Gara-gara korona banyak orangtua yang mengeluh tentang bagaimana sulitnya mengawasi anak-anak mereka yang belajar secara daring dari rumah. Kalau biasanya hampir sepanjang hari anak-anak berada di sekolah, kali ini anak-anak harus belajar dari rumah di bawah pengawasan orangtua. Dan itu semua, mungkin bagi sebagian orang sungguh hal yang sangat merepotkan dan menyusahkan. Sudah bayar sekolah full, progres belajar mengajar pun masih harus merepotkan orangtuanya.
Untuk saya pribadi, belajar daring atau tidak daring itu bukan sesuatu yang luar biasa. Sebelum ini pun saya adalah penanggung jawab penuh untuk urusan belajar anak-anak saya. Meskipun saya bekerja, dan mereka sekolah, tetapi mereka masih tetap bisa belajar bersama saya. Dari dulu, waktu anak-anak baru mulai sekolah, sampai sekarang ini, saya selalu berusaha untuk melakukan pendampingan belajar secara penuh. Pembantu pagi datang dan sore pulang. Jadi sebisa mungkin, saya berusaha selalu ada untuk anak-anak ketika diperlukan
Bersyukur karena pada saat diputuskan untuk sekolah online atau daring seperti sekarang ini, anak-anak sudah besar-besar. Sudah bisa ditinggal sepenuhnya karena sekarang pembantu tidak bisa stay setiap hari. Hanya dua kali dalam seminggu datang ke rumah. Jadi, saya pun harus rajin memonitor mereka di sela-sela pekerjaan, dan memantau apakah mereka bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan benar. Selain itu, dengan hati-hati dan sungguh-sungguh saya minta pengertian mereka tentang situasi dan kondisi yang sekarang terjadi. Tentang adanya ancaman virus yang tidak boleh dipandang sebelah mata sehingga mereka harus belajar dan tinggal di rumah saja. Tidak bisa kemana-mana. Saya tekankan bahwa belajar di rumah bukan berarti liburan di rumah. Meskipun kondisi bisa lebih santai karena tidak harus mengenakan seragam pada saat pelajaran, tapi ini adalah proses belajar seperti biasa, hanya saja harus dilakukan dari rumah. Jadi, betah tidak betah, ya harus tetap betah belajar dari rumah dan menahan diri untuk tidak kemana-mana, demi memutus mata rantai penularan Covid-19.
Ini pengalaman saya. Bukan berarti saya menafikkan keluarga-keluarga lain di luar sana yang memang sungguh kesulitan dalam melakukan pendampingan belajar untuk anak-anaknya. Seringkali saya juga membayangkan bapak ibu dengan pengetahuan dan modal serba terbatas, harus mengajarkan hal-hal yang biasa diajarkan oleh guru-guru anaknya. Iya kalau mereka tahu dan bisa, kalau mereka memang benar-benar tidak tahu dan tidak bisa bagaimana? Saya saja sering merasa kesulitan dan terbeban dengan banyaknya tugas yang ada, bagaimana dengan mereka yang serba terbatas dalam memperoleh akses segala-galanya? Ah, memang serba memusingkan. Pandemi ini memang membuat semuanya serba pusing dan pening. Orangtua pusing, guru-guru pening, para siswa apalagi. Jadi, menurut saya, segala gerutu dan keluhan tidak diperlukan lagi. Semua orang harus menerima kondisi yang sekarang ada dengan ikhlas dan pasrah. Berharap segala sesuatunya segera berakhir secepatnya.
Belajar daring ini memang merepotkan. Tapi memaksakan diri agar anak-anak belajar di sekolah dalam kondisi seperti ini juga membahayakan. Saya lebih suka repot dan bersusah payah mendampingi anak-anak belajar di rumah, daripada membiarkan mereka masuk ke dalam bahaya dengan membiarkan mereka masuk sekolah. Kerepotan dan kepenatan bisa diganti, tetapi kesehatan dan nyawa anak-anak tidak bisa tergantikan. Jangan berani menantang maut yang tidak kelihatan. Tetapi belajarlah berdamai dengan kenyataan!