Martina Felesia

"Mak Tue.....akhirnya doa lu terkabul juga,"seorang kawan lama mantan rekan sekerja menyampaikan sebuah kabar lewat WA.

"Apa?  Si Anu kena serangan jantung?" aku membalas chat sambil membaca Passenger to Frankfurt karya Agatha Christie.

"Kagak...bukan si Anu.  Tapi si Ono!  Orang yang dulu berusaha mindahin lu ke divisi lain supaya nggak ada lagi yang ganggu-ganggu dia waktu deket sama si Ani!" kata kawanku itu sambil ketawa-ketiwi.

"Alhamdulillah Puji Tuhan!" tanpa sadar aku mengucap syukur.  Padahal seharusnya aku kan nggak perlu seantusias itu.  Toh sudah satu setengah tahun aku tidak bekerja lagi dan tidak pernah sedetik pun ingin mengingat-ingat pengalaman buruk selama bekerja sebagai rekan satu divisi.  Bahkan sama si Ani, yang dahulunya dekat banget, aku juga tidak ingin mengingat-ingat namanya lagi. Tapi begitulah.  Yang namanya cerita, kalau disampaikan dari jauh, sedikit banyak akan menularkan rasa penasaran sekaligus suka cita.  Yang namanya ghibah itu memang paling enak kalau ceritanya berkaitan dengan masa lalu.  Nggak percaya?!  Coba saja sendiri!😁

Aku masih ingat bagaimana sikap si Ono dan si Ani ini dulu kepadaku.  Masih hangat-hangatnya zaman pandemi.  Ketika semua orang dilarang duduk berdempet-dempet  tetapi mereka berdua malah duduk mepet-mepet.  Padahal dua-duanya sudah berkeluarga.  Aku yang satu ruang otomatis melihatlah kelakuan mereka berdua.  Nggak mungkinlah nggak lihat kalau hari-hari satu ruangan.  Meskipun pakai masker, tetap tidak bisa dipungkiri bagaimana kelakuan dua orang yang bukan sejoli lagi itu kalau sedang berada di kantor.  Dunia serasa milik berdua.  Yang lain dianggapnya ngontrak.  Ketika aku berusaha menegur si Ani karena merasa sudah over acting, eh, malah dibilangnya aku iri.  Cemburu karena dia dekat sama si Ono.  Macam nggak ngotak kali aku harus cemburu sama dia.  Tapi ya sudahlah!  Sejak saat itu kubiarkkan sajalah.  Suka-suka mereka berdua sajalah!


Akhirnya satu persatu kawan kerja satu ruangan mulai tidak betah dan mengajukan resign. Perlahan tapi pasti aku mulai sendiri.  Ujung-ujungnya bukannya bertobat malah aku yang dipindahkan ke divisi lain sama si Ono dengan alasan yang nggak jelas.  Waktu itu zaman HRDnya masih berwatak feodal kalau nggak salah.  Asalkan dilapori oleh atasan tertentu ya diterima saja.  Nggak ditanya dulu mengapa begini atau begitu.  Yang penting buang-buang orang itu menjadi semacam hobi saja.  Asal atasannya nggak suka ya dibuang sajalah.  Begitulah kira-kira!😁

Ujung-ujungnya aku memang jadi dipindahkan ke divisi lain.  Dan pada akhirnya atasanku ganti si Anu.  Orang super manipulatif dan berwatak penindas.  Hanya satu tahun bekerja di bawahnya dan aku memutuskan untuk segera pensiun dini.  Sebagai antisipasi supaya aku tidak sakit jiwa dan hilang kewarasan.  Takutnya aku khilaf dan tiba-tiba kukemplang mulutnya pakai batu. Aku ini bukan tipe malaikat yang bisa diam saja kalau ditindas. Jadi tanpa pikir panjang lagi aku mengajukan pensiun dini.  Padahal waktu itu bapakku lagi sakit parah dan butuh biaya banyak.  Tapi aku nekat juga untuk pensiun.  Gila kan?! Sedih?  Of course!  Senang?  Of course juga!  Sedih karena harus memutar otak lagi bagaimana cara membiayai pengobatan bapak tanpa perlu merepotkan suami.  Senang karena aku bisa terbebas dari kemungkinan penyakit darah tinggi kalau memutuskan untuk tetap bertahan.

Poto dulu sama nyonyah biarpun durung adus

Jadi ketika aku mendengar kabar bahwa si Ono akhirnya didepak juga dari perusahaan, jujur saja aku bahagia.  Tipe atasan arogan dan tidak tahu diri itu memang sudah seharusnya dibuang jauh-jauh.  Bisa kubayangkan si Ani bakal nangis-nangis bombay karena sudah tidak ada atasan yang selalu mengajaknya makan siang dan keluar berdua-duaan.  Lumayan juga kan kalau diitung-itung penghematannya selama ini karena sering makan gratisan.  Pada akhirnya aku bisa juga tersenyum lebar selebar-lebarnya walau hanya dari jauh.  

Aku tahu bahwa mendendam itu adalah dosa.  Dilarang oleh semua agama.  Tapi aku memang tidak dendam kok. Tidak juga benci.    Aku hanya tidak mau lagi bertemu dengan mereka-mereka yang dahulu memanfaatkan celah bobroknya perusahaan untuk menjatuhkan seseorang.  Aku hanya malas! Jangankan bertemu, membayangkan ketemu tanpa sengaja saja aku ogah.  No Way! Saat ini aku hanya ingin tertawa keras-keras kalau mendengar kabar bahagia.  Hanya ingin menikmati hidup.  Ingin merayakan kemerdekaanku sendiri.  Jadi apakah ini kabar baik atau kabar buruk?  Entahlah!  Terserah dari sudut mana mau dinilai.  Seterah sajalah.....!  Suka-suka kelen aja😂

Label:
0 Responses