Yang paling unik dari media sosial itu kita jadi tahu seperti apa karakter seseorang itu kira-kira. Ada yang gampang move on, ada yang susah move on. Ada yang dibawa hepi, ada yang dibawa keki. Contoh nyatanya adalah masalah pilpres kemarin. Sudah jelas-jelas yang menang bukan orang yang didukungnya, masih juga nyocot di media sosial. Ya sudahlah! Mau nggak mau, suka nggak suka, itu yang dipilih oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mau kamu komplain sehari tujuh kali pun tetap nggak ngepek. Jadi nggak usah terlalu dibawa baperlah. Sudah menjelang pelantikan. Sudah waktunya untuk move on!
Yang lebih lucu lagi, mereka yang suka nyinyir, nyindir-nyindir di medsos itu malah mereka-mereka yang kulihat berpendidikan bagus dan berkualitas oke. Ada pemuka agama, ada si paling nasionalis, ada si paling betol, dan ada si paling pinterlah pokoknya. Mau apapun ceritanya, yang berbeda dari pilihan mereka itu pokoke salah kabeh. Cenderung seperti memaksa orang lain untuk searah setujuan dengan pilihannya, tapi mekso! Yang beda pilihan dianggap musuh dan merasa harus diseneni (disindir-sindir) terus tiap hari di media sosial. Bukan hanya capres yang terpilih yang dinyinyiri. Yang mendukungnya pun tiap hari dikomentari. Dari anaknya, istrinya, menantunya, cucunya. Kalau perlu tetangganya juga dikomentari. Semua pokoknya harus dikomentari. Biar kesannya itu tambah nasionalis gitu.

Oalah pak, buk, saudara saudariku tersayang, nggak capek apa harus nyinyir tiap hari di media sosial? Mau dianggap nasionalis? Mau dianggap pahlawan? Lha piye toh? Pilihan seseorang itu kan nggak bisa dipaksakan. Mau presidennya siapa kalau mayoritas sudah memilih dia masak kita mau nyap-nyap terus-terusan? Belajarlah untuk menerima kekalahan dengan legowo. Dengan ikhlas. Toh siapapun presidennya kita tetap harus cari makan sendiri. Harus berjuang untuk nyekolahin anak sendiri. Harus apa-apa sendiri. Memangnya kalau capres yang kamu pilih menang terus kamu ditawari jadi menteri? Halah, mbelgedes!

Kalau aku sih sekarang ini memang memilih untuk anteng. No comment. Mau memilih siapa terserah dah! Yang jelas aku sudah memilih orang yang kusukai dua kali. Menyesal? Kagak! Kalau seandainya dia mencalonkan diri lagi pasti akan kupilih lagi. Orang mau menyinyiri diriku ini karena dia? Lha monggo! Nggak ada undang-undangnya kok menyinyiri seseorang di media sosial. Cuman apa nggak capek gitu loh harus menyinyir tiap hari.
Pilpres sudah selesai dan pelantikan presiden terpilih sudah di depan mata. Yang mau demo silahkan demo. Yang mau cari muka silahkan cari muka. Yang tetep nggak terima hasil pilpres ya silahkan saja. Ini negara merdeka. Bebas menyampaikan apa saja. Aku tak hidup seperti rakyat biasa pada umumnya. Bangun, ngopi, olah raga, bekerja, leyeh-leyeh, belajar, nonton drakor, leyeh-leyeh lagi, menyanyi, joget-joget, belajar lagi, terus leyeh-leyeh lagi. Kebahagiaan diriku sebagai seorang manusia tidak boleh dikalahkan oleh beberapa gelintir manusia yang pada dasarnya sulit move on dari dunia persilatan sekarang ini. Aku tak ketawa saja setiap mereka mulai update status apapun di media sosial. Suka-sukamulah! Sak karepmu!
#don'tworrybehappy