Hari kedua awal tahun. Masih juga hujan. Terus menderai-derai selama hampir dua hari ini. Di berbagai lini media sosial dipenuhi dengan berita banjir di mana-mana. Dan tentu saja juga keluhan tentang hujan yang tidak juga kunjung reda. Bagaimana tidak, dua hari ini secara otomatis seperti dikarantina di rumah tanpa harus dinyatakan positif corona. Dalam rintik hujan yang tidak kunjung usai, memang efektif untuk mencegah orang keluar rumah. Efektif juga untuk mencegah adanya kerumunan, akibat semangat yang menggebu-gebu dalam merayakan tahun baru.
Hujan yang turun dua hari ini, seolah menjadi pertanda akan datangnya berkat di tahun yang baru. Hujan berkat, katanya! Pertanda akan adanya harapan bahwa "semuanya akan baik-baik saja". Meskipun pada saatnya nanti kenyataan tidaklah semanis harapan, tapi minimal ada hal yang diharapkan. Meskipun kondisi masih belum membaik dari tahun sebelumnya, tapi paling tidak kita sudah belajar dari pengalaman, bagaimana harus berjuang di masa pandemi yang tidak tahu kapan akan selesai.
Resolusiku yang pertama tahun ini masih sama. Menulis satu hari satu tulisan. Memang tidak semua akan sempat dituliskan dalam blog. Tetapi target tetap satu hari satu tulisan. Entah mau ditulis di mana itu bukanlah masalah. Di handphone, di komputer, di laptop, di mana saja. Puisi, cerpen, curhatan, bukanlah suatu hambatan. Yang penting itu menulis. Dengan menuliskan apa yang ada di kepala, paling tidak bisa menjadi candu yang mampu menenangkan diri sendiri.
Resolusi yang kedua adalah belajar merajut. Benang dan jarum sudah dibeli. Mencari instruktur di youtube juga bukan masalah lagi. Hanya saja untuk menentukan kapan mulai itu yang susah. Kendalanya sebenarnya bukan masalah waktu. Kendala yang utama adalah masalah malas. Bisa jadi nanti karena alasan capek pulang kerja maka rencana hanya akan menjadi rencana. Capek adalah kata lain dari malas! Itu saja! Jadi menurutku, ini harus masuk dalam jurnal harian, supaya bisa dilaksanakan secepat dan sesegera mungkin.
Resolusi yang ketiga tentu saja olah raga. Bukan saja karena masa pandemi, tetapi lebih kepada self protection. Menjaga diri sendiri. Sudah terbukti bahwa selama tiga tahun ini berolah raga, membuat migren malas datang lagi. Hanya saja sepertinya tidak bisa lagi berolah raga yang berat-berat. Maklum, faktor "U"! Tidak boleh lagi terlalu lincah kalau tidak ingin keseleo. Jogging masih menjadi pilihan yang utama. Ditambah dengan mengikuti yoga secara daring. Yang gratis maksudnya, sekali lagi dari youtube. Terima kasih pada dunia per-internetan yang serba canggih. Semua bisa didapatkan secara gratis tanpa perlu lagi nabyak-nabyak keluar rumah.
Dan yang terakhir tentu saja harus menikmati hidup. Jangan pedulikan para haters yang setiap saat bisa menikam dari belakang. Semakin kita pikirkan, semakin mereka bahagia, dan semakin kita menderita. Perbanyak membaca, tentang apa saja! Memandang dan menjelajah dunia lewat buku dan mengenal manusia lewat pengalaman. Sesekali mulai melukis lagi. Tidak apa kalau harus dimulai dari lukisan hitam putih. Yang penting hepi. Itu saja sih! Dan tentu saja, perbanyak senyum dan tawa. Karena menghibur diri sendiri itu adalah tugas utama sebagai seorang manusia, terutama seorang manusia menjelang tua seperti aku inilah.