Martina Felesia

Profesi baru suamiku di masa prapaska ini adalah menjadi tukang parkir di gereja.  Bergabung dengan beberapa bapak-bapak lainnya berusaha mengatur parkir, supaya acara demi acara bisa berjalan dengan baik mengingat jumlah umat yang sungguh luar biasa.  Biasalah!  Biasanya umat akan muncul tiba-tiba dalam masa-masa seperti ini.  Umat Napas.  Natal dan Paska!  Munculnya pada saat natal dan paska doang!  Dan menjadi tukang parkir, menjadi suatu kebanggaan tersendiri, ketika tidak semua orang mau dan berani mengemban tugas itu.  

Menjadi tukang parkir itu berat loh!  Waktu cuaca panas dan saat hujan deras misi tetap harus dijalankan.  Semua kendaraan harus diatur dengan rapi supaya tidak terjadi penumpukan kendaraan yang akan berimbas pada macet kalau tidak dilakukan pengaturan.  Jadi, siap-siap saja bapak-bapak yang sudah gosong akan tambah gosong setelah berjibaku di lapangan mengatur orang dan kendaraan.  Belum lagi harus makan hati dengan sebagian orang yang susah sekali diatur dan maunya menang sendiri.  Bukannya berterima kasih dibantu malah banyak yang ngomel dan tidak mau untuk diarahkan untuk parkir pada tempat yang telah disediakan.  Bukannya senang terkadang malah membuat emosi jiwa.

Tetapi bagaimanapun juga, suamiku terlihat menikmatinya.  Meskipun terkadang merasa capek dan penat tetapi secara psikologis dia senang.  Pertama karena ada hal bermanfaat yang bisa dilakukannya untuk gereja.  Kedua dia bisa berinteraksi dengan banyak orang dan bisa belajar melihat karakter seseorang melalui proses mengatur dan mengarahkan orang lain saat menjadi tukang parkir.  Dan yang ketiga, dia bisa sekedar bertemu dan berbincang dengan umat, bapak-bapak yang lain, selesai menjalankan tugasnya sebagai tukang parkir.  Bertemu dan berbincang dengan orang lain itu bisa membantu merefresh segala kejenuhan.  Tertawa dan bercengkerama dengan banyak orang itu bisa menjadi ajang baru untuk menambah wawasan dan pergaulan.

Tukang parkir!  Profesi yang biasa dan sederhana.  Tetapi dari hal yang sederhana, dari situlah bisa muncul berbagai macam hal untuk selalu belajar menjadi manusia yang juga sederhana, rendah hati, dan welas asih terhadap sesama.  Selama masa prapaka ini aku dan suami berharap, semoga Tuhan tidak pernah bosan untuk memakai tangan-tangan kami ini, menjadi kepanjangan tangan kasihNya.  Memberi dari kekurangan, dan mencintai dari ketiadaan.  Belajar menjadi manusia yang lebih baik lagi, tanpa embel-embel ingin cari muka dan ingin dipuja puji.  Biarlah segala sesuatunya mengalir begitu saja apa adanya.  Selagi masih hidup, lakukanlah sesuatu!

Label:
0 Responses