Martina Felesia

Beberapa waktu lalu si Bungsu menginformasikan kalau dia ada pekerjaan di akhir pekan.  Ikut ajakan teman jualan es teh dan makanan lainnya saat acara Cap Go Meh di Jogja.  Bersama beberapa teman satu sekolah mereka bekerja bahu membahu mencari uang tambahan.  Kebetulan dia dapat tugas jadi tukang rebus-rebus air.  Hasilnya dua hari kerja di hari Sabtu dan Minggu mendapatkan upah sebesar Rp225.000.  Menurut emaknya jumlah segitu kecil banget.  Tapi menurut anaknya besar banget.  Habis itu keterusan.  Setiap ada kesempatan kerja part time langsung saja dia iyakan😂

Aku sebagai ibu menyetujui dengan catatan.  Tidak setiap akhir pekan boleh bekerja part time.  Sebelum memutuskan untuk mengambil pekerjaan semua tugas sekolah sudah harus diselesaikan.  Tidak boleh ada yang lewat.  Tidak memaksakan diri  kalau dirasa badan sudah lelah.  Jangan sampai selesai kerja habis itu malah tidak masuk sekolah.  Bapaknya kasih kode keras.  Pokoknya tidak ada kerja-kerja lagi biarpun akhir pekan.  Di Jogja tugasnya sekolah, bukan bekerja.  Kalau nggak mau disuruh pulang saja ke Batam.  Anaknya ngeyel.  Alasannya memang tidak setiap akhir pekan bekerja.  Hanya di akhir pekan yang dia sempat saja.  Orangtuanya akhirnya nyerah.

Sejujurnya aku senang karena si Bungsu sudah mulai ada inisiatif untuk mendapatkan uang dari hasil keringatnya sendiri.  Mulai belajar untuk berani tampil keluar.  Tidak lagi malu menghadapi banyak orang.  Memang dapat duitnya tidak seberapa.  Namanya juga kerja part time.  Tapi paling tidak dia jadi tahu bagaimana rasanya cari uang.  Tahu bahwa duit tidak akan turun sendiri dari langit.  Harus diusahakan.  Harus dicari.  Bukan ditunggu-tunggu sambil berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa.  Jadi tahu bagaimana harus menghargai diri sendiri dan mulai belajar mengatur keuangannya sendiri.

Kadang kepikiran juga benar nggak sih mengajarkan anak cari duit sejak dini?  Pertama-tama memang muncul perasaan tidak enak sebagai orangtua.  Tetapi melihat segi positif yang didapatkan aku jadi lebih tenang.  Selagi tidak mengganggu sekolah, menurutku oke-oke saja.  Daripada akhir pekan malah dipakai nongkrong-nongkrong tidak jelas lebih baik bergaul dengan kawan-kawan yang memang hobinya cari cuan.  Menyomot motto orang pintar yang katanya,"Lingkup pergaulan yang positif otomatis akan menularkan hal yang juga positif".  

Aku jadi ingat zaman si Sulung dulu sewaktu masih kuliah.   Dia juga sering ambil kerja part time.  Pagi mengikuti perkuliahan.  Sore nyambi jadi barista.  Pulang kerja masih lanjut mengerjakan tugas kuliah.  Terkadang menerima tawaran endorse untuk jadi model jualan.  Sekali endorse dapat upah tiga ratus ribuan berikut barang yang di-endorse.  Tapi dia hepi.  Bisa cari uang tambahan sendiri dari hasil kerja kerasnya.  Dan berbagai macam pengalaman kerja itu pada akhirnya juga berguna untuk mendapatkan pekerjaan.  Lulus langsung kerja.

Jadi intinya adalah, selagi masih muda, mencoba hal-hal baru itu perlu.  Pengalaman, sekecil apapun bentuknya, akan menjadi pelajaran yang berharga.  Yang penting adalah, berani mencoba.  Selain itu juga berani membuang gengsi dan rasa malu.  Jangan terlalu hirau apa kata orang.  Selagi tidak melanggar aturan, tidak menyalahi orang lain, segala hal yang baik, boleh dan pantas untuk dicoba.  Ya....meskipun hasilnya tidak seberapa, tetapi selagi bisa tidak ada yang salah, kan?!

Label:
0 Responses