Martina Felesia

Meskipun 'pengangguran', ternyata banyak banget yang harus dikerjakan di rumah.  Padahal besar angan-anganku waktu itu, untuk bisa duduk-duduk manis saja saat sudah nggak kerja.  Ternyata aku salah.  Salah besar malah.  Nggak ada yang namanya seratus persen bisa duduk-duduk manis kalau sudah ada di rumah.  Ada saja yang harus dikerjakan.  Dan selalu ada yang ingin dikerjakan.  Memang sih sudah menjadi pekerjaan rutin.  Saking rutinnya ternyata kalau dirasa-rasa sungguh sangat melelahkan.

Jadi sini yang suka komen kalau mereka yang tidak bekerja kantoran itu adalah pengangguran.  Biar tak kucir mulutnya pakai karet gelang.  Atau mau pilih dijepit dengan jepitan jemuran sehari semalam?  Biar lain kali agak berhati-hati sedikit dalam memberikan penilaian, terutama penilaian terhadap mamak-mamak yang notabene hari-harinya dihabiskan hanya untuk 'ngurusin' rumah. Cobalah sesekali menggantikan tugas mereka, biar tahu bahwa pahlawan yang sesungguhnya itu ternyata berasal dari suatu tempat yang disebut rumah.

Waktu masih kerja, bisa dibilang hidupku agak terorganisir.  Pagi bangun, masak.  Mempersiapkan bekal untuk anak-anak sekolah.  Urusan beberes rumah dan segala macam seluk beluknya ada mbak-mbak yang biasa urus.  Jadi secapek apapun, tetap saja masih bisa sedikit berleha-leha di rumah.  Paling tugas tambahan sepulang kerja hanya memantau sekolah anak-anak.  Menanyakan PR dan lain sebagainya.  Sesudah itu bisa beristirahat dengan tenang.

Setelah jadi orang rumahan dan tidak lagi ada mbak-mbak, mau tidak mau semua harus dikerjakan sendiri.  Dari mulai matahari terbit sampai terbenam, semua menjadi tanggung jawab yang tak terelakkan.  Ya mau ngapain lagi ya kan?  Nggak mungkin rumah kotor hanya dibiarkan.  Atau nggak masak berhari-hari tanpa alasan yang nggak pasti.  Melihat cucian numpuk aku nggak bisa.  Mau mengirim setrikaan ke laundry kok rasanya sungguh terlalu karena di rumah juga ada setrika. Pada akhirnya ya semua memang harus dikerjakan sendiri supaya tidak mengganggu pandangan mata.

Aku sendiri tidak mau menyebut diriku penggangguran.  Pertama, aku selalu punya pekerjaan rumah, yang rutin, tetapi kalau tidak segera dikerjakan bisa membuat pingsan.  Memasak, bersih-bersih rumah, mencuci, setrika, plus ngomelin anak-anak dan lain-lain itu adalah rutinitas.  Tapi kalau ditunda-tunda bisa bikin pusing tujuh keliling.  Kedua, aku punya banyak kegiatan tambahan.  Belajar apapun yang sekiranya bisa menambah ilmu sekaligus menambah pundi-pundi penghasilan.  Sesuatu yang baru tapi menyenangkan untuk dilakukan.  Meskipun belum terlihat besar, tetapi minimal ada yang sudah kulakukan. Peduli setanlah dengan apa kata orang!

Lagipula kalau dipikir-pikir, sekarang ini sepertinya aku malah lebih sibuk dibandingkan dulu waktu masih kerja betulan.  Bedanya kalau dulu mau kerja harus rapi jali dan wangi, sekarang ini bisa suka-suka.  Mandi terserah, nggak mandi nggak masalah.  Namanya juga hidup merdeka.  Yang penting dompet harus selalu ada isinya.  Jangan sampai dompet dibiarkan kosong melompong pokoknya.  Karena meskipun melelahkan, pada akhirnya hanya isi dompetlah yang menentukan, untuk bisa terbebas dari yang namanya sakit kepala atau bukan 😁

Label: ,
0 Responses