Martina Felesia


Besok Valentine's Day.  Sekaligus hari pencoblosan nasional guna memilih presiden dan wakil presiden serta wakil rakyat untuk lima tahun ke depan.  Tapi perasaanku kok ya biasa-biasa saja.  Valentine atau tidak, tidak ada bedanya.  Sama halnya dengan euforia pemilu lima tahun sekali.  Seheboh apapun jagat dunia maya dan media sosial memberitakannya aku biasa-biasa saja.  Nggak peduli dengan mereka yang saling bela dan saling serang demi memberikan dukungan kepada calonnya masing-masing.  Tetap santai.  Tetap mbangkong kalau mendadak ingin bangun siang.  Tetap Sudokuan.  Tetap olah raga meskipun hanya dalam rumah.  Tetap scroll TikTok nontonin yang lucu-lucu.  Nggak ada otakku terpengaruh sedikitpun untuk begini begitu.  Capek!

Apakah besok aku nyoblos?  Kagak!  Nggak sempat urus pindah DPT.  Dari kemarin bawaannya tunda-tunda melulu malah lupa.  Jadi hampir dipastikan golput setelah dua kali pemilu kemarin memberikan hak pilih.  Kali ini tidak ada satupun yang ingin kupilih.  Kenapa?  Ya karena memang tidak ada saja.  Semuanya aku nggak tertarik.  Tidak ada yang seperti Jokowi.  Aku tidak mau memberikan suara karena ikut-ikutan atau hanya karena ingin mematuhi anjuran.  Kalau tidak sreg ya tidak akan kupilih.  Orang lain memilih itu hak mereka.  Aku tidak memilih, bukankah itu hakku juga?

Nggak usah baper dengan apa yang kutulis.  Ini adalah pendapat pribadi.  Jangan kemudian terus ada yang nuduh-nuduh karena golput terus aku nggak nasionalis.  Atau nggak punya rasa cinta tanah air dan sebagainya.  Nggak usah cepat menghakimi atas pilihan orang lain.  Belajar menghormati pilihan orang lain itu menurutku lebih penting daripada sibuk mengomentari perbedaan pilihan.  Setiap orang pasti punya alasan mengapa dia memutuskan untuk memilih atau tidak memilih.  Dan tidak semua alasan wajib digembar-gemborkan supaya orang lain paham.  Bagiku, cukup hanya aku dan Tuhan saja yang tahu!

Jadi besok mau ngapain?  Ya beraktifitas seperti biasalah.  Hanya saja karena besok libur jadi bisa agak santai sedikit. Tidak perlu terburu-buru masak untuk bekal anak-anak.  Kalau sempat jogging pagi.  Kalau nggak sempat ya lanjut tidur lagi.  Tidak mau aku migrain atau vertigo gara-gara memikirkan hal-hal yang tidak semestinya menjadi beban pikiran.  Apalagi sampai harus berantem dan saling serang di media sosial padahal secara nyata belum tentu kenal.  Sakit jiwa itu menurutku, mah!  Kali ini aku hanya ingin jadi orang biasa yang sehat jiwa dan raga.  Itu saja.  
 
Sekedar mengingatkan saja, pada akhirnya siapapun yang terpilih nanti, kita toh tetap harus bertanggung jawab terhadap hidup masing-masing.  Tetap harus bekerja untuk bisa makan.  Tetap harus beriktiar untuk bisa menggapai harapan.  Tetap harus berusaha sendiri menuju cita-cita.  Jadi apa gunanya gontok-gontokan?  Nggak ada!  Peace deh....✌
Label:
0 Responses