![]() |
My morning coffee |
Halooo....pak-bapak dan buk-ibuk! Karena masih kecil itulah maka anak-anakmu harus diajari sejak dini. Dibiasakan. Dikasih contoh. Bukan dibiarkan begitu saja tanpa melakukan tindakan apa-apa jika mereka mulai keluar sifat buruknya. Jangan diam saja. Pura-pura tidak tahu kalau anaknya merebut mainan dan nakalin kawannya dengan alasan masih anak-anak. Tidak peduli saat anaknya buka-buka kulkas ketika main ke rumah tetangga. Bersifat masa bodoh ketika anaknya misuhin orang yang lebih tua dengan kosa kata yang entah di dapatnya dari mana. Sekali lagi, bertindaklah! Jangan cuman bisa teriak,"Nakkk......jangan! Nggak boleh gitu....!" Tapi dengan suara yang terasa seperti jual mahal untuk diperdengarkan.
Dulu waktu anak-anakku masih kecil, aku sering 'mengultimatum' mereka terlebih dahulu sebelum diajak pergi ke suatu tempat. Dibriefing dulu. Kalau mau pergi ya harus ikut tata krama. Di dalam rumah sendiri dan di luar rumah itu adalah dua tempat yang berbeda. Jadi tidak boleh seenaknya. Di dalam rumah sendiri yang melihat hanya orang yang tinggal di dalam rumah. Di luar rumah yang melihat bisa siapa saja. Kalau nanti ada sesuatu yang diinginkan dan pada akhirnya tidak bisa didapatkan saat berada di luar rumah ya harus diterima. Tidak boleh teriak-teriak, jerit-jerit, apalagi sampai harus nangis gulung-gulung di lantai. Kalau tidak mau, ya mending di rumah saja. Nonton TV sama kak Agus, mbak-mbak yang biasa jaga mereka. Dan menurutku 'ultimatum' tersebut berdayaguna untuk diterapkan ketika mengajak mereka melakukan kegiatan di luar rumah, entah itu pergi ke gereja, ke mall, atau ke tempat-tempat umum lainnya.
Sama halnya kalau mereka sedang dalam kondisi marah dan pada akhirnya sampai menangis di rumah. Kalau sudah dijelaskan permasalahannya tetap tidak terima ya kusuruh lanjutkan saja nangisnya. Nangis saja sampai capek. Nanti kan berhenti sendiri. Nggak ada tuh aku merayu-rayu mereka supaya berhenti menangis dengan iming-iming sesuatu. Mula-mula memang agak bising sih. Tapi lama-lama kupingku jadi terbiasa. Biasanya kukode bapaknya terlebih dahulu supaya tidak ikut campur. Dan pada akhirnya hal tersebut efektif untuk mengajarkan kepada mereka bahwa segala sesuatu itu tidak bisa didapatkan dengan cara memaksa. Kalau ingin sesuatu ya harus berusaha. Minimal harus sabar menunggu. Kalau sudah saatnya pasti akan bisa didapatkan tanpa harus menangis jerit-jerit sampai suaranya bisa didengar tetangga satu kampung.
Zaman mereka sudah mulai sekolah lain lagi ceritanya. Ada jurus "mamak killer" yang mau nggak mau harus kupakai. Bukan untuk ditiru sih, karena terkesan memberikan 'ancaman' jika mereka tidak mau melakukan tugas atau kewajiban yang seharusnya dikerjakan. Potong uang saku! Nah, jurus ini yang paling efektif di antara jurus-jurus lain yang pernah kuterapkan. Kalau sudah dibilang akan dipotong uang sakunya mereka pasti akan langsung sat set mengerjakan tugas-tugas yang membuat mamaknya 'ceramah' apanjang lebar kalau tidak segera dilakukan. Maklumlah, semua nurun sang mamak nampaknya: mata duitan! Jadi kalau sudah urusannya dengan duit pasti nggak ada satu pun yang mau dirugikanπππ
Didikan zaman mamakku dulu tentu saja berbeda dengan zaman didikanku sekarang. Namun demikian intinya tetap sama: harus tahu tata krama dan sopan santun di manapun berada. Itu sebabnya sampai saat ini aku masih suka nggak sabaran kalau melihat ada anak yang kelihatan sekali dididik dengan manja oleh orangtuanya. Anak-anak yang dibiarkan melakukan apa saja meskipun kelakuan mereka sungguh menyebalkan bagi orang lainnya. Mau menegur bukan anakku. Nggak ditegur kok terkadang bikin emosi. Lagipula ngapain harus kutegur kalau orangtuanya sendiri seolah tak peduli?! Tapi ya sudahlah. Kalau ketemu anak-anak dengan orangtua modelan seperti ini sebaiknya ngalah saja dengan menyingkir sejauh-jauhnya daripada emosi jiwa.
Semoga kita mampu mendidik anak-anak dengan baik. Mampu mengajari mereka untuk bisa beradaptasi di manapun berada. Supaya mereka bisa mengurus diri sendiri dengan baik dan mampu bertindak dengan bijaksana. Bagaimanapun juga tingkah laku mereka adalah cermin didikan kita sebagai orangtuanya. Peace ππ