Besok Valentine's Day. Sekaligus hari pencoblosan nasional guna memilih presiden dan wakil presiden serta wakil rakyat untuk lima tahun ke depan. Tapi perasaanku kok ya biasa-biasa saja. Valentine atau tidak, tidak ada bedanya. Sama halnya dengan euforia pemilu lima tahun sekali. Seheboh apapun jagat dunia maya dan media sosial memberitakannya aku biasa-biasa saja. Nggak peduli dengan mereka yang saling bela dan saling serang demi memberikan dukungan kepada calonnya masing-masing. Tetap santai. Tetap mbangkong kalau mendadak ingin bangun siang. Tetap Sudokuan. Tetap olah raga meskipun hanya dalam rumah. Tetap scroll TikTok nontonin yang lucu-lucu. Nggak ada otakku terpengaruh sedikitpun untuk begini begitu. Capek!
Apakah besok aku nyoblos? Kagak! Nggak sempat urus pindah DPT. Dari kemarin bawaannya tunda-tunda melulu malah lupa. Jadi hampir dipastikan golput setelah dua kali pemilu kemarin memberikan hak pilih. Kali ini tidak ada satupun yang ingin kupilih. Kenapa? Ya karena memang tidak ada saja. Semuanya aku nggak tertarik. Tidak ada yang seperti Jokowi. Aku tidak mau memberikan suara karena ikut-ikutan atau hanya karena ingin mematuhi anjuran. Kalau tidak sreg ya tidak akan kupilih. Orang lain memilih itu hak mereka. Aku tidak memilih, bukankah itu hakku juga?
Nggak usah baper dengan apa yang kutulis. Ini adalah pendapat pribadi. Jangan kemudian terus ada yang nuduh-nuduh karena golput terus aku nggak nasionalis. Atau nggak punya rasa cinta tanah air dan sebagainya. Nggak usah cepat menghakimi atas pilihan orang lain. Belajar menghormati pilihan orang lain itu menurutku lebih penting daripada sibuk mengomentari perbedaan pilihan. Setiap orang pasti punya alasan mengapa dia memutuskan untuk memilih atau tidak memilih. Dan tidak semua alasan wajib digembar-gemborkan supaya orang lain paham. Bagiku, cukup hanya aku dan Tuhan saja yang tahu!