Martina Felesia


Ketika trend gaya hidup minimalis merajalela di berbagai platform media sosial dan media massa, tiba-tiba kok aku baru sadar, bahwa selama ini ternyata aku sudah menerapkan gaya hidup yang katanya minimalis itu dari zaman dahulu kala, zaman waktu aku masih muda 😁.  Hidup minimalis sendiri adalah hidup yang menekankan pada kesederhanaan, pengurangan barang-barang materi yang tidak diperlukan, dan fokus pada hal-hal yang memberikan nilai nyata.  Hal ini bukan hanya tentang memiliki sedikit barang atau ruang kosong, tetapi lebih kepada memprioritaskan apa yang benar-benar penting dan memberikan kebahagiaan serta makna dalam hidup.  Kalau aku sendiri sih cenderung menyebutnya sebagai gaya hidup ‘sesuai selera’.

Jadi untuk mengetes apakah benar aku adalah seorang penganut gaya hidup minimalis atau bukan, ada baiknya kalau kubahas satu persatu berdasarkan filosofi dari gaya hidup minimalis itu sendiri:

Kesederhanaan: Hidup minimalis menganjurkan kesederhanaan dalam segala hal, baik itu dalam kepemilikan barang-barang materi, kegiatan sehari-hari, maupun pemikiran pribadi. Jadi kalau masih suka numpuk-numpuk barang yang tidak jelas, sudah pasti itu bukan minimalis. Menurutku sih aku sudah amat sangat hidup sederhana ya.  Meskipun terus terang saja hidup sederhanaku terjadi karena satu alasan: malas!  Malas dandan, malas beli perabotan karena malas bersih-bersih, malas berinteraksi dengan mereka yang tidak sepemikiran, dan juga malas keluar-keluar kalau sudah berada di dalam rumah.  Karena malas inilah maka aku berusaha menjadikan hidupku sesederhana mungkin.

Kualitas Lebih Penting daripada Kuantitas: Fokus pada kualitas hidup yang lebih baik daripada memiliki banyak barang atau pengalaman yang kurang berarti. Daripada membelanjakan uang untuk sesuatu yang tidak jelas, biasanya aku lebih suka membeli buku atau ikut beberapa training online yang bisa menambah ilmu dan wawasan secara pribadi.  Prinsipku sih jangan sampai penampilanku glowing tapi pas diajak ngomong malah tulalit.

Kemerdekaan dari Materialisme: Menyadari bahwa kebahagiaan dan kepuasan tidak bergantung pada barang-barang atau status materi.  Bisa membebaskan diri dari kelekatan akan barang-barang konsumtif atau materialisme secara tidak langsung sangat membantu untuk melepaskan diri dari timbulnya rasa iri hati dan dengki terutama saat melihat orang lain bisa membeli barang-barang seperti yang mereka inginkan.  Jadi kalau ada tetangga beli mobil dua tingkatpun aku tidak akan terusik dengan ikut-ikutan beli.

Ruangan untuk Kreativitas dan Pertumbuhan Pribadi: Dengan mengurangi kebisingan dan gangguan dari barang-barang yang tidak diperlukan, hidup minimalis memberikan ruang untuk kreativitas dan pertumbuhan pribadi.  Ruang yang longgar tanpa adanya berbagai macam jenis barang di dalam rumah, sangat membantu ketenangan diri sendiri dalam melakukan sesuatu kegiatan yang menyenangkan.

Pentingnya Pengalaman dan Hubungan: Menekankan pentingnya pengalaman hidup yang berharga dan hubungan yang bermakna daripada kepemilikan material.  Kegiatan berkumpul bersama keluarga seperti traveling, hang out bersama kawan dekat, dan bergabung dalam berbagai kegiatan komunitas sosial akan membuat hidup terasa lebih memiliki arti daripada berlomba menumpuk materi.

Lalu bagaimana cara untuk mulai menjalankan hidup minimalis itu bagi mereka yang belum berpengalaman sama sekali? 

