Martina Felesia

 

Bagaimana caranya supaya tetap bisa tersenyum ketika sedang tidak baik-baik saja?  Mbuh, aku juga tidak tahu!  Selama ini, meskipun sedang dalam suasana hati yang buruk karena situasi dan kondisi yang terjadi, aku ya tetep ae tersenyum kalau ada yang terasa lucu.  Bahkan terkadang masih sanggup terkekeh saat berkumpul dengan kawan yang sama-sama error.  Terlihat agak tidak tahu diri memang.  Tapi ya memang begitulah aku.  Tidak perlu sampai harus orang lain tahu kalau misalnya sedang menanggung beban berat.  Atau sampai harus memasang wajah memelas supaya orang lain berbelas kasih.  Semua serba spontan saja.  Waktunya sedih kalau ada yang membuat tertawa ya ikutan saja.

Aku teringat dalam beberapa bulan ini penyakit bapakku sedang menuju parah-parahnya.  Jatah transfusi darah dari berapa bulan sekali jadi sebulan sekali dan sekarang beranjak jadi dua minggu sekali.  Meskipun sekarang tinggal di kota yang mendekati kota asalku, tetap saja ada rasa bersalah karena tidak bisa sepenuhnya mendampingi dan merawat beliau saat sakitnya, karena harus menemani anak-anak menempuh studi di kota Jogja.  

Lagipula bapakku itu meskipun sakit, tidak terlihat seperti orang sakit.  Meskipun jalannya bisa dibilang sudah tertatih tetapi tetap terlihat bersemangat untuk sehat.  Tetap menonton TV, tetap makan dan minum seperti biasa.  Pokoknya tetap beraktifitas seperti biasa.  Bukan tipe yang tiduran saja dan harus dibantu kemana-mana.  Beliau juga tidak mau diurus orang lain kecuali oleh ibuku.  Saat harus opname pun tetap tidak mau ditunggu kalau bukan ibu yang nunggu.  Jadinya malah serba salah.  Di satu sisi ibuku ingin selalu mendampingi, tapi di sisi lain beliau sendiri juga harus menjaga stamina supaya tidak ikutan jatuh sakit.

Kalau sudah begitu aku hanya bisa mengajak mereka bercanda-canda saja lewat video call.  Padahal jauh di lubuk hati rasanya pedih sekali.  Memang sih dari faktor usia bapak sudah tua.  Tetapi kurasa bukan cita-cita beliau untuk sakit parah di hari tua.  Bukan pula cita-cita banyak orang kurasa.  Penginnya sih bersenang-senang di usia tua.  Hepi-hepi saja.  Tinggal menikmati sisa usia dengan senyuman.  Tapi ya mau bagaimana lagi.  Situasi dan kondisi sedang mengajarkan kepada kami untuk banyak-banyak bersabar.  Banyak-banyak beriktiar untuk mengusahakan yang terbaik.  Belajar mempersiapkan diri untuk ikhlas jika sewaktu-waktu mendengar kabar yang tidak diinginkan.

Jadi sekarang ini kalau ditanya bagaimana caranya supaya tetap bisa tersenyum saat sedang tidak ingin tersenyum ya aku akan menjawab mbuh memang.  Lha memang benar-benar tidak tahu ya mau bagaimana lagi ya kan?!  Secara kasat mata aku harus tetap menjawab sambil tersenyum kalau ada tetangga yang menyapa.  Harus tetap tertawa-tawa saat sedang bercengkerama dengan kepala keluarga yang jauh di rumah Batam sana.  Harus bisa berdamai dengan kondisi yang ada.  Belajar menerima situasi yang tidak bisa kuubah.  Hanya itu yang aku bisa.  Yang lain-lain sekali lagi kukembalikan kepada yang Empunya Hidup.  Terserah Engkaulah Tuhan.  Aku hanya bisa sendika dawu.  Dah gitu aja!

Label: ,
0 Responses