Setelah seharian kemarin terkapar akibat pengaruh obat batuk, hari ini mulai bisa nulis lagi. Nggak tahu juga mau nulis apa sebenarnya. Semuanya masih terasa blank di kepala. Tapi demi komitmen harus menulis minimal sehari satu ya akhirnya mulai menulis tanpa tahu apa yang harus dituliskan. Bolak-balik dihapus tetap saja bingung. Tetapi di antara semua kebingungan yang membingungkan itulah akhirnya keluar juga banyak hal yang bisa dituliskan. Penting atau tidak penting yang penting dituliskan dulu. Jangan sampai luput lagi seperti kemarin karena tidak sanggup untuk membuka mata apalagi membuka laptop.
Jadi, sudah hampir sebulan ini aku terserang batuk. Setelah hampir beberapa tahun tidak pernah batuk, akhirnya batuk itu datang juga, bersamaan waktunya dengan banyaknya latihan koor menjelang Paska. Pada awalnya sih memang aku tidak terlalu serius menanggapi tenggorokan yang tiba-tiba terasa gatal sesudah minum es jeruk nipis beberapa hari sebelumnya. Dan juga tidak segera serius pergi berobat karena merasa tidak parah-parah kali batuknya. Bisa juga karena aku merasa sudah terbebas dari yang namanya musim Covid 19, sehingga terkesan santai banget dalam menyambut datangnya batuk yang tidak disangka-sangka. Tapi pada akhirnya, yang namanya batuk, perlahan tapi pasti beralih dari yang namanya level biasa-biasa saja menjadi level yang semakin parah.
Terlepas dari semua itu, aku mungkin lupa, bahwa kalau sudah terserang batuk, susah bagiku untuk menghentikannya. Dalam setahun memang belum tentu aku terserang batuk. Tapi kalau sudah terserang batuk ya begitulah. Butuh waktu berminggu-minggu untuk sembuh. Apalagi aku adalah tipe orang yang malas berobat ke dokter. Belum pergi ke dokter kalau belum tersiksa! Jadi terkadang, kesannya sudah sangat terlambat untuk mendapatkan kesembuhan.
Seperti kebanyakan obat batuk pada umumnya, dalam setiap kemasan tentu saja ada label peringatan "Bisa menyebabkan kantuk". Itu sebabnya sesudah minum obat batuk, rasanya badan seperti melayang dan mata terasa seperti kena pelet. Bawaannya ingin merem terus menerus. Sebenarnya otak ini tidak mau tidur, tetapi yang namanya mata sepertinya tidak mau menerima perintah untuk tetap terjaga. Setiap habis minum obat langsung klenger dan penginnya terkapar melulu. Untung juga aku sudah tidak ngantor lagi, jadi bisa menikmati rasa ngantuk ini di rumah saja, tidak harus numpang tidur dikit-dikit di tempat kerja.
Bagaimanapun juga sebelum Paska aku bertekad untuk sudah sembuh. Apalagi tinggal beberapa hari lagi kami harus melaksanakan tugas dalam Vigili Paska. Meskipun sekarang tinggal pemulihan dan suara belum terlalu normal, tetapi lumayan bila dibandingkan dengan kemarin-kemarin sewaktu suara masih timbul tenggelam. Minimal aku sudah bisa bernyanyi dengan "setengah" normal tanpa harus merasa gatal-gatal di tenggorokan. Semoga sampai tiba saat bertugas nanti semua akan baik-baik saja. Good luck for me!