Martina Felesia

Duluuuu....setiap memandang wajah anak-anakku saat mereka terlelap, selalu saja menimbulkan rasa bahagia sekaligus rasa bersalah.  Bahagia karena mereka sudah jadi berkat dan hadir dalam kehidupan kami. Merasa bersalah karena hanya bisa bertemu saat pagi dan sore hari, dalam waktu yang juga serba terbatas, karena alasan pekerjaan.  Kadang malah muncul pikiran, bener nggak sih keputusanku untuk punya anak waktu itu?  Kesannya kok seperti hanya mau punya anak tapi tidak mau bertanggung jawab😁

 Itu sebabnya aku selalu mengambil ART yang pulang hari.  Tidak menginap di rumah.  Pagi datang, sore pulang.  Tujuannya supaya anak-anak tetap bisa menjadi prioritas dan tetap berada dalam pengawasan kami sebagai orangtua.  Meskipun bapak ibunya bekerja, tidak ada alasan bahwa mereka kurang perhatian.  Jangan sampai anak-anak yang orangtuanya bekerja, malah memiliki ketergantungan kepada pembantu.

Jadi sepenat apapun diriku dulu, selalu kusempatkan bangun pagi, untuk memasak bekal sekolah sekaligus menyiapkan makan mereka sepulang sekolah.  Pulang kerja selalu menyempatkan diri untuk mengecek buku penghubung dari sekolah, menanyakan ada PR atau tidak, ada tugas sekolah atau tidak, ada masalah di sekolah atau tidak.  Intinya aku dan suami berusaha untuk selalu hadir untuk mereka, bagaimanapun cara dan bentuknya. 

Berkaca dari pengalamanku sebagai ibu pekerja, aku selalu menasihatkan begini kepada anak-anakku:

 🎈Sebelum punya pacar, bahagiakan diri sendiri dulu.  Jangan karena orang lain punya pacar terus ngebet ingin punya pacar.  Yang namanya pacar itu bisa huka-huka.  Manis saat pendekatan, toxic saat sudah jadian.  Belajar dulu yang bener.  Perjuangkan dulu cita-cita.  Selagi uang saku masih menunggu hasil transferan dari orang tua, tunda dulu keinginan untuk punya pacar.  Nanti kasihan pacarmu.  Masih muda sudah disuruh mikir yang rumit-rumit karena harus menenggang perasaan anak orang lain.

🎈Sebelum menikah, bahagiakan diri sendiri dulu. Bekerja, cari duit, jalan-jalan ke tempat baru, beli barang-barang sendiri.  Jangan sampai menikah hanya karena iri dan sebal dengan omongan orang lain karena mereka sudah punya pasangan dan kamu belum.  Pokoknya jangan sampai menikah malah membuat menderita.  Pastikan pasanganmu adalah orang yang benar-benar mencintaimu.  Orang yang menerima segala kekuranganmu, bukan hanya kelebihanmu.  Khusus untuk anak perempuan kutambahkan, tetaplah bekerja meskipun sudah bersuami.  Dan jangan pernah mau menikah dengan orang yang melarangmu untuk bekerja.  Karena bekerja akan membuatmu tetap bisa bernafas di kala sesak menghempas.  Sekaya-kayanya suami atau istrimu, tetap lebih baik kalau dua-duanya saling bekerjasama dalam menghasilkan uang, karena pada akhirnya hidup dan menjalani pernikahan akan membutuhkan banyak uang.

🎈Sebelum memutuskan punya anak, bahagiakan diri sendiri dulu.  Sembuhkanlah diri sendiri dulu.  Diskusikan dengan pasangan, mau tidak punya anak?  Kira-kira bisa tidak merawat dan mendidik anak?  Kira-kira bisa tidak mencintai dan menyayangi mereka sepenuh hati?  Kira-kira bisa tidak mencukupi segala kebutuhannya, secara jasmani dan rohani?  Kira-kira bisa tidak meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah mereka, di tengah segala kepenatan dan kesibukan pekerjaan?  Tanyakan juga kepada pasangan, maukah bekerjasama merawat anak jika ada?  Bekerjasama artinya mengurus dan merawat anak harus dilakukan bersama-sama.  Bikinnya bersama ya merawatnya harus bersama.  Mendidik juga demikian adanya.  Jangan yang satu habis tenaga sementara yang lainnya leha-leha.  Jangan!  

🎈Dan yang paling penting tanyakan juga kepada pasangan, bagaimana kalau seandainya tidak punya anak?  Tanyakan di awal supaya tidak menjadi permasalahan di belakang.  Kalau tujuan utamanya menikah hanya karena ingin punya anak, kusarankan jangan menikah dengan dia.  Kalau tujuan utamanya menikah karena ingin saling membahagiakan baru pertimbangkan.  Orang yang tujuan utamanya menikah karena ingin punya keturunan akan mudah meninggalkan dengan menggunakan alasan itu.  Orang yang tujuan utamanya menikah karena ingin saling membahagiakan akan bertahan selamanya apapun ceritanya.

Menurutku, membahagiakan diri sendiri itu perlu, sebelum mengambil berbagai keputusan dalam hidup.  Karena satu kesalahan yang dibuat tanpa pemikiran panjang, akan menjadi racunmu sepanjang perjalanan.  Membahagiakan diri sendiri adalah salah satu cara untuk menyembuhkan luka dalam jiwa.  Kalau diri sendiri sudah bahagia, maka jalan untuk membahagiakan orang lain akan menjadi mudah.  Kalau diri sendiri sudah sembuh, maka jalan untuk mencintai dan menerima orang lain sebagai pasangan tidak akan jadi masalah.  Jangan sampai pilihan-pilihan yang terlalu dipaksakan membawamu masuk ke dalam jurang.  Lebih baik tidak menikah dan tidak memiliki keturunan, kalau belum bisa mencintai diri sendiri, karena pada akhirnya mencintai diri sendiri adalah jalan untuk bisa mencintai orang lain yang notabene bukanlah siapa-siapa.

Demikianlah sedikit permenungan hari ini sebelum  melanjutkan untuk setrika.  Semoga bukan hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri 😂 

NB: nasihat ini khusus untuk anak-anakku. Love you all 💓

Label:
0 Responses