Pernah nggak sih kamu merasakan, kamu nggak benci sama seseorang, tapi males banget ketemu dia dan kalau bisa menghindari untuk bertatap muka? Aku pernah! Padahal dulu merasa pernah dekat, dan ternyata dia tidaklah "sebaik" yang ditunjukkannya selama ini. Ternyata dia tipe musuh dalam selimut, yang dengan tenangnya tega menjatuhkan kawan, demi kepentingan diri pribadi. Dan begitulah jadinya. Ketika rasa kecewa itu muncul bawaannya jadi males saja bertemu orang itu, dan tidak berminat untuk menjalin relasi lagi.
Dalam hidup ini, sebenarnya perlu untuk mawas diri. Berhati-hati dengan orang di sekeliling yang kelihatannya "terlalu" baik tapi sebenarnya tidak demikian. Menurutku berhati-hati itu perlu supaya tidak menimbulkan sakit hati. Karena di dunia ini, ada banyak orang yang sepertinya baik, terlalu baik malah, ternyata begitu-begitu saja. Jangan sampai ada ucapan,"Ealah....ternyata sama saja. Ngglethek ae!" Dan terkadang orang-orang yang "terlalu" baik bisa jadi lebih berbahaya daripada orang yang sukanya was wes wos wes wos dan sat set sat set.
Aku ada kenal seseorang yang kata-katanya serba wise. Wise banget malah. Orang baik, rajin beribadah. Tetapi seringkalai dia tidak sadar bahwa ternyata hidupnya penuh dengan kepura-puraan. Bisa dibilang dia sering menunjukkan kalau dirinya sebenarnya rasis banget. Bergaul pun terlihat tebang pilih. Baginya, asal orang itu seiman, atau sesuku, maka mereka adalah orang baik dan tidak bisa salah. Tapi kalau yang salah beda iman atau beda suku, waduh, cepat banget keluar kata-kata umpatan dari mulutnya. Menurutku, kenalanku ini mungkin lupa, bahwa sikap rasis membuat seseorang tidak bisa obyektif dalam memberikan penilaian. Dan seumur hidup tentu saja ia hanya akan berputar-putar di situ-situ saja. Seperti katak dalam tempurung yang tidak pernah tahu bahwa dunia ini sebenarnya indah dan terdiri dari berbagai macam warna.
Secara pribadi, aku juga bukan seorang yang serba baik-baik saja. Ada banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Tetapi disitulah intinya. Pada saat kita sadar akan kekurangan dan kelemahan diri sendiri, maka ada banyak cara untuk menebusnya: Tidak pernah lelah untuk belajar. Bergaul seluasnya dengan berbagai jenis manusia dari latar belakang yang berbeda. Membaca sebanyak-banyaknya supaya tidak terjebak dengan pemahaman-pemahaman berdasarkan "katanya". Itulah gunanya hidup.
Senantiasa berjaga dan mawas diri. Berhati-hati supaya tidak terjebak dengan manusia-manusia palsu dan hidup yang bisa jadi juga palsu. Belajar berdamai dengan diri sendiri. Belajar berdamai dengan alam dan segala makhluk di dalamnya. Bisa berdamai dengan diri sendiri dan orang lain, tanpa harus mengkotak-kotakkan dan memasang sekat-sekat akan membuat hidup aman, nyaman dan bersahaja.