Tak pikir-pikir dan tak renung-renungkan, sepertinya aku sudah mulai terkontaminasi dengan gaya parenting zaman old. Kalau sedang 'darah tinggi', dikit-dikit meminta anak untuk berbakti. Sebentar-sebentar mengungkit-ungkit jasa sebagai orang tua dan mengharap anak untuk membalasnya suatu saat nanti. Sungguh di luar nalar menurutku. Padahal jujur saja aku tidak ingin menjadi seperti itu. Aku hanya sekedar ngoceh supaya emosiku tersalurkan dan tidak menambah-nambah penyakit di umur yang mulai beranjak naik.
Aku ingat dulu kalau dimarahi sama ibuku, aku sukanya membantah seperti ini,"Lha buk, aku kan nggak njaluk dilairno!" sambil berlari menghindari gaplokan
dari beliaunya. Kurang ajar memang. Tapi menurutku itu adalah kenyataan.
Aku kan memang tidak pernah minta untuk dilahirkan. Aku, sejauh yang kutahu ya tiba-tiba saja sudah menjadi anak orang tuaku. Tidak pernah sedetik pun aku ingat sudah meminta untuk dilahirkan ke dunia. Juga tidak pernah memilih untuk mempunyai orang tua seperti mereka.
Jadi menurutku, sungguh tidak adil rasanya ketika aku menuntut anak-anak untuk begini begitu, yang intinya harus sesuai dengan keinginanku sebagai orang tuanya. Bukankah anak-anak memang tidak pernah meminta untuk dilahirkan? Bukankah kita yang sebenarnya menginginkan mereka ada? Jadi mengapa harus mengharapkan balas budi? Mengapa mengharap mereka untuk berbakti? Bukankah kita yang seharusnya berterima kasih kepada mereka, karena sudah menjadi bagian dalam hidup kita?
Menurutku, memiliki anak bukanlah suatu perkara yang sederhana. Mengandung dan melahirkan, mungkin itu hal yang biasa bagi sebagian orang. Tetapi mencintai, mengasuh dan mendidik anak dengan cinta, itu yang tidak semua orang mampu. Dan cinta menurut orang tua, bisa terwujud dalam penampakan yang berbeda-beda. Ada yang lembut, ada yang kaku. Ada yang keras ada pula yang mudah luluh. Tetapi pada intinya semua sama, berharap anak-anak mereka bisa menjadi manusia-manusia yang tangguh dan tidak menyeh-menyeh di zamannya.
Berkaca dari semua itu, sekarang ini aku dan suami sedang belajar untuk mempersiapkan diri bahwa pada saatnya nanti, harus siap untuk kembali hidup sendiri. Hanya berdua, tanpa anak-anak. Dari sekarang sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak merepotkan anak-anak. Tidak ingin banyak menuntut dan berharap, bahwa pada suatu saat nanti mereka harus menunjukkan bakti dan balas budi. Biarlah anak-anak terbang dengan sayap-sayap mereka sendiri. Terbang jauh, tanpa merasa terbebani. Berani mengepakkan sayap dan tidak perlu merasa bersalah jika harus hidup terpisah dari orang tuanya.Pada akhirnya, anak-anak akan memiliki hidupnya sendiri. Tugas orang tua adalah mengasuh dan mendidik mereka sampai bisa berdiri di atas kaki sendiri. Biarlah mereka menjalani hidup sesuai dengan yang diinginkannya. Biarlah mereka belajar berjuang dan bertahan dalam kehidupan tanpa harus terbebani dengan orang tua yang banyak tuntutan. Tugas orang tua adalah tidak pernah berhenti untuk mendoakan. Sedangkan sisanya biarlah Tuhan yang menyelesaikan.
#Tuhan, ajarlah aku untuk menjadi orang tua yang mampu mencinta tanpa pamrih. Amin 😍