Pernah nggak sih punya teman yang hobinya basa-basi doang? Di depan kita baik, biar dianggap baik. Aslinya suka menikam dari belakang. Kalau perlu menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Bukan dengan berangasan, tetapi dengan sikap lemah lembut biar tidak kelihatan belangnya. Padahal diam-diam mau juga dia menjatuhkan sesama teman, biar kelihatan paling the best. Apa kata lainnya dari orang yang suka mengadu, tapi seperti tidak mengadu?
Memang ada orang yang kita pikir kita kenal baik, tetapi ternyata belum kita kenal sebaik perkiraan kita. Ujung-ujungnya kita sendiri yang kaget. Terperanjat. Waduh, jadi selama ini kita kena tipu dong! Penampilan dan tutur kata lembut, ternyata bukan jaminan bahwa orang tersebut sebaik dan selembut penampilannya. Bisa saja kita dibuat kecele, eh, ternyata gitu-gitu juga arahnya! Bagiku sih orang yang rela mengurbankan temannya demi keuntungan dirinya sendiri, tak lebih dari sampah. Manusia jenis ini sudah pasti ada di mana-mana.
Secara pribadi, aku bukan tipe orang yang suka berbasa-basi. Mau ayo, nggak mau ya sudah! Buat apa menyusahkan diri sendiri dengan basa-basi, yang sudah jelas menghabiskan waktu dan energi. Hanya saja zaman sekarang ini, orang lebih suka dengan orang yang pandai berbasa-basi. Terkadang meskipun benar, yang nyap-nyapan belum tentu didengar, apalagi dibenarkan. Alhasil yaitu tadi. Semakin banyak manusia-manusia munafik yang tercipta di sekitar kita. Sementara kita diharapkan untuk menerimanya dengan lapang dada.
Meskipun demikian, tetap saja ada hal yang patut disyukuri. Dengan mengalami seluk beluk basa-basi yang terkadang sudah basi sebelum diucapkan, aku bisa belajar lagi untuk mengenal seseorang. Bahwa yang terlihat baik itu belum tentu baik, dan yang terlihat tidak baik itu belum tentu tidak baik. Semakin banyak melihat, semakin banyak yang bisa dipelajari. Beruntunglah karena dari dulu hobi nonton CSI. Jadi diam-diam bisa melakukan pengamatan, memberikan penilaian dan akhirnya sampai kepada satu kesimpulan.
Hari kelima awal tahun. Dan aku masih banyak mengeluh. Banyak merepet. Tapi tak apa. Daripada dipendam nanti jadi bisul. Jadi biang penyakit. Mending mengeluh dan merepet, meskipun kadarnya sudah berkurang setengah dari sebelumnya. Toh kalau sudah lega akan selesai begitu saja. Yang penting adalah, hindari orang-orang yang dirasa tidak membuat bahagia. Orang-orang sawan yang merasa dirinya hebat luar biasa sampai kehilangan senyum dan tawa. Karena senyum dan tawa di zaman pandemi ini mahal harganya. Jangan sampai terjerumus ke dalam jurang kegaringan dan kehaluan dalam hidup yang indah ini. Nikmatilah setiap detiknya dan buatlah diri sendiri hepi. Itu saja!