Martina Felesia

Membuka tanggal merah di hari Rabu dengan bangun pagi-pagi karena pengin masak rica-rica B2.  Meskipun nggak tahu racikan bumbu yang bakal membuatnya enak itu seperti apa tetap saja lanjut.  Malas mau searching-searching lagi.  Yang penting itu ada bawang merah putih, cabe rawit, jahe, merica dan garam.  Masalah bumbu-bumbu tambahan tinggal masukin saja apa yang ada di kulkas.  Kalau kira-kira cocok ya dicampurkan.  Kalau kira-kira nggak cocok ya lewatkan.  Simpel dan gak bikin mumet 😁.

Setelah masakan matang dan menurutku rasanya enak, lanjut lagi dengan menggoreng tempe.  Menghabiskan tepung  dan daun bawang yang tinggal sedikit.  Tambah bumbu tempe goreng instant biar sat-set dan cepat selesai.  Aduk-aduk, goreng.  Selesai!  Dua lauk untuk hari ini tercipta dari tangan mamak-mamak yang nggak bisa masak.  Masalah rasa jangan ditanya.  Lha kan aku pakai bumbu instant.  Kalau nggak enak tinggal komplain sama pabriknya.  Yang penting keinginan untuk masak memasak hari ini sudah terpenuhi.  

Sambil menunggu datangnya peyek yang kupesan dari seorang tetangga jauh, aku masuk kamar lagi.  Hidupin laptop, on-kan Spotify untuk mendengarkan lagu-lagu zaman now dan mulai melakukan beberapa pekerjaan kecil.  Tidak terlalu banyak duitnya, tetapi membuatku hepi karena tidak harus berada dalam tekanan bos sedeng.  Selesai kerja bisa langsung leyeh-leyeh.  Lanjut nonton Grey's Anatomy Season 20 di Disney Hotstar.  Kurang hepi gimana lagi coba?  Duit di dompet memang minus, tetapi jantungku tidak harus dag dig dug lagi tiap hari seperti dahulu kala.

Memperingati Hari Buruh pada saat sudah tidak bekerja lagi itu seperti mengingatkan pada kenangan masa lalu.  Sebenarnya lebih banyak kenangan indah daripada kenangan buruknya.  Hanya saja kenangan buruk yang sangat sedikit itu adalah kenangan yang teramat sangat menyakitkan.  Bukan lagi menjadi buruh, tetapi menjadi budak.  Bukan lagi menjadi karyawan perusahaan besar, tetapi seolah menjadi jongos atasan.  Perbedaan antara kerja profesional dan kerja amatiran hanya setipis tisue.  Pada akhirnya hanya masalah kesehatan mental yang harus kupertahankan.

Dan hari ini, aku merayakan kemerdekaanku sebagai seorang mantan buruh dengan bernyanyi-nyanyi mengikuti alunan lagu di spotify seolah-olah penyanyi pro.  Tidak masalah dengan suara fals dan nada-nada yang kurang pas.   Yang penting  hari ini aku bisa makan enak, bisa nonton film, dan bisa melakukan apa yang kusuka.  Urusan anak-anak di Jogja beres untuk sebulan ke depan meskipun terpisah dari induknya. 

Salam hormatku bagi mereka yang harus tetap bertahan karena keterpaksaan. SELAMAT HARI BURUH, kawan!  Tetaplah bertahan karena kalian adalah pejuang keluarga!  Selagi tidak penyakitan sepertiku bertahanlah!  Karena keluargamu masih butuh makan dan butuh lain-lainnya.  Dapat bos setan? Lupakan!  Pada saatnya nanti akan ada masa-masa indah, di mana kalian akan menikmati hasil jerih payah selama bekerja.  Sekali lagi, selamat merayakan hari di mana masih boleh mengais rezeki dengan berjerih payah.  SEMANGAT! 💓

 

NB:  Semua foto diambil dari Pexels.  Nggak sempat lagi moto-motoin masakan.  Apalagi motoin diri sendiri 😂

Label:
0 Responses