa. Jika dulu tidak bisa hidup jika tidak
bertemu, sekarang harus mengurangi pertemuan.
That’s all! New Normal. Kenormalan yang baru. Selamat menjalaninya dengan hati gembira dan
semangat berkobar!
#Selasa-16
Juni 2020
#Sehatselalu