Evaluasi Kembali Kebutuhan: Tinjau kembali barang-barang yang dimiliki dan pertimbangkan apakah barang tersebut benar-benar diperlukan atau memberikan nilai yang signifikan dalam kehidupan.  Jangan membeli barang hanya karena ‘lapar mata’ dan ikut-ikutan.  Membeli sesuatu karena orang lain juga membeli.  Ujung-ujungnya bingung sendiri karena tidak tahu alasan yang pasti mengapa barang tersebut harus dibeli.

Pembersihan dan Pemangkasan: Lakukan pembersihan secara berkala dan buang barang-barang yang tidak lagi diperlukan atau tidak memberikan nilai nyata. Pokoknya jika menemukan barang yang kelihatannya hanya nyampah saja di rumah, segeralah bergerak untuk mulai menyortir dan melakukan tindakan yang yang diperlukan.  Anggap saja kegiatan bersih-bersih tersebut sama dengan kegiatan olah raga lari keliling lapangan sepak bola yang akan membuat kalorimu berkurang ratusan kalori.

Fokus pada Kebutuhan Primer: Prioritaskan kebutuhan primer seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan hubungan, sementara meminimalkan pembelian barang-barang tambahan.  Selagi kebutuhan primer belum terpenuhi atau tercukupi, maka usahakan untuk bisa menahan diri dari yang  namanya beli-beli tanpa pikir panjang.

Pembatasan Pembelian: Batasi kebiasaan membeli barang-barang yang tidak diperlukan dan pertimbangkan kembali sebelum membeli sesuatu.  Bagusnya membuat list atau catatan tersendiri saat berbelanja supaya tidak terjadi kemungkinan membeli barang-barang yang sebenarnya bukan menjadi tujuan.

Budaya Berbagi: Berbagi barang-barang yang tidak digunakan dengan orang lain atau mendonasikan kepada mereka yang membutuhkan.  Jangan suka menumpuk-numpuk barang yang pada akhirnya hanya akan menjadi sarang tikus.  Lebih baik memberikan kepada mereka yang mau supaya barang-barang tersebut bisa dimanfaatkan dengan sebaik-sebaiknya.

Penataan Ruang yang Efisien: Menata ruang dengan efisien dengan hanya menyimpan barang-barang yang benar-benar diperlukan dan disukai.  Jangan menata ruangan dan mengisinya dengan barang-barang yang tidak terlalu penting hanya karena malu dan gengsi akan pendapat orang lain. 

Menghargai Waktu dan Energi: Pertimbangkan dengan hati-hati bagaimana waktu dan energi dihabiskan, dan fokus pada aktivitas yang memberikan kebahagiaan dan makna. Jangan membuang-buang waktu dan energi hanya untuk memiliki barang yang belum tentu berguna dalam kehidupan.  Pergunakan waktu dan energi yang kamu punya untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan supaya hidup tidak berlalu dengan sia-sia.

Terima dengan Hati Terbuka: Berusahalah untuk menerima bahwa perjalanan menuju hidup minimalis adalah proses yang berkelanjutan dan butuh untuk terus beradaptasi dengan kebutuhan dan keadaan yang setiap saat bisa berubah.  Jangan tergiur dengan iming-iming kawan atau sampai menjadi korban iklan.  Siapkan mental sejak dini untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan seperti gunjingan, hinaan, atau hujatan dari mereka yang tidak sejalan.

 


Jadi, begitulah kira-kira.  Semua pilihan tentu saja ada baik dan buruknya.  Dan pada dasarnya semua pasti memiliki alasannya masing-masing.  Kalau aku bahagia dengan pilihan gaya hidup minimalis ya biarin saja.  Kalau kamu bahagia dengan pilihan hidup yang bukan minimalis ya monggo kerso.  Yang penting jalani saja prosesnya dengan senang hati dan tanpa paksaan.  Karena inti dari hidup di dunia ini sebenarnya adalah hidup bebas merdeka demi membahagiakan diri sendiri.
Label:
0 Responses