Martina Felesia
S
elamat pagi!  Merayakan Selasa yang syahdu dengan secangkir kopi dan sepotong tahu isi.   Baru saja akan mulai berjemur ketika mendung gelap tiba-tiba datang dan mendatangkan hujan.  Terpaksa harus bernaung di dalam ruangan demi menyelamatkan diri dari kebasahan.  Alhasil acara berjemur hari ini harus terkendala gara-gara hujan.  Tapi tidak apa-apa.  Ada alasan untuk ngopi lagi di pagi hari.  Pertama tadi di rumah.  Subuh-subuh sembari memasak.  Sekarang di kantor, jam sepuluh pagi menjelang siang.

Apa sih nikmatnya ngopi?  Sering orang bertanya demikian.  Jujur saja aku juga tidak tahu.  Ngopi itu semacam kenikmatan yang tidak asoi kalau tidak diulang-ulang.  Padahal rasanya ya gitu-gitu saja.  Pahit manis.  Seperti kehidupan.  Ada pahitnya sekaligus ada manisnya.  Jadi tidak membosankan.  Kalau pahit terus pasti bikin mumet.  Kalau manis terus bisa bikin diabetes.  Yang jelas kenikmatan ngopi itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.  Hanya bisa dinikmati tanpa harus mati gaya.

Dulu sekali aku bukan pencinta kopi.  Baru melihat saja aku sudah tidak berminat.  Rasanya aneh saja harus minum minuman hitam pekat dengan tambahan kata-kata “enak diminum pas panas-panas”.  Hanya gara-gara pernah ngumpul dengan gerombolan pengopi jauh di Bandung sana, ujung-ujungnya malah jadi ketagihan sampai saat ini.  Minimal sekarang dua kali sehari harus ngopi.  Kalau tidak ngopi serasa ada yang kurang.  Hanya saja porsi kopinya harus agak dikurangi supaya tidak terlalu lekat di lidah.  Menurutku sih kopi encer sih boleh-boleh saja.  Bisa bikin berkali-kali kalau encer mah....hahaha.

Hari ini, di Selasa yang seharian ini terasa melow, aku sempatkan untuk menulis lagi.  Di luar masih mendung meskipun sudah menjelang pulang.  Semoga banyak jiwa berbahagia dalam menjalani hidupnya hari ini.  Mungkin ada yang kurang puas dengan hasilnya.  Mungkin juga ada yang sudah mendapatkan kepuasan lebih.  Bisa jadi ada juga yang belum bisa menerima kondisi terkini, bisa jadi juga sudah ada yang berikhlas hati.  Bagaimanapun sulitnya hidup sekarang ini, semua toh harus dijalani.  Yang terpenting adalah adanya penerimaan akan apa yang terjadi dan adanya harapan dalam menjalani hidup itu.  Selagi ada harapan, kesulitan sebesar apa pun pasti akan bisa diatasi.

New Normal hari kedua di kotaku mulai menunjukkan geliatnya.  Beberapa pusat perbelanjaan sudah dibuka kembali dan mulai menjalankan kegiatan seperti biasanya.  Mall, cafe, kedai kopi, tempat ibadah, sudah mulai bisa dikunjungi.  Kegiatan yang sama seperti keadaan sebelum pandemi berlangsung.  Hanya saja beda penampilan saja.  Yang jelas harus mengikuti protokol kesehatan.  Cek suhu, pakai masker, dan jaga jarak.  Belajar disiplin demi suatu tatanan hidup yang lebih baik dan lebih sehat. 

Bagaimanapun belum diketahui secara pasti kapan pandemi ini akan berakhir.  Bisa cepat, bisa lambat.  Itu semua tergantung kepada kita sebagai pelaksana di lapangan.  Ketertiban dan kedisiplinan kita dalam mengikuti arahan pemerintah untuk mencegah penularan yang lebih besar menjadi titik kunci yang utama.  Selagi  kita meremehkan dan menyepelekan keberadaan pandemi ini, niscaya situasi dan kondisi seperti ini akan berlangsung lama.

Aku sendiri terus terang masih paranoid untuk kelayapan kemana-mana.  Aktivitas sehari-hari hanya berkutat pada berangkat dan pulang kerja.  Masih takut makan di luar, itu sebabnya selalu bawa bekal dari rumah.  Masih serem mau ikut-ikutan jalan ke mall, jadi lebih memilih untuk duduk manis di rumah bersama keluarga.  Dua hari sekali meluangkan waktu untuk berolah raga meskipun tidak hobi.  Semua demi kondisi kesehatan yang prima, agar tidak mudah tertular penyakit.  Semua hal-hal kecil tadi, menurutku sangat membantu.  Tidak apa-apa seandainya harus diam di rumah terus.   Tidak masalah kehilangan kesempatan uuntuk jalan-jalan.  Intinya sekaranag ini keselamatan adalah yang utama. 

New Normal bukan berarti virus sudah menghilang.  New normal adalah situasi di mana virus belum tahu kapan akan berhenti, sementara hidup harus terus dilanjutkan.  Roda perekonomian tidak boleh mati.  Kegiatan mencari nafkah tidak mungkin dilakukan dengan hanya duduk di rumah saja.  Semua bisa dilakukan seperti biasa, dengan cara yang berbeda.  Jika sebelumnya malas cuci tangan sekarang harus dibiasakan cuci tangan sesering mungkin.  Jika kemarin tidak biasa pakai masker, sekarang harus dibiasakan meskipun masih sering pengap terasa.  Jika dulu tidak bisa hidup jika tidak bertemu, sekarang harus mengurangi pertemuan.  That’s all!  New Normal.  Kenormalan yang baru.  Selamat menjalaninya dengan hati gembira dan semangat berkobar!

#Selasa-16 Juni 2020
#Sehatselalu
Label:
0 Responses