Melanjutkan cerita perjalanan dari Kuala Lumpur ke Penang yang tidak terlalu ribet tetapi ternyata bikin capek, karena yang pergi backpackeran adalah gerombolan Gen Z dan Gen Menuju Jompo ๐
Pagi-pagi bangun hanya untuk mandi, siap-siap, dan seduh kopi di hotel. Yang tidak bisa skip sarapan dengan semangat mengunyah roti pagi-pagi. Yang biasa melewatkan sarapan ya tetap berusaha untuk sarapan walau hanya ala kadarnya minimal supaya perut ada isi. Jam 8 tet waktu setempat langsung check out dan pesan Grab menuju terminal bis. Nggak sampai seperempat jam sudah sampai. Masih ada waktu beberapa menit untuk duduk-duduk dan cari camilan sembari menunggu bis datang.
Rencananya sih pengin ke Penang naik kereta cepat. Tapi ternyata seminggu sebelumnya sudah full booked. Mau nggak mau harus naik bis meskipun waktunya sedikit lebih lama dibandingkan kalau naik kereta cepat. Untung bisnya bagus, bersih, dan wangi. Kami pesan tempat paling belakang supaya bisa duduk lebih nyaman. Biasanya pesan tempat duduk paling depan kalau perjalanan pagi supaya bisa menikmati pemandangan dengan lebih leluasa. Tapi sekali lagi, jadwal bis yang diinginkan ternyata sebagian sudah terisi di tanggal dan jam segitu. Ya iyalah, yang pengin pergi ke Penang kan bukan hanya kami saja ๐
Sampai Penang sudah sorean. Sebelumnya ada kecelakaan kecil di jalan raya arah menuju Penang. Kecelakaan kecil tapi melibatkan beberapa kendaraan. Jadinya macet panjang. Sampai di kota Georgetown mau menuju hotel juga demikian. Ada kecelakaan kecil yang juga melibatkan beberapa kendaraan. Jadinya macet lagi. Padahal harga Grabnya cuman RM12 saja dari teminal Sunga Nibong menuju hotel. Tapi jarak tempuhnya hampir satu jam lebih. Kasihan banget sama sopir Grabnya. Nggak enak jadinya meskipun itu murni karena situasi dan kondisi yang memang tidak bisa diprediksi.
Karena liburannya serba mepet, setelah check in kami langsung keluar untuk jalan-jalan dan cari makan. Si Bungsu, seperti biasa mengeluh sakit kepala dan tidak mau ikutan jalan keluar. Ya sudah, karena dia memang demam akhirnya kami hanya jalan bertiga. Sebelum keluar hotel, nyomot dulu peta kota Georgetown di meja resepsionis supaya tidak tersesat. Tapi lama-lama bingung juga jalan sambil baca peta. Akhirnya ya jalan saja ikut kata hati. Kalau ada rombongan turis lain kami ikut saja. Yang penting jalan-jalan. Pas sudah capek barulah mencari tempat makan. Dapat chicken rice yang rasanya uenaakk banget. Harga pas dan rasanya luar biasa. Ya senanglah pastinya! ๐
Urusan makan kelar kembali ke hotel sambil bawa bungkusan makan dan obat untuk adik. Malamnya melanjutkan jalan-jalan lagi. Tapi kali ini hanya aku dan suami yang masih excited. Yang dua lagi lebih memilih untuk rebahan dengan alasan kecapekan. Yo wes! Kami jalanlah walau hanya berdua. Padahal kakiku rasanya juga sudah gempor. Tapi melewatkan jalan-jalan di Georgetown yang luasnya cuman seuprit ini memang sayang banget rasanya. Apalagi tempat menginap memang ada di pusat kota. Kemana-mana tinggal jalan kaki doang sebenarnya. Lagipula kota Georgetown sedikit banyak mengingatkanku akan Malaka. Kota kesayangan kalau berkunjung ke Malaysia.
Puas jalan malam-malam langsung pulang ke hotel. Mandi, nyeduh kopi, dan langsung terkapar. Capek makkkk..!
Berdasarkan peta yang kubawa, sampailah kami di Penang Diocecan Muzeum, yang di sebelahnya ada gereja Katolik Church of The Assumption yang masih berfungsi untuk beberapa kegiatan. Agak lurus lagi ada gereja Anglican yang sudah tinggal bekas-bekasnya saja. Melipir lebih jauh lagi sampailah kami di Padang Kota Lama (Esplanade). Duduk-duduk sebentar di situ menikmati laut, ngoceh-ngoceh berdua, terus lanjut jadi pothograpernya Pak Djokowi. Ya kerjaanku moto-motoin dia saja. Karena aku males difoto balik sama dia karena kalau dia yang moto hasilnya pasti embuh!
Puas jalan sampai kaki pegal, balik ke hotel. Bikin kopi, terus ngoprak-oprak anak-anak untuk keluar cari sarapan. Ternyata di samping hotel ada tempat sarapan yang kalau pagi ramainya luar biasa. Namanya Kheng Pin Kafe. Kemarin sore tutup karena ternyata jam bukanya hanya dari jam 6 pagi sampai jam 2 siang. Pilihan menunya campur-campur. Kebanyakan sih non halal ya. Pesannya pakai bahasa tarzan. Tinggal nunjuk-nunjuk saja gambarnya karena semuanya pakai tulisan mandarin. Nggak ngerti aku. Untung ada gambar menunya dan pegawainya sabar-sabar. Mereka tahu kalau wajah kami bukan wajah oriental. Jadi mereka sangat helpful dan pengertian๐
![]() |
Kafe Kheng Pin |
Puas sarapan jalan kaki lagi cari oleh-oleh. Padahal ingin pergi ke Penang Hill. Hanya saja karena stamina anak-anak agak kurang bagus akhirnya batal. Lagipula jam 12 siang sudah harus check out. Hari ini waktunya pulang karena Senin sang bapak sudah waktunya masuk kerja. Cutinya sudah habis. Minimal esok harinya, hari Minggu, sudah harus ada di rumah biar Senin tidak terlalu capek.
Ternyata urusan oleh-oleh ini sempat bikin ribet dan ribut juga. Aku malas bawa oleh-oleh karena malas repot nenteng-nentengnya, sementara Pak Djokowi semangat beli. Setelah beberapa saat sibuk eyel-eyelan akhirnya disepakati beli seperlunya saja. Selain mengurangi beban, juga ingin lebih fokus berlibur tanpa sibuk memikirkan mau membawa oleh-oleh untuk siapa. Biar nggak stress.
Tidak terasa sudah waktunya untuk pulang. Beres-beres tas yang sepertinya makin bertambah berat saja isinya. Mandi, berbenah, ngecek sana sini biar tidak ada yang tertinggal di penginapan. Jam 12 tet langsung check out.
(Bersambung)