Martina Felesia
Seperti rencana  sebelumnya, program satu hari satu tulisan tetap harus dijalankan.  Tidak mudah memang, karena harus berbagi waktu dengan kegiatan lainnya.  Tapi apa mau dikata.  Yang namanya program ya tetap harus dijalankan biarpun tersendat-sendat tak beraturan.  Tidak bisa satu hari satu tulisan ya tidak masalah.  Yang penting keinginan itu ada dan sudah diprogramkan.

Sebenarnya menulis itu tidak semudah seperti yang diomongkan.  Terkadang keinginan menulis ada tapi ide tiada.  Terkadang ide ada tapi waktu untuk melaksanakan susahnya luar biasa.  Jadi, sekiranya ada waktu, ada ide atau tidak ada ide menulis sajalah.  Tidak perlu berpikir mau menulis tentang apa.  Yang penting tulislah apa yang kau pikirkan, kau rasakan, atau kau inginkan.  Tanpa disadari, semuanya akan mengalir begitu saja.

Hari Sabtu di akhir pekan.  Cita-citanya ingin bangun siang-siang.  kenyataannya malah terjaga pagi-pagi.  Setelah sejenak menemani ngopi yang tercinta sebelum dia berangkat kerja, akhirnya saya putuskan untuk tidur lagi.  Tapi hujan tak juga membantu untuk memejamkan mata.  Akhirnya toh harus bangun, bergerak, membantu si Bungsu menyiapkan sarapan pagi.  Sesudahnya lanjut dengan merilekskan diri sendiri dengan belajar bahasa Jepang dari internet.

Beberapa hari lalu ada yang bertanya emangnya saya  mau ke pergi Jepang kok belajar bahasa Jepang.  Saya hanya tertawa ngakak.  Emang kalau belajar bahasa harus pergi ke negara asalnya ya, saya balik bertanya.  Sejak SD saya belajar bahasa Inggris dan belum pernah sekalipun pergi ke Inggris.  Kali ini belajar bahasa Jepang karena sedang kepingin saja.  Ingin belajar sesuatu yang lain.  Belajar menulis dan membaca Hiragana Katagana.  Susah pastinya.   Tapi melihat progresnya sejauh ini lumayan juga.  Minimal aku sudah bisa menulis dan membaca huruf Hiragana.  Titik.  Tinggal menunggu bosan atau tidak bosan saja sebagai lanjutannya.
 
Dari pengalaman belajar bahasa Jepang beberapa minggu ini ada beberapa hal yang bisa saya pelajari:
 
1.  Jangan Kemaruk (Serakah)
Belajar bahasa yang baru pada saat usia menjelang setengah abad itu adalah sesuatu banget.  Apalagi kalau belajar suatu bahasa yang penulisan hurufnya bukan alphabet biasa.  Itu biasanya lebih rumit dan memabukkan.  Jadi belajarlah sedikit demi sedikit dulu, jangan kemaruk.   Terkadang keinginan untuk cepat bisa membuat kita jadi kemaruk, serakah.  Ingin cepat-cepat menguasai semuanya.  Dengan belajar sabar dari hal-hal kecil, perlahan tapi pasti kita akan bisa menguasainya, meskipun dari huruf yang sangat mendasar sekali.

2.  Harus Konsisten
Saya belajar menggunakan program Duolingo dari handphone.  Jadi selalu diingatkan kapan waktunya harus belajar dan kapan harus mencapai target. Kekonsistenan akan membantu daya ingat.  Jika setiap hari pelajaran itu diulang-ulang secara rutin, maka tidak ada hal yang tidak bisa dilakukan.
 
3.  Jangan Menyerah
Meskipun susah, tapi belajar itu bukan sesuatu yang tabu, yang susah sekali sampai tidak ada solusinya.  Yang jelas kalau capek berhenti dulu.  Istirahat, tarik nafas.  Tapi bukan berarti menyerah.  Apa yang sudah dimulai harus bisa diselesaikan.  Jangan karena merasa susah terus menyerah begitu saja.  Itu namanya cemen.  Menyerah sebelum bertanding.
 
4.  Ingat Umur
Apapun masalahnya, umur memang tidak bisa dibohongi.  Jika daya ingat kita terasa jauh lebih lemot dibandingkan zaman muda dulu itu adalah hal yang biasa.  Namanya juga sudah menjelang tua.  Disyukuri sajalah.  Yang penting tetap ada usaha untuk selalu belajar sesuatu yang baru.  Tidak perlu ngebut-ngebut, nanti jantungan.  

Nah, itu saja sebenarnya.  Anggap saja ini sebagai pemanasan dalam rangka mencegah kepikunan.  Dengan belajar menulis, membaca, mengingat, sedikit banyak menjadi ajang latihan untuk tetap aktif dan produktif dalam menjalani hidup.  Kalau ada yang mau mensponsori pergi ke Jepang ya monggo-monggo saja.  Yang jelas saya akan tetap belajar dengan senang dan gembira, karena belajarnya juga bukan karena dikejar-kejar guru atau orangtua.  Jadi, tunggu apalagi.  Ayo belajar!
Label:
0 Responses